webnovel

Crystal Grains

Kekacauan antar kekaisaran elemen mengakibatkan runtuhnya berbagai sekte dari berbagai kekaisaran di benua. Benua Tianshu, dimana terdapat banyak master bela diri berkembang diantara kekaisaran dan sekte yang sudah berdiri ribuan tahun yang lalu. Perang dimana mana, pengorbanan dimana mana, tidak ada yang tahu kapan peperangan akan berakhir. Di abad ini, seorang gadis yang belum berusia 20 tahun menginjakan kaki di benua dengan tidak terduga. Seorang gadis modern dari Shanghai, Fang Yin, menjadi seorang master bela diri dengan dasar spiritual kosong yang dianggap lemah. Tapi siapa sangka bahwa teknik bela diri yang ia bawa dari Shanghai begitu unik ditambah lagi beberapa rahasia tentang dirinya sendiri perlahan terungkap. *** "Namaku Fang Yin, panggil aku Crystal. Siapapun yang menganggap dasar spiritual kosong hanyalah pajangan di pintu gerbang, bersiaplah dengan kekalahan." - Fang Yin -

Chintyaboo · Fantasie
Zu wenig Bewertungen
13 Chs

Naga Air

"Fang Yin! Berapa lama kau terus disana? Ingin berlama lama sampai matahari terbit dari barat!" Lin Yun menggedor gedor pintu kamar mandi sambil memegangi perutnya yang mulas. Dia menyesal terlalu banyak makan seafood pedas bersama Fang Yin dan Xiao Ya semalam, akibatnya perutnya terasa panas dan dia tidak bisa tidur.

Fang Yin sudah berada di kamar mandi sejak lama, padahal dia tidak semenderita Lin Yun yang sakit perut. Fang Yin asik berendam di bathub dengan busa tebal diatas air menutupi tubuh mulusnya. Dia tidak mempedulikan teriakan Lin Yun diluar, dia hanya ingin hidupnya tentram. Salah siapa menjadi pemakan seafood terbanyak diantara Fang Yin dan Xiao Ya. Dengan earpods ditelinganya disertai volume keras, dia berendam dengan tenang memainkan air dan busa putih yang merendam tubuhnya.

Diluar sana, Lin Yun sudah tidak tahan. Dia keluar dari apartemen dengan terburu buru mengabaikan Xiao Ya yang cengo melihatnya. Lin Yun memang tidak pernah ingin bersabar, tempramen-nya buruk, berbeda dengan kedua temannya. Dia keluar dengan kesal dan terpaksa meminjam toilet umum.

Xiao Ya menghela napas. Diantara kedua temannya, hanya dia yang lebih dewasa. Fang Yin adalah yang termuda dan selalu bersikap kekanakan, sedangkan Lin Yun memiliki tempramental buruk, selalu saja marah dan tidak sabaran. Memang sebagai yang tertua, Xiao Ya harus sabar dan tenang menghadapi teman serumahnya yang tidak dewasa.

"A Yin, berhentilah bermain main, kau tahu bagaimana si marga Lin akan bertindak." Xiao Ya sedikit berteriak kearah kamar mandi. Tentu Fang Yin tidak mendengarnya karena telinganya disumpal earpods.

Beberapa saat setelah Xiao Ya menegur Fang Yin, Fang Yin melepas earpods-nya dan menyimpan di atas bathub bersama ponselnya. Dia menutup mata menikmati air hangat, kini dia tidak lagi bersantai santai seperti tadi. Perlahan lahan, dia menenggelamkan wajahnya ke bawah air berbusa. Justru dengan ini, dia lebih tenang daripada mendengarkan musik bervolume keras.

Merasakan udara sekitarnya berbeda, Fang Yin membuka matanya dan melihat air biru yang luas dan sedalam lautan. Dia berada di tengah tengah lautan dalam yang tidak berujung, tampak sunyi bahkan tidak ada ikan atau terumbu karang seperti yang biasa dia lihat ketika menyelam di laut. Semua hanya biru, terasa hangat dan tentram, anehnya Fang Yin sama sekali tidak bisa berenang ke atas dan terus melayang. Apa ini?

Siluet gelombang air muncul sedikit demi sedikit, yang awalnya kecil berubah menjadi besar dan semakin besar. Tepat di hadapan Fang Yin, sosok kumpulan air berbentuk naga muncul, melayang disekitar Fang Yin tanpa bahaya dan mengitarinya. Fang Yin hanya memperhatikannya, tidak merasakan bahaya tapi hatinya tetap waspada, bagaimanapun itu adalah naga air yang besar dan siapapun yang mengusiknya akan dalam bahaya. Mata biru naga itu menatap Fang Yin tepat didepannya, tidak ada jejak pembunuh atau kewaspadaan, hanya ketenangan dan kebahagiaan?

Dalam sekejap, Fang Yin merasa seluruh tubuhnya dingin dan naga itu semakin mengitarinya dan menutupi tubuh Fang Yin yang kedinginan. Fang Yin terlihat terlilit, tapi yang dirasakan Fang Yin bukan sebuah lilitan. Melainkan sebuah benda yang tidak dingin maupun hangat menutupi seluruh tubuhnya, naga itu terbuat dari air, Fang Yin tidak merasa seperti dililit naga sesungguhnya yang memiliki kulit keras dan tajam. Dalam beberapa detik, naga air itu berubah dan hanyut menjadi butiran gelombang air yang masuk kedalam tubuh Fang Yin. Fang Yin merasakan tubuhnya tergejolak, udara hangat memasuki tubuhnya seperti dihantam gelombang air dan dia terhembus kebelakang.

Fang Yin membuka matanya dan naik keatas air bathub dengan cepat. Dia hampir kehabisan napas, jantungnya berdetak terlalu cepat. Memikirkan apa yang terjadi tadi, itu semua seperti mimpi, tapi rasa hangat itu masih menjalar di ke nadi Fang Yin.

"Apa yang terjadi? A Yin?" Xiao Ya mengetuk pintu kamar mandi memanggilnya, karena mendengar suara air yang keras.

Fang Yin membenarkan posisinya dan bersiap untuk keluar dari kamar mandi. Sebelum itu dia menjawab: "Apa yang bisa terjadi padaku?"

Xiao Ya mendengus. Jelas jelas dia mendengar Fang Yin ribut dikamar mandi tidak seperti biasanya. Entah kecepatan seperti apa, tiba tiba Fang Yin sudah keluar dengan kaus putih dan cardigan biru bersiap untuk ke kampus.

"Dimana si marga Lin? Katakan padanya, aku terburu buru ke kampus, hari ini ada jadwal. Jika ingin mencari masalah, nanti sore saja." Fang Yin dengan terburu buru mengambil tasnya dan memakai sepatu putih.

"Seharusnya aku yang mengatakan padamu. Katakan padanya, untuk membeli persediaan mie selagi diluar. Kau akan bertemu dengannya nanti, jangan lupakan itu."

"Aku harap tidak bertemu dengannya." Fang Yin mengejek dan pergi begitu saja membanting pintu ketika melihat ekspresi Xiao Ya yang melototinya.

Xiao Ya menghela napas dan berdecak sebal. "Kapan kalian bisa dewasa?"

Fang Yin terburu buru pergi naik bus, kebetulan bus berhenti tepat ketika Fang Yin datang, tidak ada alasan lain untuknya datang telambat. Selang beberapa menit, bus sampai di depan kampus Shanghai University. Dia berlari keluar dari bus dan memasuki kampus. Popularitasnya di kampus tidak perlu dipertanyakan, semua orang mengenalnya sebagai mahasiswa tercantik dan terpintar di kampus. Bukan hanya karena dapat beasiswa, nilai nilai dan prestasi yang didapat sudah sangat dikenal dan menjadi yang nomor satu di kampus. Padahal kesehariannya terlihat seperti orang biasa, tidak tergila gila dengan belajar dan mementingkan kesenangan pribadi.

Banyak yang ingin berteman dengannya, ada juga yang ingin menjadi pasangannya. Tapi Fang Yin menanggapinya dengan ceria tapi penolakan yang dia ucapkan begitu menusuk secara tidak langsung untuk orang yang menyukainya. Untuk yang ingin berteman dengannya, dia menerima dengan tangan terbuka bahkan dosen tidak terkecuali.

Hari hari dikamus dengan mudah dilalui, hari sudah sore dan Fang Yin tidak terburu buru pulang. Dia pergi ke suatu tempat untuk menenangkan pikiran. Di kampus tadi, ada kuis yang harus diselesaikan. Fang Yin memang menjawabnya dengan mudah, tapi dia tetap harus berpikir keras untuk beberapa yang dilupakan. Bagaimanapun, Fang Yin tetaplah manusia yang pelupa.

Fang Yin berjalan jalan disekitar pantai dengan fresh mint di tangannya. Kali ini pikirannya buka dibebani oleh mata kuliah yang semakin lama semakin banyak, melainkan mimpi tentang naga air yang begitu mencolok dan membuat kepalanya sakit. Tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, jika saja dia mengenal seseorang yang bisa meramal mimpi. Di zaman sekarang, mana ada hal seperti itu yang masih dipercaya, hanya orangtua kuno yang mempercayainya.

Angin berhembus kencang membawa ombak dengan keras di pesisir pantai. Fang Yin menyisir pantai dan melihat matahari terbenam dengan nyaman sambil menggoyang goyangkan gelas berisi fresh mint ditangannya. Tiba tiba kalung safir yang menggantung di lehernya bersinar tanpa tanda tanda. Fang Yin tergelak dan meraih kalung tersebut yang terasa hangat. Banyak tanda tanya yang muncul, Fang Yin melepas kalungnya dan melihatnya dengan jelas. Cahaya yang muncul tersebut keluar dan melayang diudara. Semakin lama semakin besar membuat Fang Yin merasa aneh, sesuatu yang tidak beres terjadi. Cahaya semakin besar dan menyilaukan mata, Fang Yin terpaksa menutup silau sinar itu dengan tangannya dan sedikit menutup mata. Jantungnya berdetak tidak karuan dan tubuhnya gemetar, tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, Fang Yin segera lari tidak ingin sesuatu yang tidak pernah terpikir terjadi padanya.

Fang Yin terus berlari, kemudian dia menyadari tidak ada siapapun di tempat ini. Sekitar pantai dikelilingi hutan dan cahaya itu sudah menghilang ketika Fang Yin lari. Berbeda dengan sebelumnya, semua tampak sunyi dan sepi, tidak ada tanda tanda kehidupan kecuali dibalik hutan yang rindang. Apa ini namanya? Pelarian Fang Yin malah menjadi petaka dan dia tersesat di tempat aneh. Apa karena cahaya tadi membuatnya pergi ke tempat lain? Ini sama sekali berbeda dengan pantai sebelumnya.