webnovel

Mertua

"Permisi, Nona Jiao! Perkenalkan aku Ibu dari Abri..."

Kia memperkenalkan diri pada Jiao, sementara Jiao melihat kasih sayang dimata Kia menjadi semakin sedih saat ini, dia tiba-tiba merindukan Ibunya yang sudah meninggal dan Kia sangat mengerti perasaan Jiao saat ini, dia segera menghampiri Jiao dan memeluknya dengan erat. Kia membelai punggung Jiao dengan lembut sehingga gadis itu sekarang kembali tidur.

Kia menyelimuti tubuh kurus Jiao saat Abri dan kedua anaknya memasuki kamar Jiao. Kia meletakkan jari telunjuknya di depan bibirnya dan mengajak semuanya untuk keluar dari dalam kamar Jiao.

"Nenek, kami sangat merindukan Miss Jiao, kami ingin menemaninya, kami akan diam dan tidak akan menganggunya, kami janji."

Ucap Barra yang diangguki Daisy. Kia menatap Abri yang menganggukkan kepalanya, mereka berdua kemudian keluar dari kamar Jiao dan segera menuju ke ruang tamu. Kia akan membicarakan sesuatu kepada Abri dan bertanya apa yang sebenarnya terjadi.

"Mama, ada yang ingin menjebak kami. Aku dan Jiao bertemu dengan orang yang saat ini memimpin perusahaan milik Ayah Jiao, karena Jiao masih di bawah umur. Dia adalah anak angkat ayah Jiao dan dia tentu saja tidak ingin memberikan perusahaan milik ayah Jiao kepada Jiao, dia kemudian ingin menghancurkan hidup Jiao dan juga berusaha menjebakku dengan memberikan obat afrodisiak yang dimasukkan ke dalam wine, untungnya aku tidak meminum minuman beralkohol dan Jiao menggantikan aku meminum minuman itu karena dia tidak tahan saat aku direndhkan oleh Rino."

ucap Abri menceritakan kejadian yang sebenarnya kepada ibunya.

"Kalau Jiao yang meminumnya kenapa kalian bisa melakukan hal itu?"

tanya Kia pada putranya yang segera menceritakan apa yang terjadi, dia juga mengatakan kepada Kia apa yang tidak Jiao ketahui.

"Setelah aku memasukkan kedua orang suruhan Rino ke dalam penjara, aku kemudian mulai menghancurkan perusahaan Rino. Saat saham turun nanti dan mereka terancam bangkrut, aku akan membeli semua perusahaan itu atas nama Jiao. Aku akan menggunakan semua itu sebagai maharku menikahinya."

Ucap Abri mantap. Kia merasa sangat bangga kepada Abri, dia sangat bertanggungjawab apalagi saat dia melakukan kesalahan yang merugikan orang, dia akan membuat orang yang semula merugi menjadi beruntung.

"Bagus, Nak! Sekarang kamu beristirahatlah! Nanti malam kalian akan menikah. Biar aku yang akan mengurus Jiao, kamu jangan menemuinya lagi sampai acara pernikahan kalian nanti malam dilaksanakan!"

ucap Kia yang saat ini meninggalkan Abri menuju ke dapur untuk menemui Jeeva dan juga Faira yang saat ini sedang ditinggal bertugas ke Amerika oleh Daniyal dan Alexi. Abri segera beranjak menuju ke kamarnya.

Dia kemudian merebahkan dirinya dikasur yang sangat empuk. Abri kemudian memejamkan matanya, dia merasa sangat bersalah kepada Jiao, juga kepada Alice dan Kara karena akhirnya dia akan menikah untuk ketiga kalinya sementara sebeumnya dia sudah berjanji kalau dia selamanya tidak akan pernah menikah lagi.

Saat sore hari, Jiao terbangun dari tidurnya. Saat ini keadaannya jauh lebih baik dari sebelumnya meski tubuhnya masih terasa pegal-pegal, terutama pada bagian bawah tubuhnya. Jiao kemudian bangun dan duduk bersandar di kepala tempat tidurnya, dia terkejut dan tersenyum saat melihat dua anak kecil yang saat ini tidur di sampingnya.

Tadinya Barra dan Daisy akan menunggu sampai Jiao bangun tetapi mereka malah mengantuk dan tidur dengan sendirinya. Jiao kemudia segera beranjak ke dalam kamar mandi dan segera membersihkan dirinya dengan berendam menggunakan air hangat. Jiao segera menyelesaikan mandinya dan dia mengenakan jubah mandi karena dia lupa mengeluarkan barang-barangnya yang masih berada di mobil Abri.

Jiao segera keluar dari kamar mandi dan menemukan Kia sudah tersenyum menyambutnya.

"Maaf, Nyonya! Tadi saya mandi terlalu lama!"

Ucap Jiao kepada Kia yang tersenyum sambil memberikan sebuah kotak yang sangat cantik.

"Jiao, ini pakaian untukmu! Kamu harus memakainya malam ini. Aku sudah bertanya pada Abri tentang ukuran tubuhmu, semoga kamu muat ya, Sayang!"

Ucap Kia sambil tersenyum. Jiao lalu membuka kotak itu dan dia sangat terkejut hingga membelalakkan matanya saat melihat gaun pengantin yang begitu indah.

"Nyonya, apa maksud anda? kenapa anda memberiku gaun ini?"

tanya Jiao kepada Kia yang lagi-lagi tersenyum kepadanya.

"Jiao, nanti malam kamu dan Abri akan menikah. Kami sudah mengurus semuanya dan disini juga membolahkan pernikahan berbeda agama. Kalau di China nanti takutnya akan dipersulit meski disana juga boleh melakukan pernikahan berbeda agama, tetapi aku tinggal disini dan aku juga ingin menyaksikan pernikahan kalian. Aku ingin Abri bahagia dan kembali berumah tangga. Aku harap kamu mau menjadi istrinya dan mau merawatnya. Aku tahu kamu pasti keberatan dengan pernikahan ini, tetapi aku mohon kamu berjanji padaku kalau kamu akan selamanya mendapmpingi putraku, Jiao. Dia sudah sangat menderita selama ini."

Ucap Kia sambil menyeka air matanya. Jiao segera memeluk calon ibu mertuanya itu dengan penuh kasih sayang.

"Nyonya, jangan memohon kepadaku! aku berjanji kepada anda kalau aku akan selalu bersama dengan Tuan Abri. Aku justru yang seharusnya berterima kasih kepadanya, Nyonya."

ucap Jiao membuat Kia membalas pelukan calon menantunya ini.

"Jiao, mari Mama bantu memakai pakaian pengantin ini!"

ucap Kia sambil membantu Jiao yang saat ini masih mengenakan jubah mandinya. Jiao sendiri sebenarnya sangat malu saat berpakaian dihadapan orang meski itu seorang wanita. Jiao kemudian segera memakai gaun itu di kamar mandi dan karena dia tidak bisa menutup resleting gaunnya, dia meminta bantuan Kia pada akhirnya.

"Nyonya, mohon bantuannya untuk menarik resleting gaun ini."

ucap Jiao sambil memegangi bagian dadanya. Kia segera membantu Jiao dan dia mengerutkan keningnya saat melihat begitu banyak bekas merah di punggung putih Jiao, dia kemudian bertanya kepada Jiao apa yang terjadi dengan kulitnya.

"Nyonya, ini akibat perbuatan bajingan itu. Mereka meninggalkan banyak sekali tanda seperti ini ditubuhku."

Ucap Jiao sambil memperlihatkan bagian dadanya. Kia membelalakkan matanya dan mengutuk putranya sendiri, dia sangat gemas terhadap Abri yang ternyata sebuas itu.

"Dasar anak nakal! awas saja nanti kamu akan aku marahi habis-habisan. Gadis kecil dan imut seperti Jiao sangat menggairahkan ya dimatamu!"

Gumam Kia sambil membetulkan pakaian Jiao.