"Baiklah. Kalau begitu kami berangkat dulu. Setelah ini, ponsel akan kami matikan selama beberapa jam kedepan penerbangan!"
"Aku mengerti."
Saat Liza hendak menutup panggilan telepon itu, suara Christ kembali terdengar. Karena ini loudspeaker, jadi Liza dan Denise sama-sama bisa mendengar suara Christ.
"Hei! Tunggu sebentar!"
"Kenapa, Christ? Ada lagi yang mau dikatakan?"
"Denise kau bisa dengar kau?" tanya Christ kemudian.
"Aku punya telinga, bodoh! Tentu saja aku mendengarmu!" teriak Denise. "Kenapa, hah?"
"Aku peringatkan untuk kau jangan terlalu keras melatih Liza. Kulihat ada sedikit memar di bahu kirinya."
Liza terperangah. Kaget ternyata Christ bisa melihat memarnya. Padahal itu bahu bagian dalam dan tertutup oleh pakaian. Liza memang tidak pernah pakai busana terbuka, selain karena cuaca dingin juga Liza memang dasarnya tidak suka pakai baju terbuka.
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com