"Carolline, minumlah darah ini... nyawa kamu akan selamat. Aku ingin membantumu sekarang! cepat minum darah ini Carrolline! sebelum semuanya terlambat!" ucap Lucas sambil memberikan minumannya pada Carolline.
"Tidak, aku tidak akan meminumnya. Aku tidak mau Lucas." ucap Carolline dengan suara tangis tertahan.
"Carolline kalau kamu tidak minum darah ini, kamu akan mati di tangan mereka! Klan ku dan klan demon sudah mengincarmu!" ucap Lucas yang bersiap-siap melawan serangan demon yang muncul tiba-tiba di bawah pimpinan Edgar Cimbber saudara tiri dari Alexander. Hanya Alexander Xavier yang mempunyai darah klan demon dan Vampire sebagai penerus raja di dua dunia klan.
"Aku tetap tidak mau Lucas! lebih baik aku mati daripada harus meminum darah ini! kenapa bukan kamu saja yang meminumnya?" ucap Carolline sambil berdiri dari tempatnya untuk segera pergi. Namun dengan cepat Lucas mendudukkan Carolline kembali.
"Carolline, aku tidak perlu meminumnya, karena aku sudah menjadi bagian dari mereka. Aku ingin melindungi kamu Carolline! sekarang klan vampire dan klan demon juga menginginkan kamu menjadi milik mereka." ucap Lucas menatap penuh wajah Carolline. Lucas sudah tidak bisa lagi berbohong dan menutupi siapa dirinya yang sebenarnya.
"Pantas saja! kamu sudah berubah Lucas! sejak kapan kamu menjadi bagian dari mereka?" tanya Carolline mendadak merasa pusing dengan apa yang terjadi pada dirinya yang selalu berhadapan dengan manusia yang tidak wajar. Sebelumnya Alexander dan sekarang Lucas, dan entah siapa lagi yang akan di hadapinya.
"Sejak aku berlibur dan mengalami sakit yang sangat parah hingga aku hampir mati. Karena aku mencintaimu..aku ingin hidup, dan orang tuaku yang sebelumnya telah menjadi bagian dari mereka meminta bantuan pada raja Vampire dan menyelamatkan hidupku agar bisa hidup abadi seperti mereka." jawab Lucas dengan jujur sambil menatap ke sekeliling taman yang sebagian sudah di penuhi beberapa klan demon.
"Aku harus pulang, aku bisa gila lama-lama berada di sini." rutuk Carolline yang sangat kesal dengan Lucas yang sudah membohonginya dan tidak berterus-terang dari awal.
"Carolline, kamu tidak bisa mudah pergi dari sini. Semua yang di sini telah mengincarmu kamu harus minum darah itu agar mereka tidak lagi mengejar darah sucimu." ucap Lucas dengan tatapan bersalah.
"Sudah aku bilang, sampai matipun aku tidak akan minum darah itu! aku mau pulang sekarang, kamu bisa mengantarku atau tidak terserah kamu!" ucap Carolline seraya berdiri dari duduknya.
"Baiklah, aku akan mengantarmu...tapi aku tidak bisa menjamin kita bisa keluar dari sini!" ucap Lucas yang belum selesai bicara ada seorang demon yang sudah di belakang Carrolline bersiap untuk mengigit.
"Carolline awas!!" teriak Lucas melempar demon itu dengan daging asap, sambil menarik tangan Carolline agar berada di dekatnya.
"Ayo kita lewat sana." ucap Lucas menggenggam tangan Carolline dan membawanya pergi menjauh dari para demon dan vampire yang sudah saling berkelahi.
Dengan perasaan takut Carolline membiarkan Lucas membawanya pergi.
"Kalian mau ke mana?" tanya Edgar yang tiba-tiba sudah berdiri di hadapan mereka.
Lucas menghentikan langkahnya, sambil menarik Carolline agar berada di belakangnya.
"Kamu jangan kemana-mana! tetap di sini!" ucap Lucas mendekati Edgar yang sudah berwujud demon.
"Serahkan Carolline, aku akan membiarkanmu pergi!" ucap Edgar sambil menarik pedangnya.
"Aku tidak akan pergi, Carolline hanya milikku dan selamanya hanya milikku." ucap Lucas dengan kedua matanya yang sudah merah menyala.
"Baiklah kalau itu maumu!" ucap Edgar langsung menyerang Lucas tanpa memberi kesempatan lagi untuk membalas serangannya.
Lucas yang sudah menjadi bagian dari raja Vampire Nicolas tidak sedikitpun takut, bahkan membalas dengan serangan yang tak kalah sadis.
Carolline mundur beberapa langkah, dengan rasa takut yang sudah menyelimuti hatinya Carolline berlari menjauh dari Lucas dan Edgar.
Entah seberapa jauh larinya, Carolline tak juga menemukan jalan keluar.
Sambil menangis Carolline masih terus berlari mencari jalan keluar.
"Sreeekkkk"
"Wuuussssshh"
Tiga orang Vampire sudah berdiri tepat di hadapannya. Carolline menghentikan langkahnya dengan wajah pucat dan penuh ketakutan.
"Berhenti kalian! jangan mendekat!" teriak Carolline sambil mundur beberapa langkah.
"Huaaahhhhh!!" ketiga vampire itu menatap Carolline dengan tajam, salah satu dari mereka menyeringai dengan menunjukkan taringnya, matanya merah menyala. Dengan langkah pelan ketiga vampire itu mulai mendekati Carolline.
Carolline semakin ketakutan. Karena terlalu takut Carolline menjadi panik dan tidak berpikir untuk menggunakan cincin dari bibi Rachel.
Carolline menoleh ke kiri dan kanan untuk mencari jalan untuk berlari. Namun tidak ada celah sedikitpun di sana. Ketiga Vampire itu telah berpencar menjadi tiga posisi. Di hadapannya, di kiri dan di kanan yang sudah siap menyerangnya. Carolline menoleh ke arah belakang ada danau yang terlihat cukup dalam.
Carolline semakin panik dan ketakutan. Kedua matanya terpejam rapat saat melihat ketiga vampire itu semakin mendekatinya.
"Wuussshhhhh"
"Craasss..craassss..craasss"
"Aaakkkkkhhhhh"
Terdengar beberapa kali suara sayatan pedang seiring suara jeritan yang hampir bersamaan dari ketiga vampire itu.
Kemudian suasana menjadi sunyi. Tubuh Carolline terhenyak saat ada tangan yang menyentuh kedua bahunya.
"Aaahhhhh lepassssss!!" teriak Carolline dengan kedua matanya yang masih terpejam.
"Sssttttt... jangan berteriak." bisik seseorang yang suaranya tidak asing lagi di telinganya.
Perlahan Carolline membuka matanya dan sangat terkejut dengan adanya Alexander yang sudah ada di hadapannya.
"Aleeeexxxxx!!" teriak Carolline yang langsung di bungkam mulutnya oleh Alexander.
"Jangan berteriak dan jangan bergerak! aku akan membawamu pergi dari sini! saat ini aku belum bisa melawan mereka karena tenagaku masih belum pulih." ucap Alexander dengan suara pelan.
Carolline menatap kedua mata Alexander dengan perasaan bersalah. Karena dirinya lah Alexander harus memulihkan diri agar menjadi kuat kembali.
"Alexander, maafkan aku." ucap Carolline dengan suara lirih sambil memeluk erat tubuh Alexander.
Alexander tersenyum bahagia, dan membalas pelukan Carolline yang selalu menghangatkan tubuhnya yang dingin.
"Kita harus pergi dari sini Caroll, pejamkan matamu sekarang." ucap Alexander mengangkat tubuh Carolline dan menggendongnya.
Dengan menutup tubuh Carolline dengan jubahnya, Alexander membawa Carolline pergi secepat hembusan angin malam.
"Buka matamu Caroll." bisik Alexander setelah berada di kamar Carolline.
Masih dalam gendongan dan pelukan Alexander, Carolline membuka matanya secara perlahan.
"Alex, apa kita sudah di kamarku?" tanya Carolline yang masih dalam gendongan dan pelukan Alexander.
Carolline mengedarkan pandangannya ke sekeliling kamar dengan tatapan tak percaya.
Alexander menganggukkan kepalanya dan tersenyum.
"Apa kamu masih merasa nyaman dalam pelukanku?" tanya Alexander saat melihat Carolline yang masih betah memeluk lehernya dengan menyandarkan kepala di dadanya.
Wajah Carolline bersemburat merah.
"Hm... turunkan aku." ucap Carolline dengan perasaan malu.
"Tidak." sahut Alexander berniat menggoda Carolline.
"Kenapa kamu tidak menurunkan aku?" tanya Carolline menatap penuh wajah Alexander yang begitu mempesona.
"Tidak aku turunkan sebelum kamu menciumku." jawab Alexander dengan suara pelan sambil menatap bibir merah Carolline yang begitu menggoda.