"Barra, tetapi saat ini Daddymu membutuhkan seorang dokter."
ucap Jiao menjelaskan kepada Barra, jiao mengira Barra tidak mengerti kalau orang sakit membutuhkan dokter.
"Miss Jiao, pamanku seorang dokter. Anda tenang saja."
ucap Barra sambil menyerahkan ponsel Daddynya pada Jiao yang langsung meletakkannya didalam laci.
"Barra, apakah kamu lapar?"
tanya Jiao kepada Barra, kebetulan saat ini Abri membuka matanya.
"Aku sangat lapar Nona Jiao! apakah kamu bisa membuat bubur?"
tanya Abri yang baru saja terbangun dari tidurnya. Dia sangat mengantuk dan tertidur selama perjalanan setelah berpura-pura pingsan tadi.
"Aku akan membuatkan makanan sehat untuk kalian berdua. kalian tunggu sebentar."
ucap Jiao yang langsung meninggalkan kamar Abri dan bertanya kepada seorang penjaga dimana letak dapurnya. Saat Jiao kedapur Axton, Xinxin dan juga Daisy tiba. Abri kemudian memberitahukan kepada semua orang kalau dia sedang berkonspirasi dengan Barra untuk membuat Jiao mau menjaga Barra dan Daisy.
"Kakak, kenapa kamu tidak memintanya langsung agar dia mau menjaga Barra dan Daisy? kenapa harus menggunakan cara seperti ini?"
tanya Axton yang merasa heran saat Kakaknya mengingkari kata-katanya sendiri kalau dia tidak akan berhubungan lagi dengan wanita manapun kecuali Xinxin, Jianyang dan Daisy juga kerabatnya saja. Abri bisa menangkap apa yang dipikirkan oleh Axton. Dia kemudian memukul kepala adiknya,
"Axton! kamu jangan berpikir terlalu banyak. Aku menganggap Jiao seperti putriku sendiri dan dia juga menghormatiku sebagai seorang ayah."
ucap Abri membuat Axton kemudian menganggukkan kepalanya.
"Aku sudah memintanya secara langsung dan dia masih memikirkannya, jadi aku minta bantuan dan kerja sama dari kalian berdua. Jiao sangat menyayangi Barra dan Barra sangat bergantung kepadanya. Aku sangat berharap kalau dia mau menjaga kedua anakku seperti seorang Kakak menjaga adik-adiknya. Aku akan mengangkatnya menjadi putriku dan aku akan memiliki tiga orang anak nantinya. bagaimana pendapat kalian berdua?"
tanya Abri pada Xinxin dan Axton yang kini mengetahui maksud Abri. Mereka kira Kakaknya itu akan kembali berkeluarga dengan gadis kecil itu.
"Kakak, kami sangat mendukung apa yang kamu inginkan, tetapi sebaiknya kamu bertanya kepadanya saja langsung. Kasihan Nona Jiao jika dia diperlakukan seperti ini, tetapi apakah tidak berlebihan kalau kamu mengangkatnya sebagai anak? meskipun usia kalian terpaut cukup jauh, tetapi aku takut tumbuh benih cinta diantara kalian berdua. Kalian akan sering bersama-sama, jadi aku takut kalau nantinya hubungan kalian akan menjadi polemik diantara kalian sendiri."
ucap Axton yang langsung dijawab tatapan tajam oleh Abri.
"Axton, kamu jangan mengada-ada. Aku sudah bilang tidak akan pernah membuka hati lagi untuk wanita manapun. Aku hanya akan mencintai Alice dan Kara selama sisa hidupku dan membesarkan Barra dan Daisy dengan baik sehingga aku juga bisa mengantarkan mereka sampai mereka bisa menjalani kehidupan merea masing-masing."
ucap Abri yang langsung diangguki oleh Axton dan Xinxin. Beberapa saat kemudian, saat makan siang sudah tiba, Jiao yang sejak tadi membuat bubur untuk Abri dan Barra juga sudah selesai. Kini dia membawa dua mangkuk bubur ke kamar Abri sementara pelayan menyiapkan makan siang untuk Axton, Xinxin, Ava dan juga Daisy. Saat Jiao memasuki kamar Abri, dia agak terkejut saat melihat begitu banyak orang yang berada di dalam kamar Abri.
"Permisi, maaf aku tidak tahu kalau ada kalian semua. Aku minta maaf Nyonya, karena aku membawa Barra pergi tanpa meminta ijin dari kalian semua sehingga membuat kalian menjadi cemas dan mengira Barra aku culik."
ucap Jiao kepada Xinxin dan Axton yang memang sudah mengenal Jiao karena mereka adalah wali murid dari Barra saat disekolahnya.
"Tidak apa-apa, Miss Jiao, seharusnya kami yang berterima kasih kepadamu. Keponakan kami ini memang sangat merepotkan anda, kami minta maaf karena telah membuat anda terkena masalah hingga anda dikeluarkan dari sekolah dan sekarang tidak bisa mengajar lagi."
ucap Xinxin merasa tidak enak kepada Jiao yang kini harus kehilangan pekerjaannya.
"Nyonya, anda tidak perlu meminta maaf karena aku sudah mendapatkan ganti pekerjaan yang lebih baik dari menjadi guru di sekolah itu."
Ucap Jiao sambil tersenyum, saat gadis itu tersenyum muncul lesing pipit di kedua pipinya sehingga membuat Jiao tampak begitu imut. Axton dan Xinxin kemudian menatap Abri dan Jiao secara bergantian dengan wajah yang sangat tidak enak dipandang. Abri kini membelalakkan matanya dan mengancam Axton agar tidak berpikiran macam-macam.
"Axton, ajak Daisy dan Ava makan siang dulu. Aku mau makan disini dengan Barra."
ucap Abri mengusir adik dan adik iparnya yang mulai memiliki pemikiran liar.
"Baik Kakak, silahkan menikmati masakan nona Jiao yang pastinya sangat lezat bukan?"
goda Axton pada Abri yang langsung melemparnya dengan bantal. Jiao yang tidak mengerti apa yang terjadi hanya bisa menggelengkan kepalanya.
"Barra, kita makan dulu Sayang. Setelah itu kita minum obat agar kamu bisa segera kembali sehat."
ucap Jiao pada Barra yang kini malah menggelengkan kepalanya.
"Barra nggak mau makan! aku nggakk mau sembuh!"
ucap Barra sambil melipat kedua tangannya didepan dadanya. Jiao dan Abri merasa heran dan Abri segera bertanya kepada putranya.
"Sayang, memangnya kenapa kamu tidak mau makan?"
tanya Abri pada putranya, dia sangat khawatir karena kalau putranya marah dia akan melakukan apa yang dia katakan, anak kecil itu sangat pintar.
"Kalau aku sembuh nanti Miss Jiao akan pergi, aku lebih baik sakit setiap hari agar Nona Jiao mau merawatku seperti sekarang ini."
ucap Barra membuat hati Abri merasa sakit sekali. Anak itu memang sangat merindukan ibunya dan dia menemukan sosok Ibunya pada diri Jiao. Abri melihat Jiao tersenyum dan membelai kepala putranya.