"Nyonya, anda bicara apa?"
tanya Jiao pada Kia yang saat ini langsung tersenyum karena dia merasa sangat tidak enak pada Jiao.
"Lihat saja Abri! Aku akan menjewer telingamu nanti!"
Gumam Kia lagi.
"Tidak apa-apa Jiao, kamu teruskan mengganti pakaianmu dan berias terlebih dahulu! Nanti aku akan kembali lagi."
Ucap Kia kepada Jiao yang sekarang sedang melihat dadanya apakah bekas merah dari ciuman orang yang memperkosanya terlihat atau tidak. Sementara itu saat ini Kia sudah berada di dalam kamar Abri yang baru saja selesai mandi, dua jam lagi dia akan menikahi Jiao. Abri akan bertanggungjawab dengan apa yang telah dia lakukan kepada Jiao semalam.
"Mama, katanya Mama mau membantu Jiao bersiap! kenapa Mama malah berada disini? aku sudah selesai dan akan segera keluar untuk bersiap, apakah Jiao sudah siap?"
tanya Abri pada Kia yang kini menggelengkan kepalanya dan menjewer telinga Abri dengan agak keras.
"Mama kenapa menjewerku? aku sudah dewasa lagi pula aku tidak melakukan kesalahan apapun. Kenapa Mama tiba-iba menjewerku?"
tanya Abri masih menatap mamanya yang terlihat sangat galak saat ini.
"Abri, Mama tahu kamu lelaki normal dan kamu juga sudah lama tidak menyentuh wanita, tetapi saat Mama melihat tubuh Jiao, aku benar-benar sangat marah kepadamu! kenapa kamu begitu buas?"
tanya Kia pada putranya yang kini mengerutkan keningnya.
"Mama, anda bicara apa?"
tanya Abri agak bingung, dia sama sekali tidak mengerti dengan apa yang dimaksudkan oleh Kia.
"Abri, aku melihat begitu banyak bekas gigitan yang berwarna merah di tubuh Jiao, apakah kamu masih tidak mengerti? apa kamu begitu buas sehingga memperlakukannya seperti itu?"
tanya Kia membuat Abri tersedak.
"Maaf Ma, aku khilaf. Aku memang sangat merindukan istriku, aku tidak sengaja melakukannya!"
Ucap Abri terus terang kepada Mamanya.
"Abri, apakah kamu menyukai Jiao?"
tanya Kia, dia sangat mengenal putranya. Meski dia tidak pernah menyentuh wanita dalam waktu yang lama, tetapi Abri tidak akan menyentuh wanita secantik apapun dia kalau dia sama sekali tidak menyukainya, bahkan meski wanita itu telanjang sekalipun dihadapannya.
"Aku tidak tahu, Ma! Aku sendiri bingung bagaimana harus mengatakannya. Saat melihatnya aku merasa dia membutuhkan aku, Ma! Aku merasa harus melindunginya. Aku juga sangat bahagia apabila aku sedang bersamanya, tetapi aku tidak mencintainya, Ma. Yang aku rasakan saat ini bukan cinta seperti saat aku bersama Kara dan Alice."
ucap Abri membuat Kia tersenyum.
"Tdak apa-apa Abri, saat ini mungkin belum, tetapi Aku yakin kalau kalian akan bahagia nantinya."
ucap Kia sambil menepuk bahu putranya.
Dia kemudian segera meninggalkan Abri dan segera kembali ke dalam kamar Jiao yang kini sangat ramai karena Jeeva dan Faira juga berada di kamar itu, mereka membantu Jiao bersiap dan sekarang Jiao sudah siap. Anak-anak sangat bahagia mendengar kalau Jiao akan menjadi Ibu mereka.
"Nenek, apakah benar yang dikatakan oleh tante Jeeva dan juga Tante Faira kalau Miss Jiao akan menjadi Mama kami?"
tanya Barra dan Daisy penih harap. Kia segera menganggukkan kepalanya. Dia kemudian menggendong Barra dan mengajak Daisy kembali ke dalam kamar mereka untuk mandi dan bersiap juga.
Sementara itu, Abri saat ini sudah bersiap diruang tamu, dia kemudian memeriksa kembali berkas-berkas yang sudah diberikan anak buahnya tentang identitas Jiao. Abri kini tersenyum karena semuanya sudah sesuai, dia juga harus mengeluarkan uang cukup banyak karena mereka menikah beda agama, semuanya sangat rumit dan melibatkan pengadilan juga, untung saja saat ini mereka berada di Mesir yang meski tidak menyarankan tetapi juga memperbolehkan pernikahan berbeda keyakinan.
"Bagaimana Tuan Abri? apakah semuanya sudah sesuai?"
tanya petugas yang akan menikahkan Abri.
"Sudah, semuanya sudah sesuai."
ucap Abri meyakinkan petugas yang akan menikahkannya. Saat ini semua tamu dan saksi juga segala sesuatu yang diperlukan sebagai syarat menikah sudah siap dan hanya menunggu pengantin wanitanya saja. Saat ini, semua orang sedang menunggu Jiao keluar.
Beberapa saat kemudian, semua mata menatap arah kamar Jiao, ternyata Jiao sudah keluar dengan di temani Jeeva dan Faira sementara anak-anak mereka di ajak oleh pengasuhnya. Jiao sendiri merasa sangat gugup saat ini karena begutu banyak pasang mata yang menatapnya saat dia keluar dari dalam kamarnya.
Abri menatap Jiao sangat terkejut, dia sangat terpesona dengan kecantikan Jiao. Meski seorang pemilik perusahaan alias boss, Abri tidak seperti bos di dalam novel-novel yang bersikap dingin dan arogan. Dia sangat baik dan rendah hati.
Dia baik kepada siapapun bahkan karena dia terlalu baik banyak yang salah sangka terhadap sikapnya. Mereka mengira kalau Abri menyukai mereka, termasuk Lingling yang kini menjadi membenci Jiao saat mengetahui dia begitu dekat dengan Abri. Bagaimana nanti jika dia mengetahui kalau Jiao dan Abri sudah menikah?
"Abri, kenapa? kamu terpesona dengan calon istrimu? dia sangat cantik dan imut kan?"
tanya Kia menggoda putranya. Abri menundukkan kepalanya, dia segera menghela napas panjang untuk menenangkan hatinya yang berdegup cukup kencang. Abri merasa jantungnya berdebar sangat kencang. Dia berpikir apakah dia akhirnya jatuh cinta pada Jiao? gadis yang baru beberapa saat bersamanya.
Dia kemudian kembali menarik napas untuk meredakan kegugupannya. Jiao saat ini sudah duduk disamping Abri, mereka kemudian segera melakukan prosesi pernikahan. dalam waktu dua jam saja, keduanya saat ini sudah sah menjadi suami istri. Abri dan Jiao saat ini sudah bersatu. keduanya sudah berjanji didepan Tuhan akan saling menjaga dan saling mencintai.
"Tuan, Nona, anda berdua saat ini sudah resmi menjadi suami istri. Kami mengucapkan selamat atas pernikahan kalian berdua. kami akan segera pamit karena masih harus menikahkan orang lagi di dua tempat."
Ucap petugas yang membantu proses pernikahan mereka. Keduanya kini mempersilahkan semua tamu undangan untuk menikmati hidangan yang sudah disediakan oleh Kia dengan memesan jasa catering.
Ini adalah pernikahan yang sangat sederhana bagi seorang pemilik perusahaan seperti Abri, Mereka lebih senang memberikan bonus kepada karyawan mereka daripada uangnya buat pesta semalam.
Seperti halnya pernikahan terdahulunya, pernikahannya dengan Jiao juga hanya dihadiri oleh sebanyak dua puluh orang saja. tetapi Abri sudah memberikan perintah pada Jianyang untuk memberikan bonus kepada seluruh karyawan dan pegawai juga penjaga dan pelayan di rumahnya.