webnovel

Cinta yang salah

Ptr_WB · LGBT+
Zu wenig Bewertungen
34 Chs

Part 19

Tanpa menjawab kak Nur tiba-tiba berbalik ke arahku dan diam sejenak, lalu kembali melanjutkan langkahnya.

"Kak..."

"Kak, kenapa gak jawab pertanyaanku?"

"Karna aku tak mengenalnya, Rania." jawab kak Nur ketus.

"Kak? apakah perkataanku menyinggung kakak?" tnyaku

"Gak."

"Lalu kenapa kak!?" tanyaku lagi.

Tanpa menjawab, kak Nur terus melangkahkan kakinya menjauh dariku.

Aku menghentikan langkahku, aku memutuskan untuk membiarkan kak Nur pergi.

Mungkin dia benar-benar tak mengenal kak Verra.

-POV Nur-

"Apa kakak mengenal kak Verra?"

"Dia anak seorang kepala sekolah di SMP swasta di sini." ujar Rania lagi...

Aku hanya berhenti sejenak dan  melihat ke arahnya lalu meninggalkannya.

Ku pikir dengan cara begitu dia akan berhenti bertanya tentang Verra, namun aku salah.

Dia semakin penasaran, tentang apa aku mengenal Verra atau tidak.

"kak..."

"Kak... Kenapa gak jawab pertanyaanku?" tanya Rania membuatku sangat tak nyaman.

"Gak." jawabku singkat agar membuatnya berhenti menanyakan tentang Verra.

"Lalu kenapa kak!?" ujar Rania membuatky geram.

Tanpa menjawab dan memeperdulikannya, aku pun memutuskan untuk pergi.

"Kenapa dia tiba-tiba bertanya tentang Verra." omelku sambil melangkahkan kaki ke arah toilet.

"Kenapa harus namanya yang di sebut"

"Kenapa!!!" ujarku kesal.

"Nur." sapa seseorang.

"Apa!!" jawabku dengan nada kesal.

"Ke-kenapa kamu marah kepadaku?" ujarnya.

Aku pun melihat ke sumber suara, ternyata Firda teman satu kelasku.

"Maaf, Fir." ujarku.

"Kamu kenapa? Ada masalah sama Rania?" tanya Firda.

"Gak... Lagi pula kenapa harus ada masalah dengannya?" tanyaku.

"Sudahlah, jangan berpura-pura di depanku. Itu gak mempan, kita sudah berteman sejak kecil jadi gak ada yang bisa kamu sembunyikan dariku." ujar Firda.

Ya.. Firda dan aku sudah berteman sejak kecil, dia tau kalau aku menyukai perempuan dan dia juga begitu.

"Ngomong apa kamu, jangan ngawur deh!" ujarku.

"Hahaha... Sudahlah." ujarnya sambil mengacak-acak rambutku.

"Kenapa kamu disini?" tanyaku.

"Buang air, emangnya kamu kesini bukan mau buang air malah buang emosi. Btw jangan pecahin kaca lagi ya, nanti ketahuan guru bisa-bisa kena Skors."

"Gak akan ketahuan." jawabku.

"Behentilah marah, apa yang membuat temanku sampai semarah ini."

"Kamu ingat Verra?" tanyaku.

"Verra?"

"Iya Verra, si anak kepala sekolah yang manja itu." ujarku.

"Ohh Verra, kenapa? Dia membuat onar lagi?"

"Gak, aku hanya kesal ketika namanya di sebut." ujarku lesu.

"Siapa menyebutnya, bukannya gak ada yang kenal dia kecuali..."

"Iya, itu yang membuatku kesal." ujarku.

"Siapa!?"

"Siapa selain kita?" tanya Firda.

"Menurutmu?" ujarku.

"Aku serius, katakan sekarang Nur."

"Siapa lagi kalau bukan Rania." Ujarku sambil mencuci tangan.

"Ayo cepat kembali ke kelas nanti kita lanjut lagi ngobrolnya." Ujarku.

Aku dan Firda pun berjalan keluar toilet dan berjalan menyusuri koridor sekolah.

"Apa kamu yakin, Nur?" Tanya Firda.

"Ya."

"Seyakin apa?" Tanya Firda lagi.

"Apakah kurang meyakinkan?" Tanyaku.

"Bisa saja dia adik kelas Verra dan sebagainya." Ujar Firda.

"Lalu untuk apa dia mencari Verra? Mau reuni sekolah. Kita juga alumni SMP yang sama dengan Verra dan Rania." ujarku.

"Aku kurang yakin."

"Terserahmu saja." ujarku mempercepat langkahku.

"Apa kamu masih membenci Verra karna hal itu?" tanya Firda membuat amarahku makin membludak.

"Cukup Firda! Aku mulai muak dengan kalian yang terus-terusan menyebut nama si pecundang nan manja itu." ujarku.

"Tapi Nur, itu sudah lama. Untuk apa terus di pendam dan terus menjadi masalah." ujar Firda.

"Cukup menyebut namanya atau jangan temui aku lagi." ancam ku pada Firda.

"Baiklah aku akan diam." ujar Firda lesu sambil mengikuti langkahku.