webnovel

Perpustakaan

Bunyi bel istirahat terdengar seiring dengan Pak Arul yang baru saja keluar

Daisy berdiri dengan canggung sembari mengulurkan tangan, memberikan buku milik Aryanka pada pemilik nya.

lelaki itu menerima nya dengan biasa saja,

tak ada raut marah, kesal, atau apapun, ia fikir Aryanka akan menyerapahi nya tadi.

Gadis itu tak tau saja, sebenarnya Aryanka masih tak ikhlas buku nya di ambil begitu saja, namun lirikan tajam dari Arshaka yang menyertai Daisy membuat nya hanya bisa terdiam tanpa marah ataupun sikap ramah.

saat ini memang hanya tersisa Daisy, Arshaka, Aryanka dan lelaki yang menjadi teman sebangku Aryanka, jika tak salah lihat lelaki itu yang ia jumpai bersama dengan Arshaka saat pembullyan Resti hari lalu.

kembali menuju kursi nya, Daisy terlonjak sembari terpekik keras saat merasa ia malah menduduki pangkuan seseorang.

manik nya melotot terkejut saat melihat Arshaka tengah duduk dengan tenang, sembari membaca buku catatan nya di kursi nya--ralat--buku catatan Daisy dan kursi Daisy pula.

salahkan ia yang tak melihat dulu saat duduk tadi.

namun Oh tuhan, tindakan Arshaka juga tak bisa di bilang benar karna menduduki kursi nya tanpa izin, padahal ia masih berada di kelas.

juga jangan lupakan jika ia hanya pergi beberapa detik untuk berdiri dan mengambil satu langkah untuk lebih dekat pada Aryanka, Daisy yakin itu tak sampai dua menit.

ingin rasa nya Daisy menyerapahi, namun urung saat sadar siapa yang ia hadapi saat ini, ya kali sudah berusaha berdamai kemarin sekarang malah memicu gendrang perang kembali.

kekehan kecil yang terdengar membuat Daisy menengok kesal ke arah samping kanan nya, tepat nya pada bangku Aryanka dan entah siapa lelaki di sebelah nya, ke dua orang itu kompak menertawakan nya.

ia yakin jika pipi nya sudah semerah kepiting rebus saat ini.

Sialan.

"modus" Cibir Arshaka yang hanya mampu Daisy balas dengan senyum terlewat aneh.

bagaimana tidak, batin nya mengumpat marah namun harus di paksa mengeluarkan senyuman, bisa kalian bayangkan?

"aku kan mau duduk" bela nya berusaha agar tak terlihat kesal.

"kursi di depan banyak"

ya tapikan kursi aku yang ini

ingin rasa nya Daisy mengatakan itu, namun ia memilih diam.

dari pada berurusan dengan Arshaka yang berpotensi membuat nya hipertensi, lebih baik ia mengambil buku dari perpustakaan seperti yang guru tadi katakan.

ia meraih tas nya hanya untuk mengambil ponsel yang ia taruh di salah satu kantong depan ransel nya, sebelum akhirnya mengambil langkah tanpa kembali mengatakan apapun.

namun serangan hangat yang ia rasakan pada telapak tangan nya membuat Daisy menunduk sembari menghentikan langkah.

manik nya memicing saat sadar jika tangan kekar namun tak kasar sama sekali itu milik Arshaka.

jika lelaki lain yang melakukan itu mungkin Daisy akan menyentak tangan nya, beruntung nya lelaki itu adalah Arshaka, karna Daisy masih mempunyai rasa takut pada lelaki yang kini terlihat sedikit mengangkat sudut bibir nya.

"kemana?"

satu pertanyaan yang membuat Daisy mengerutkan kening.

kenapa Arshaka terlihat terlalu peduli pada nya? Daisy fikir ia tak sedekat itu dengan Arshaka hingga membuat lelaki itu harus tau ia kemana.

namun tentu saja Daisy hanya bisa menjawab, memang nya Daisy berani mengatakan opini nya tadi pada lelaki jelmaan macan kumbang di depan nya?

"Perpustakaan"

"Gue ikut"

Hah?

kali ini bukan hanya Daisy yang terpekik dramatis, namun juga lelaki di samping Aryanka yang masih belum ia ketahui nama nya.

lelaki itu bahkan hampir saja terjatuh dari kursi saking terkejut nya, berbeda dengan Aryanka yang malah biasa saja sembari anteng memainkan ponsel nya.

"Ikut? Lo mau ikut kemana Bos?"

Arshaka menengok kan kepala ke sumber suara, jangan lupakan posisi tangan Arshaka yang masih menggenggam tangan Daisy.

"urusan Lo?" Suara sinis itu menjawab, sedang Lelaki yang bertanya mengerjap dua kali, sebelum akhirnya menyengir sembari menggaruk kening nya yang tak gatal.

Daisy sendiri hanya bisa menggeleng pelan, memang nya apa yang salah? lelaki itu benar, karna siapapun akan berfikir, lelaki seperti Arshaka mengatakan hal tadi sama seperti keajaiban dunia, toh lelaki itu kan hanya bertanya, Arshaka saja yang terlalu baperan.

"Jangan Ge-er, gue juga mau ke perpus, jadi dari pada lo nyasar, mending ikutin gue"

Daisy menipis kan bibir 'tapi aku bisa tanya perpus nya dimana, jadi gak usah repot' namun nyatanya Daisy hanya bisa mengangguk saja, Biarkan yang waras ngalah, dari pada masalah nya tambah panjang.

ia membiarkan Arshaka memimpin jalan, meskipun pada akhirnya Arshaka meminta nya melangkah beriringan melalui gerakan mata.

Meninggalkan dua orang sesama jenis yang kini mengeluarkan Ekpresi berbeda.

Aryanka dengan senyum tipis nya, dan satu pemuda lagi yang melotot sembari mengangkat ke sepuluh jari tangan nya.

"Ar kembaran lo ngomong lebih dari sepuluh kata, matahari tadi gak terbit dari barat kan?"

Daisy mengabaikan pandangan penasaran semua orang yang ia lewati saat menuju ke perpustakaan.

bukan tuli, Daisy hanya pura pura tidak mendengar saat beberapa orang berbisik perihal siapa dirinya hingga bisa sedekat itu dengan Arshaka.

jangan kan mereka, Daisy pun sebenar nya tak tau apa yang membuat ia dan Arshaka sedekat ini, meskipun jika seandainya itu bukan Arshaka hal ini tak akan seheboh seperti sekarang.

namun kembali pada masalah awal, ini Arshaka Girls, siapa orang yang tak penasaran saat macan kumbang satu itu bahkan bisa berjalan beriringan dengan seorang perempuan--yang kabar nya jenis makhluk tuhan yang paling lelaki itu benci.

Daisy yakin, setelah ini pasti kabar diri nya dekat dengan Arshaka akan sampai ke tangan bodyguard nya dan sedetik kemudian, menuju ke telinga Papy nya.

Aish... entah bagaimana respon Papy nya nanti.

Dug.

"Akhhh..." Daisy terpekik saat di rasa kepala nya terantuk benda bidang yang ada di depan nya.

Ia mendongak, tak selang sedetik ringisan nya keluar saat sadar jika ia menabrak punggung Arshaka.

lelaki itu berhenti tepat di hadapan nya tanpa aba aba, atau mungkin ia yang memang terlalu asyik dengan lamunan nya?

"Bengong huh?"

Daisy menyengir canggung sembari menyapu kening nya yang terasa berdenyut.

Dan gerakan Arshaka selanjut nya menciptakan pekikan heboh orang orang yang dari awal memperhatikan mereka, juga Daisy yang membatu dengan manik membola.

"Maka nya lain kali kalau jalan itu mata nya di buka" Seru nya ringan sembari tanpa beban menyapu kening Daisy setelah berhasil menurunkan tangan nya.

Aaaa.. gue melting..

Anjir anjir anjir, mata gue gak mendadak rabun kan?

Shiitt.. Baper gue

itu Arshaka kan, Arshaka idola kita, kenapa mendadak bisa semanis itu sih, gue juga mau..

Pakek pelet apaan sih itu anak baru.

Dan Daisy hanya bisa menahan nafas saat bisik bisik itu terdengar, sedang lelaki yang menjadi pencipta kehebohan itu pergi begitu saja tanpa kembali mengucapkan satu kata pun.

Huh.. jika seperti ini, Daisy ragu Arshaka benar benar memaafkan nya, atau lelaki itu hanya membalas nya dengan cara berbeda?