webnovel

YUNA

Perempuan itu bernama Yuna, yang baru saja ditemui Azka di warung masakan padang. Sekilas memang tidak ada yang menarik dari perempuan ini, biasa-biasa saja. Tubuhnya tidak begitu tinggi, terlihat tidak modis, tapi wajahnya lumayan cantik.

Meskipun lumayan cantik, tapi dia tidak bisa dibandingkan dengan Nisya, tunangan Azka, yang penampilannya berkelas, tubuhnya hampir setinggi tubuh Azka, dan terlihat sangat cantik. Ya, mungkin karena dia model jadi harus selalu memperhatikan penampilan. Dia sejajarlah dengan artis.

Tapi kenapa Azka justru mengabaikan tunangannya itu dan malah dibuat linglung oleh perempuan biasa seperti Yuna?

Yuna baru saja sampai di depan rumah kayu, panggung. Rumah tantenya. Kebanyakan rumah kayu di daerah kalimantan memang panggung, tapi tidak tinggi seperti rumah panggung kebanyakan yang ada di sulawesi, yang kolon di bawahnya bisa membuat orang berkeliaran. Begitu pula di Grogot, kolan rumah panggungnya hanya setinggi betis orang dewasa.

Yuna masuk ke rumah membawa kantong kresek warna hitam yang berisi nasi padang.

"Assalamualaikum." Dia membuka pintu sambil memberi salam.

Tantenya dari dalam membalas salamnya.

Yuna langsung ke dapur setelah mendengar suara tantenya yang menjawab salam. Tantenya berada di sana.

"Tante ngapain?"

"Bikin teh. Kamu mau juga, nggak?"

"Nggak usah, tante. Makasih." Katanya sambil menyimpan bungkusan nasi padang yang dibawanya di meja makan kemudian duduk di depannya.

Tantenya duduk di dekatnya setelah segelas teh yang dibuatnya disimpan di meja. Dia kemudian memperhatikan Yuna yang tiba-tiba diam, seperti sedang melamun.

"Kamu kenapa, nak?"

"Nggak apa-apa, tante," jawabnya dengan senyum.

"Trus, kenapa kamu melamun? Kamu pasti memikirkan sesuatu, kan?"

Yuna masih berpikir untuk memberitahukan tantenya tentang kejadian tadi di depan warung masakan padang atau lebih baik menyimpannya sendiri saja. Dia tidak ingin tantenya menjadi khawatir kalau dia tahu. Tapi, dia sepertinya harus cerita. Toh laki-laki tadi bukan penjahat kok.

"Aku ketemu seseorang tadi. Seorang laki-laki. Dia sedikit aneh." Dia akhirnya berani menceritakan peristiwa tadi.

"Aneh? Aduh, kamu harus hati-hati sama siapapun apalagi laki-laki. Jangan-jangan dia mau jahatin kamu?"

"Kayaknya nggak deh, tante. Tadinya aku sempat berpikir seperti itu. Tapi kemudian dia memberikan semua kartu identitasnya hanya untuk berkenalan sama aku. Katanya, supaya aku nggak berpikir kalau dia penjahat."

Tantenya tertawa.

"Awalnya dia memanggilku, tapi setelah aku berbalik badan, ternyata dia salah orang. Mungkin aku mirip sama temannya. Tapi nggak tau kenapa dia malah mengajak untuk kenalan. Aku sempat nggak mau tapi dia memaksaku untuk berkenalan, bahkan dia mengeluarkan kartu-kartu identitasnya dari dompet supaya aku mau kenalan sama dia."

"Aneh juga sih. Tapi, jangan-jangan dia jatuh cinta sama kamu?"

"Nggak mungkinlah, tante. Kita ketemunya baru tadi." Yuna tertawa mendengar tantenya mulai ngaur.

"Siapa tau dia jatuh cinta pada pandangan pertama sama kamu!"

"Udah, ah! Ganti prmbahasan aja! Kayaknya tante nih mulai ngaur gara-gara kelaparan." Dia berdiri untuk mengambil piring di rak piring. Kemudian menaruh nasi padang yang dibelinya tadi di piring dan duduk kembali di samping tantenya.

"Dia ganteng, nggak?" Tanya tantenya tiba-tiba yang sedang membuka bungkusan nasi padang di piringnya.

"Ah, tante. Masih aja dibahas."

"Ini topik menarik untuk dibahas, loh!"

"Selain ganteng, dia juga kayaknya orang kaya."

"Tuh kan. Bagus itu. Jarang loh ketemu sama laki-laki cakep yang langsung ngajak kenalan. Oya, namanya siapa?"

"Namanya Aska..."

"Namanya bagus," meskipun sedang menyantap nasi padangnya, si tante itu terus saja menggodai keponakannya.

Yuna tersenyum melihat tingkah tantenya itu.

"Tapi mungkin kami nggak akan ketemu lagi, tante."

"Dia ngambil nomermu, kan?"

"Loh, kok tante tau?"

"Elleh... tunggu aja hpmu berdering."

"Tante jangan ngajak aku menghayal yang nggak-nggak ah! Mana mungkin itu terjadi. Aku tau dia basa-basi aja minta nomer hpku, karna dia merasa malu gara-gara salah orang, ngira aku nih temannya."

"Terserah kamulah. Yang jelas, nih nasi padang mantap banget deh." Tantenya terlihat sangat lahap menikmati makanan favoritnya itu. Ah mungkin faktor ngidam aja. Dia kan lagi hamil.

Yuna tidak ingin memikirkannya lagi, meskipun si Aska itu berhasil membuatnya terus kepikiran. Dia tidak peduli tentang ketampanannya atau dia orang kaya. Dia hanya terkesan karena di Grogot ini dia tidak memiliki seorang temanpun, dan Aska dengan jujur berkata ingin menjadi temannya. Bagaimana dia tidak bisa untuk kepikiran.

Yuna mulai makan setelah tantenya memarahinya, menyuruhnya berhenti melamun.