webnovel

Citra Dan Cerita

Amanda Citra Sofia, atau kerap di sapa Citra. Gadis berusia 18 tahun yang terpaksa menikah muda dengan kekasihnya yang bernama Satria Wijaya. Karna suatu hal pernikahan muda tak bisa terelakkan. Citra terpaksa mengubur dalam-dalam mimpinya, dan memilih hidup berumah tangga dengan suaminya yang juga sangat mencintai. Dan dari sini kehidupan baru Citra di mulai, awal dari pernikahan itu memang kehidupan mereka tampak bahagia dan baik-baik saja. Namun semakin lama, perubaham sikap sang suami terlihat nyata. Alih-alih hidup bahagia tapi Citra malah mengalami penderitaan dan KDR. Suaminya yang dulu sangat menyayanginya berubah menjadi kasar dan semena-mena, hal itu karna di ketahui suaminya mengalami gangguan jiwa. Lalu sanggupkah Citra mempertahankan rumah tangganya? Note: Cerita ini di angkat dari kisah nyata.

Eva_Fingers · Teenager
Zu wenig Bewertungen
4 Chs

Pertemuan Citra Dan Satria

Sore hari yang begitu sejuk. Semilir angin menerpa helaian rambut Citra yang kala itu sedang duduk di teras rumah.

 

Citra tampak asyik dengan ponselnya membalas pesan SMS dari teman-teman sekolahnya. Saat itu fitur chating yang paling sering di gunakan adalah SMS. Karna jaringan internet masih sulit dan juga belum ada ponsel canggih seperti saat ini.

Namun meski begitu Citra sudah sangat merasa bahagia karna sudah memiliki ponsel walau hanya bisa di gunakan untuk SMS dan telepon saja, baginya sudah keren. Dan dia merasa bersyukur.

Citra adalah gadis berusia 16 tahun, dan dia tinggal di sebuah perkampungan kecil nan asri. Saat itu dia masih kelas 1 SMU.

 

Lalu tak lama kemudian datanglah Utari.

Utari adalah tetangganya.

Utari gadis berusia 17 tahun usianya satu tahun lebih dewasa dari Citra.

"Citra!" panggil Utari.

"Eh, Kak Tari, ada apa?"

"Ah, aku mau curhat!"

"Curhat? ah, pasti soal pacar Kakak yang itu ya?" tebak Citra dengan nada berseloroh.

"Iya, kok kamu tau sih? kamu dukun ya?" ledek Utari.

"Haha, iya Dukun Beranak puas!"

"Haha! Iya!"

Lalu Utari pun menceritakan permasalahannya dengan pacarnya kepada Citra.

Bahwa dia sedang meragukan kesetiaan sang pacar kepada dirinya.

Karna menurut rumor yang beredar pacar dari Utari itu adalah seorang playboy. Sehingga Utari berniat menyelidiki kebenaran gosip itu.

Dia berinisiatif untuk menjadikan Citra sebagai umpan untuk menggoda pacarnya yang bernama Satria itu.

 

"Pokoknya, kamu telepon dia dan pura-pura saja salah nomor!" tukas Utari memberikan arahan.

"Ah, Kak, Utari serius? nanti kalau dia beneran kecantol sama aku gimana? aku ini cantik lo, banyak yang ngefans hehe!" tukas Citra dengan bangga dan nada bercanda.

"His kamu nih, sok cantik banget. Pokoknya kalau dia beneran kecantol sama kamu berarti dia playboy! dan aku enggak sudi punya cowok playboy, mending buang ke laut aja deh, buat umpan hiu!"

"Uwis, extreme banget, Kaka ini! hehe but the way keren sih!"

"Jangan keren-keren aja, kamu siap enggak!"

"Siap dong!"

"Nah gitu dong!"

"Em ... tapi, abis ini aku di Kasih apa?"

"Tenang, nanti aku traktir cilok depan SD!"

"Apa! cilok?!"

"Iya! kenapa kamu gak mau?"

"Yah! mau lah! sekalian siomaynya juga ya!"

"Em ... ok deal! jangan kan siomay abang-abangnya pun juga boleh buat kamu!"

"Eww! gak mau abang-abang jorok gak pernah sikat gigi, masa pas itu ada cabe nangkring di giginya. Kan jorok banget! Ew!"

"Yeh, ama abang-abangnya geli, tapi ama siomay nya enggak, dasar aneh!"

"Ih, siomay nya mah enak!"

"Iya, tapi yang bikin kan abang-abangnya!"

"Iya juga ya!" Citra menaruh tangannya di ujung dagu seolah sedang berpikir keras.

"Tapi bodoh ah, yang penting enak haha!"

"Haha dasar, Dongdong!"

Mereka berdua pun akhirnya tertawa ngakak, dan obrolan mereka pun semakin, memanjang hingga tak terasa hari pun berganti sore.

"Eh, ngomong-ngomong! aku pulang dulu ya! takut nanti, si juragan ngomel!" tukas Utari.

Lalu Utari pun pulang karna takut di marahi oleh sang Ayahnya karna seharian bermain terus.

Meskipun mereka bertetangga dekat Utari dan Citra bersekolah di beda tempat.

Sehingga dengan begitu, niat Utari untuk mengetes kesetiaan sang Pacar pun menjadi lebih mudah. Karna mereka tidak satu SMU.

 

***

 

Setelah malam tiba-tiba, Citra mulai melancarkan aksinya. Sama persis yang di arahkan oleh Utari.

Dia mulai menelpon pacar sahabatnya yang bernama Satria itu.

 

Dan tak lama kemudian telepon mulai tersambung.

"Hallo! dengan Mas Rudi!" sapa Citra yang pura-pura sedang salah nomor.

"Ah, bukan! ini siapa ya?" sahut Satria lewat telepon.

"Wah, aku salah nomor ya? maaf ya, Mas!" tukas Citra yang seolah merasa bersalah.

"Owh, iya gak papa kok!"

"Kalau begitu, sekalian boleh kenalan enggak, Mas! anggap saja Silahturahmi gitu!"

"Ah, boleh kok!"

"Nama, Mas siapa?" tanya Citra.

"Ah, nama saya Satria. Panggil nama saja, jangan pakek Mas! kesannya tua banget, saya baru 17 tahun lo, Mbak!"

"Upss! kalau gitu, jangan  panggil saya Mbak juga dong! saya juga masih 16 tahun hehe!"

"Ok deh, Citra! mulai sekarang kita berteman ya, dan nomor kamu juga sudah ku simpan," tutur Satria.

 

Mulai dari hari itu, mereka berdua semakin intens berhubungan walau hanya lewat telepon. Meski belum saling bertemu, tapi Satria merasa sangat nyaman dengan citra.

Semakin lama mereka saling berbicara lewat telepon lalu tumbuhlah perasaan cinta.

Awalnya yang jatuh cinta adalah Satria. Lalu singkat cerita akhirnya Satria menyatakan perasaannya lewat telepon. Dan tanpa sepengetahuan Utari tentunya.

Citra pun akhirnya mengiyakan perasaan Satria. Dan tentu saja, dia berbicara kepada Utari. Karna memang Utarilah yang menyuruhnya untuk mengerjai Satria.

 

Pada akhirnya hubungan Utari dan juga Satria berakhir. Seperti ynag di katakan Utari bahwa dia akan memutuskan pacarnya itu jika pacarnya terbukti tidak setia.

Namun di balik semua itu, siapa sangka jika hubungan Satria dan Citra malah semakin berlanjut.

Mereka akhirnya malah memutuskan untuk bertemu di sebuah danau. Yang tak jauh dari tempat tinggal mereka.

 

Citra sendiri tahu jika Satria itu lelaki yang tidak setia. Tapi dia masih ngeyel dan tetap penasaran untuk bertemu dengannya. Semua berawal dari rasa nyaman saat mereka selalu mengobrol lewat telepon.

Setelah pertemuan itu, mereka pun malah semakin akrab saja. Bahkan Citra juga menceritakan semuanya, bahwa dia di suruh oleh Utari untuk mengerjai Satria.

Meski Satria sudah tahu semuanya namun dia tidak marah dengan Citra.

Bahkan mereka malah semakin dekat saja. Dan akhirnya mereka benar-benar jadian di dunia nyata.

Walaupun awalnya Citra menolaknya tapi semakin lama Citra juga semakin menyukainya.

 

Yah, semenjak mereka berdua berpacaran. Sudah pasti hubungan Utari dan juga Citra yang baik-baik saja, kini perlahan seakan merenggang. Utari tidak setuju jika tetangga sekaligus sahabatnya itu berpacaran dengan mantan kekasihnya itu.

 Dia tidak suka dengan sikap Citra yang malah seolah-olah merebut pacarnya itu. Dan di sisi lain dia juga tidak mau jika Citra menjadi  sakit hati karna Satria akan berselingkuh darinya.

 

Namun Citra dan Satria tak peduli mereka malah semakin lengket.

Hingga pada suatu ketika, kondisi keuangan keluarga citra mulai memburuk. Citra terpaksa berhenti sekolah. Dan memilih bekerja di sebuah restoran di Jakarta.

Dan mulai dari situ, Citra dan Satria terpaksa berpacaran jarak jauh.

Namun meski begitu hubungan mereka tak pernah goyah. Mereka tetap saling berhubungan lewat telepon.

Mereka berdua juga sering bercerita tentang cita-cita mereka masing-masing.

Citra berencana akan melanjutkan pendidikan SMU nya setelah dia memiliki tabungan dari hasil jerih payahnya. Sementara Satria, dia berencana akan melanjutkan ke perguruan tinggi setelah lulus.

 

Mereka berpacaran secara positif yang artinya mereka saling menyemangati satu sama lain. Citra sendiri tak merasa khawatir jika Satria akan menyelingkuhinya selama dia bekerja.

Yang terpenting baginya. Dia masih punya orang yang bisa mengobati rasa lelahnya setelah bekerja.

Dan ada orang yang selalu mendengar curhat keluh kesahnya setiap malam. Walaupun hanya lewat telepon.

Perkara, Satria hanya mempermainkannya, baginya itu tidak penting.

 

 

Bersambung....