webnovel

Marina dan Mirna

"Sayang aku mohon jangan terlalu keras padanya."pinta Mirna ibuku sambil menepuk-nepuk pelan pundak suaminya Sanjaya

"Kau terlalu memanjakannya..."

jawabnya dan masih dengan nada emosi.Ia tak habis fikir dengan kelakuanku

Mirna duduk ditepi ranjang menghadap suaminya dan memandang lembut wajah kekasihnya itu

"Bagaimanapun dia anakku.."

"Meski kau tak melahirkannya.tapi kau tetap saja.."sela Sanjaya keras

"cukup..cukup..(tandasnya tak terima)..jangan pernah kau ucapkan sekali lagi kata-kata itu.itu sama saja menyakiti hatiku."Belanya dengan diikuti linangan air mata.

Sanjaya langsung memeluk Mirna dan menyesali perkataan yang telah ia ucapkan

"Maafkan aku sayang,aku terbawa suasana.."bisiknya dan mengeratkan pelukannya

"Kau sangat tahu,mengapa aku sangat menyayanginya dan aku menjadikan Merisa layaknya anak kandungku (sesaat terhenti oleh cegukan tangisan yg keluar dari bibirnya)kehadirannya dalam hidupku memberi sebuah harapan,penyemangat hidup dan penyembuh lukaku.Tidak perduli sebesar apapun kau membencinya.Aku akan selalu menjadi ibunya."cacinya dan masih diiringi dengan tangisan yang semakin menjadi

Sanjaya hanya terdiam,hati kecilnya mengakui atas kesalahannya selama ini selalu berprilaku kasar dan tidak pernah memberi kasih sayangnya pada salah satu putrinya itu.Semenjak bayi dia menyadari Merisa tidak pernah merasakan figur seorang ayah meskipun dirinya berada didekatnya.Dia mulai menyadarinya bahwa dia sudah berlarut-larut berlaku tidak adil kepada putrinya itu yang terlahir dari istri pertamanya yang telah tiada

Rasa kecewa yang mendalam kehilangan orang terkasih saat itu membuat hatinya murka dan buta.

Kembali ia terbayang ke masa lalu,Saat itu ia langkahkan kaki disebuah ruangan dingin dan mencekam yaitu kamar mayat.Wajahnya tampak lusuh dan lelah,Kemeja putih dan dasi yang ia kenakan berantakan dan tak karuan.Yang hanya ingin dia lihat adalah seseorang yang tertidur kaku.Dia Marina yang tak lain ibu kandung Merisa.

Perlahan dengan kedua mata yang memerah Sanjaya menghampirinya dekat sangat dekat.Ia pandangi Wajahnya yang cantik dan memancarkan cahaya,senyumnya yang berseri menggambarkan kebahagiaan dirinya.Sanjaya menutup mulutnya dan terdengar tangisan yang menyeruak disela jarinya.Dia tidak percaya dengan waktu yang sangat singkat harus menerima kenyataan bahwa istri yang sangat ia cintai meninggalkannya untuk selamanya

"sayang kenapa kau meninggalkanku seperti ini?tidakkah kau izinkan aku untuk berbicara padamu.Setidaknya kau ucapkan kata perpisahan..bukan seperti ini."

Iapun mencium dan memeluk jasad cantik itu berulang-ulang dengan diiringi air mata yang tak mampu ia bendung

"Maafkan aku..maafka. aku terlalu sibuk dalam urusanku..maafkan aku selama ini kau menanggung derita kesakitanmu.Seharusnya kau berbagi sakitmu,seharusnya kau berbagi inginku,seharusnya kau terbuka padaku.."ocehnya dan memeluk erat jasad kaku itu.

Tak lama seorang perawat menghampirinya.

"Maaf Pa,saya turut bela sungkawa atas meninggalnya istri bapak (terdiam sesaat) saya mau memberitahukan perihal anak anda.Putri anda mengalami sesak napas dan terpaksa harus dirawat secara intensif."jelasnya

"Aku tidak peduli dengan anak itu."jawabnya ketus tanpa menoleh sedikitpun hanya memegang erat jemari dingin istrinya

"Maaf pak,maksud bapak?tersentak perawat itu kaget dengan ucapannya

"Aku jelaskan sekali lagi !! aku tidak peduli dengan anak itu.Dia mau hidup ataupun mati sekalian itu sama saja."terangnya dengan tatapan marah mengarah ke wajah perawat tersebut

"Tapi bagaimanapun dia tetap putri bapak,bayi yang dilahirkan istri bapak.."selanya mencoba mengingatkan

"Jika kau masih banyak omong aku jamin besok kau takan datang lagi ke sini untuk bekerja."usirnya dan membuat perawat itu sedikit menahan kesal

"Kalau begitu saya permisi,Tapi sekali lagi saya sarankan agar bapak menyempatkan diri menengok putri anda.Dia membutuhkan anda karena anda satu-satunya keluarganya yang kami tahu selain ibunya."cela perawat itu

"Pergi dari sini sekarang juga pergiiii...!!!Aku tak ingin mendengarnya lagi...!!"bentak Sanjaya keras dengan tatapan marah serta menunjukkan telunjuknya ke arah pintu agar perawat itu pergi meninggalkannya.Tentu saja sang perawat dibuat kaget iapun memilih mengalah

"Ya Tuhan sungguh kasihan bayi malang itu sudah kehilangan ibunya,ayahnya tidak memperdulikannya..semoga Tuhan memberikan perlindungan untukmu nak."maki perawat itu sambil berlalu dan terdengar jelas oleh Sanjaya.

Tiba-tiba HP pun berbunyi dan tertulis nama sekertaris kepercayaannya dengan cepat Sanjaya menerimanya

"Ya Tedi..."

"Maaf pak,barusan saya melihat nyonya Mirna adik nyonya Marina dilarikan ke UGD.Berita yang saya dapatkan katanya dia mencoba bunuh diri dengan menyayat kedua pergelangan tangannya.Sepertinya ini yang ke 3 kalinya nyonya Mirna mencoba bunuh diri."lapornya

"Apa lagi ini ? Apakah kau sudah mengurusnya?"

"Iya pak,tadi saya langsung cek dan mengurus semuanya dan sekarang nyonya Mirna sudah masuk ruangan VVIP 2."terangnya

"Pantau terus perkembangannya.Kau tau bukan saat ini saya tidak bisa melakukan apa-apa."terangnya sambil memijit pelipisnya

"Baik pak,dan mengenai acara pemakaman dan persiapan di rumah duka nyonya telah saya persiapkan.Saya tinggal menunggu konfir dari bapak kapan Nyonya akan dipulangkan.Dan perihal putri bapak..."

"Terimakasih atas kerja kerasmu,aku sangat menghargainya kau memang orang kepercayaanku yang paling terbaik.Sekarang kau urus kepulangan istriku."potongnya sambil mengucek matanya karena tak hentinya air mata keluar

"Baik pak.."

Sanjayapun menutup panggilan Itu,kembali ia menatap sayu,wajah cantik yang ia kenal sebagai wajah yang periang dan pembawa keceriaan bagi siapa saja yang berada didekatnya.Sosoknya anggun dan bertutut kata lembut.Senyumnya membuat hati terpana setiap orang yang melihatnya termasuk dirinya.

10 tahun wanita ini hidup bersamanya menemani hari-harinya penuh dengan keceriaan,kehadiran Marina menjadi motifasi dan penyemangat hingga Sanjaya meraih kesuksesan

Namun selama 10 tahun itu juga kehidupan rumah tangganya belum sempurna karena tak kunjung jua diberi keturunan.Marina sering mengalami keguguran karena memiliki rahim yang lemah.Dan Sanjaya tidak pernah sekalipun mendapatkan keluhan dari istrinya itu.Marina bak wanita sempurna bagi Sanjaya sepertinya tak ada satupun wanita yang mampu menggantikannya.

Akhirnya kabar gembirapun datang.Marina dinyatakan hamil dan itu membuat Sanjaya gembira.Yang dinanti-nanti sebagai penerus keluarga Sanjaya akhirnya akan hadir juga.Masa kehamilan yang berat Marina jalani namun tak sekalipun keluhan keluar dari bibirnya,ia begitu menikmati masa-masa itu hingga Sanjaya pada saat itu sibuk karena banyaknya pekerjaan tidak mencemaskan istrinya.Walaupun pergi pagi pulang malam namun Marina tetap tersenyum manis padanya.

Namun saat usia kandungannya menginjak 9 bulan Marina terjatuh di tangga,saat ia turun untuk meminta kepada bantuan pembantunya karena kesakitan paska melahirkan.Saat itu Sanjaya sedang miring di luar kota.Sanjaya memang terlalu larut dalam pekerjaan karena istrinya tidak pernah mengeluh dan meminta perhatian manja saat hamil.

Yang mengejutkan Sanjaya dari hasil pemeriksaan akhir ternyata selama ini Marina menyembunyikan penyakitnya,setelah cek kehamilan dan dinyatakan hamil seharusnya kehamilannya tidak boleh dipertahankan karena pada saat itu dianjurkan rahimnya diangkat,namun Marina memilih mempertahankan bayi yang mulai tumbuh dirahimnya padahal dokter yang menanganinya sudah memberi prediksi bahwa jaminan keselamatan keduanya ibu dan anak hanya 20% .Namun Marina bersikukuh dan berharap keajaiban datang

Karena hal itu Sanjaya merasa terpukul.Selama ini Marina menderita dan dirinya hanya sibuk dengan pekerjaannya.Dan timbullah rasa benci pada anak yang dikandung istrinya.Karena anak itu telah menimbulkan jurang pemisah antara dirinya dan Marina.Jika mengikuti kata hatinya ingin rasanya dia mengubur bayi itu tak peduli masih hidup bersama ibunya.

"Apa yang harus aku lakukan sayang,aku terlanjur membencinya,aku terlanjur menyalahkannya.Karena bayi itu kau rela meninggalkanku dan kau berbohong padaku bahwa kau baik-baik saja padahal hidupmu dipertaruhkan.Kau memilihnya daripada aku.aku sungguh membencinya.kau tau aku tidak bisa hidup tanpa mu.."ocehnya lagi pada jasad kekasihnya.Padahal dia tau jasad itu tidak akan membalas amarahnya saat ini

Sekali lagi Sanjaya memeluk erat tubuh kekasih hatinya.Beberapa saat setan berbisik di telinganya membisikkan fikiran kotor agar mengakhiri hidup nya.Sanjaya merasa putus asa,selama ini hidupnya ia curahkan untuk Marina dan bernapas pun hanya untuknya.Kepedihan datang tiba-tiba menyayatnya dan meruntuhkan dunianya

Kenyataan yang kini ia alami sama sekali belum ia terima.Jalannya seakan buntu

Sanjaya melangkah lungali menuju ruang bayi.Dibalik kaca dia melihat sesosok bayi mungil menggeliat-geliat dengan selang yang menerobos di kedua lubang hidungnya.Selang infus pun membentang sepertinya rasa sakit jarum yang tertancap terpaksa ia terima

Ada rasa iba dalam hatinya.Namun saat mengingat wajah Marina muncul rasa kesal dan benci.

"maaf pak,terimakasih anda ternyata berubah fikiran."

Tiba-tiba seorang perawat yang sempat ia temui menghampirinya Namun tiba-tiba pula emosi muncul didada Sanjaya mendengar celoteh tak mengenakan baginya

"Saya bersyukur putri anda berjuang dengan sangat baik.melihat perkembangan nya sekarang semakin membaik.Tapi untuk memastika agar tidak terjadi apa-apa kedepannya mungkin anda tidak bisa membawa pulang putri anda sekarang mudah-mudahan dalam waktu dekat putri anda sudah bisa dibawa pulang.Apakah Bapak mau masuk dan mendekap putri anda?mengingat istri anda...ada baiknya anda masuk menemuinya dan mendekapnya sebagai pengganti ibunya."jelas perawat itu kembali dengan ramah.Meskipun ia sudah mendapatkan perlakuan kasar namun seolah dia melupakannya

"Tidak terimakasih...saya sedang sibuk dan tak ada waktu untuk lakukan hal itu..dan kalo sudah diperbolehkan pulang tolong hubungi sekertaris saya.Bagian administrasi sudah pasti mengenalnya."tolaknya dan melangkah mulai meninggalkan tempat itu

"Tapi pak bayi anda membutuhkan ayahnya..''

"Saya tegaskan sekali lagi,berhenti ikut campur urusan saya..jika kau ingin terus bekerja ..jangan ganggu saya dengan kata-katamu itu.."elak Sanjaya dan membuat perawat itu diam terpaku.lagi- lagi dia dapatkan prilaku yang kasar.

Sanjayapun pergi meninggalkan ruangan itu

Sehari setelah pemakaman Marina,Sanjaya berkunjung ke Rumah sakit dia memasuki ruangan VVIP 2 dimana Mirna adik kandung Mirna dirawat paska percobaan bunuh dirinya yang gagal

Sanjaya membuka perlahan pintu dan terlihat jelas sosok Marina pada diri Mirna.Mereka terlahir sebagai saudari kembar.Sanjaya didera rindu baru sehari ia tak melihat wajah Marina dirinya begitu tersiksa dalam kerinduan dengan cara ini dia bisa mendapatkan pengobatnya yaitu menemui Mirna yang memiliki wajah yang sama percis dengan iatrinya.Sanjaya menghampiri tubuh lemah yang tertidur pulas.Sesekali ia mengucek matanya untuk menghapus air matanya yang lagi-lagi keluar tak tertahankan

"Bagaiman keadaan kakakku,Tedi mengatakan bahwa kakak melahirkan tepat..(menghentikan kata-katanya)maafka aku ...."tangispun pecah dan menyeruak keluar dari mulutnya

Sanjayapun memeluknya sambil menepuk-nepuk punggung adik iparnya itu namun dia hanya diam membisu

"Semoga kakak dan bayinya baik-baik saja."lanjutnya

Sanjayapun membalasnya dengan anggukan,saat ini ia tidak mungkin mengatakan kebenaran tentang kakaknya.Depresinua akan semakin berat

"Aku tak sanggup menahannya,Rama gugur di medan perang dan putraku menyusul meninggal karena penjahat kejam itu."Adunya masih dalam pelukan Sanjaya.Tangisannya semakin meninggi

"Kau pulang ke rumah kami.."

"Apakah kak Marina mengetahuinya aku telah melakukan perbuatan bodoh lagi?''

"tidak...dia tidak mengetahuinya.Seandainya dia tahu pasti dia akan sangat sedih."

"aku mohon rahasiahkan ini darinya.Aku malu padanya..aku selalu membuatnya khawatir."pintanya

Sanjayapun mengangguk sambil berbisik dalam hati.permintaanmu terkabulkan karena aku tidak akan pernah bertemu dengannya

"Aku ingin bertemu dengan kak Marina dan melihat bayinya.pasti sangat lucu dan cantik."pintanya dan sedikit mengagetkan Sanjaya

"Mereka sudah pulang ke rumah..bagaimana kau tau bayi yang Marina lahirkan perempuan?"

"Apakah kak Marina tidak memberitahukan hasil USG padamu?"tanya balik Mirna yang hanya dibalas gelengan kepala

"mungkin kakak ingin memberi kejutan.Dan aku bersyukur kak Marina dan bayinya sudah pulang berarti mereka sehat."tuturnya dan tersenyum bahagia

Namun berbeda dengan Sanjaya membayangkan nanti reaksi Mirna saat tau kakaknya telah tiada pasti itu akan menambah pukulan yang sangat berat.Dan Sanjaya merasa bersalah karena belum bisa mengatakannya.Dia jauh lebih mempertimbangkan apa yang telah diterima adik iparnya itu,derita ditinggalkan suaminya yang gugur di medan tempur dan disusul kasus penculikan anak lelakinya yang baru berusia 3 tahun dengan berakhir tragis.Terbunuh karena kekejaman penculik sindikat penjualan organ tubuh ilegal.Tubuh anaknya ditemukan dengan jasad yang mengenaskan,beberapa organ tubuhnya hilang.Sehingga Mirna mengalami depresi berat dan sudah beberapa kali mencoba bunuh diri dan lagi-lagi gagal

Beban yang dipikul Sanjaya terasa berat.Mirna satu-satunya keluarga istrinya ia tidak mungkin membiarkannya begitu saja.Apalagi berulang kali Marina selalu berpesan padanya untuk selalu menjaga dirinya dan adinya apapun yang terjadi.

"istirahatlah untuk beberapa hari.jangan pernah lakukan hal bodoh lagi.kau harus kasihan pada kakakmu.Dia hanya memilikimu.pasti dia akan sedih dan terpukul.Kalau tahu kau melakukan lagi hal bodoh yang serupa."terang Sanjaya dan menatap lembut Mirna

"Aku berjanji takan mrlakukan hal itu lagi."bisiknya pelan

"Kau harus melakukannya bukan sekedar janji tapi suatu keharusan.setidaknya kau hidup demi kakakmu Marina."

Mirnapun mengangguk pelan

"Baiklah aku akan pergi karena masih banyak pekerjaan kantor yang harus diselesaikan.Baik-baik disini selalu berpikir positif dan jangan lupa jaga kesehatanmu.Nanti Tedi akan mengurus segala keperluanmu.kita jumpa lagi di rumah."jelas Sanjaya dan melangkahkan kakinya menuju pintu

"Terima kasih...kau sangat baik dan perhatian pada kami."selanya sambil tersenyum

Sanjayapun menyunggingkan senyuman dan pergi meninggalkannya

Untuk beberapa saat Mirna termenung.Ia membenarkan perkataan Sanjaya bahwa dia harus hidup bukan hanya untuk dirinya tapi juga demi kakaknya.Diapun memutuskan untuk menghirup udara segar d taman dan menghubungi perawat untuk menemaninya,terutama mendorong kursi roda.mengingat badannya yang masih terasa lemas

Saat kursi rodanya melewati ruang bayi terdengar jatuhnya nampan medis yang terlepas dari tangan seorang perawat.Perawat itu melihat Mirna kaget sambil menutup mulutnya

"Ya Tuhan apakah aku sedang bermimpi?"terlihat ocehan perawat itu sambil menepuk-nepuk pipinya

"Ada apa Suter..??"tanya balik Mirna

"Apakah anda Nyonya Marina...?Seingatku

melahirkan bayi 2 hari yang lalu."tanyanya balik

"oh bukan saya Mirna adik kembarnya."jawab Mirna sambil tersenyum.aku tidak aneh orang yang baru melihat kami kalo terpisah akan keliru.karean kemiripan kami 99%

"oh jadi anda saudari kembarnya?"

Mirna pun mengangguk

"Syukurlah bayi malang itu masih memiliki keluarga apalagi adik dari ibunya.yang pasti menyayanginya sepenuh hati."jelas perawat itu

"Bayi malang maksud anda bayi yang dilahirkan kakakku?"tanya balik Mirna

"Apakah anda tidak tahu.."sela perawat itu sambil menatap perawat yang menemaniku

"katakan dengan jelas suster..."

"Saya Turut belasungkawa atas meninggalnya kakak anda.Pasti suami kakak anda tidak memberi tahu,sungguh beliau sangat kasar.Maksud saya baik agar menemui putrinya karena saya hanya tau keluarga satu-satunya beliau tp sungguh saya terkejut beliau tidak memperdulikannya dan masa bodoh."terangnya

"itu tidak mungkin suster pasti anda berbohong?Kak Sanjaya bilang istri dan anaknya sudah pulang ke rumah.jangan main-main suster."tegasnya sedikit marah

"Saya tidak membohongi anda.Saya sendiri yang merawat bayi Nyonya Marina yang mengalami masa kritis hingga membaik.dan sayapun mendapat perlakuan kasar dari ayahnya saat saya menganjurkan beliau untuk menemui anaknya."

Mirna terdiam tak percaya

"Jika anda tidak percaya anda bisa membuktikannya.tepat beberapa menit sebelum anda kesini seorang suster dan sekertarisnya baru membawa bayi malang itu mungkin saat ini mereka sedang menuju pintu keluar Rumah sakit."terangnya kembali

Mirnapun tanpa pikir panjang berlari munuju pintu masuk rumah sakit.Dia tidak perduli dengan jarum infus yang terlepas paksa dan perawat yang mendorong kursi rodanya pun ikut berlari mengejarnya.Dengan tubuh yang masih lemah,wajah yang memucat dia mencari-cari sosok yang dia kenal akhirnya sosok itu berlabuh dipandangannya

"Tedi berhentiii...ii."serunya keras dengan nada tinggi dan membuat orang yang berada disana mengalihkan pandangannya pada Mirna,begitupun Tedi dan suster itu.serasa petir menyambar tubuh Mirna.Atas apa yang ia lihat.ternyata benarbapa yang dikatakan perawat tadi.Mirna perlahan berjalan menghampiri mereka dengan diiringi air mata yang mengalir dikedua pipinya

"Bayi siapa ini.."tanyanya dan menunjuk bayi yang digendong seorang suster

"ituu..ituu.."Tedi terbata-bata

dia gelagapan dilanda kebingungan,Pak Sanjaya berpesan agar tidak memberi tahu kejadian yang menimpa istrinya kepada adik iparnya

"Katakan yang sejujurnya sekarang juga..bahwa bayi itu adalah bayi yang dilahirkan kakakku Marina."tanyanya kembali

"Katakan padaku...katakan Tedi.."paksa Mirna dan meremas2 kemeja yang dikenakan Tedi.Tedi cukup malu dia merasa takut orang disekelilingnya beranggapan bahwa dirinya selingkuh dan memiliki anak dari kakak nyak.

"dengan sangat menyesal saya katakan ia."

"Terus mana kakak ku apa benar dia meninggal?"tanyanya lagi

Tedi mengangguk dan saat itu pula rasa lemas dan pusing Mirna alamidan diapun terjatuh pingsan.Saat terbangun Mirna langsung duduk terbangun dilihatkan wajah lelaki yang sangat ingin ia temui

"Kau membohongiku...teganya kau tidak memberi tahuku."jeritnya dan melempar bantal ke tubuh Sanjaya

Sanjaya tidak menghindar dia menerima perlakuan kasar itu karena dia tau pasti ini akan terjadi

"Jelaskan padaku sekarang..."pintanya masih dengan nada menjerit dan diiringi linangan air mata.Kedua tangannya mengepal dan meremas kedua sisi seprai dengan kuat

"Aku berniat memberi tahumu disaat yang tepat.Kau mengalami depresi dan kau pun tak bisa memungkiri habis berniat mengakhiri hidupmu.apakah aku cukup bodoh memberitahukannya padamu ."jelas Sanjaya datarr

"haaaaahaaaaa...aaa"terdengar teriakan Mirna keras disertai tangisan

"setidaknya kau izinkan aku melihatnya untuk yang terakhir kalinya."

"Saat itu aku ingin membawamu menemuinua,tapi keadaanmu tidak memungkinkan."terang Sanjaya

"Kakak maafka aku....selama hidupmu kau selalu merawatku,menjagaku,menyayangiku dan selalu ada untukku.kau selalu mendahulukan kepentinganku diatas kepentinganku.Tapi disaat detik-detik terakhir aku tidak berada disampingmu..aku adik yang tak berguna.."Mirna pun menangis kerasdan Sanjayapun mendekapnya dalam pelukan.keduanya pun menangis merasakan sama-sama kehilangan dan merasakan penderitaan yang menyayat

Semenjak itu Mirna menjadi satu-satunya pengganti Marina bagi bayi mungil yang diberi Merisa Cantika.Sanjayapun tidak bisa melupakan Marina.diapun menikahi adik iparnya itu.Awalnya ia menikahi Mirna karena kemiripan yang dimiliki Mirna dengan istrinya.Sanjaya begitu mencintai Marina tanpa batas waktu.Dan Mirna pun berusaha mendampingi Sanjaya sebagai pengobat dan berharap bisa menggantikan Marina kakaknya dihari Sanjaya

Awalnyapun Mirna mau dinikahi Sanjaya terdorong karena rasa sayangnya pada Merisa yang ia rawat layaknya anak sendiri.Depresi yang ia derita perlahan hilang.Mirna pun tak terima bila Sanjaya menikah dengan wanita lain yang hanya cinta pada Sanjaya dan hartanya.Mirna tahu Sanjaya sangat membenci Merisa karena melihat ketidakpeduliannya yang terus terang ia lakukan pada merisa semenjak ia lahir.

Kebersamaan tanpa cinta mereka jalani,saling memberi,saling perhatian dan saling mengobati.sehingga lama kelamaan tumbuhlah benih-benih cinta diantara mereka Dan mereka pun rukun layaknya sepasang suami istri dan terlahirlah Maya.

Sanjaya tersadar dari lamunannya,iapun memeluk erat Mirna istrinya yang masih menangis di pelukannya

"Aku akan berusaha untuk berbuat baik padanya.namun beri aku kesempatan untuk berubah secara perlahan."bisik Sanjaya ditelinga Mirna

"Aku berharap kau bisa melakukannya,Merisa membutuhkanmu..lihatlah baik-baik wajahnya dia tumbuh begitu cantik dan kuat walaupun sepanjang hidupnya hanya satu yang tak ia dapatkan adalah perhatian dari seorang ayah."terang Mirna

"Tapi untuk masalah yang satu itu,Aku tidak bisa menerimanya.Dia bersama seorang lelaki pulang larut malam dengan memakai perhiasan mewah,yang jelas itu bukan pemberianku."tegasnya kesal

"sebelum kau berfikir yang tidak-tidak.ada baiknya kalian berbicara dengan perlahan.Tanyakan kebenarannya dengan pelan ."anjuran Mirna.

"Baiklah besok aku akan berbicara dengannya."putusnya

"Tapi berjanjilah jangan terbawa emosi."

Sanjayapun mengangguk,pelan diapun dalam hati berjanji akan berusaha merubah kekasarannya yang selama ini ia lakukan pada Merisa

Namun dibalik niat Sanjaya....

Dikamar yang menggelap itu..

Merisa berdiri menghadap jendela terbuka..

Rambutnya tertiup angin malam dan tergerai...

Dengan kepalan tangan yang menggenggam benda tajam dan berkilau...

Disertai bisikan-bisikan setan ditelinganya...

ayok ..lakukan ..jangan raguu..

apalagi yang kau fikirkan...

Dunia ini tidak adil untukmu...

Usaikan lah segala penderitaanmu ...

"