webnovel

Tempat Tidur Itu Terlalu Feminin Untuknya, Panglima Sungguh Keras Kepala

Translator: Wave Literature Redakteur: Wave Literature

Jiang Mianmian berdiri dan diam di tempatnya, dia tidak berani bergerak satu inci pun. Matanya yang biasanya terlihat cerah, saat ini mencoba agar tidak sampai menjatuhkan air mata karena takut.

Akhirnya, Zhan Muqian yang sejak tadi bersandar di samping jendela itu melangkahkan kakinya yang panjang dan berjalan perlahan ke arah Jiang Mianmian yang kesusahan untuk menaikkan resletingnya. Detak jantung gadis itu tiba-tiba meningkat dan secara refleks dia berlari. Dia merasa sudah berlari dengan sangat cepat, tetapi entah bagaimana dia masih saja tertangkap oleh tangan besar panglima perang hanya dalam dua detik. 

Saat itu, Zhan Muqian dengan kuat memegang lengan Jiang Mianmian, kemudian menarik tubuhnya hingga jatuh ke dalam pelukannya. Ujung hidungnya mengenai otot dadanya yang keras dan tak tertandingi. Rasa sakit itu membuat matanya merah dan berair, hidungnya terasa sakit sekali. 

Jiang Mianmian tidak bisa melarikan diri, tidak bisa melawan dan hanya bisa mengumpat dalam hati. Kali ini, dia sangat siap ditahan oleh Zhan Muqian, bahkan sama sekali tidak berencana untuk melarikan diri dan tidak merasa sedih, walaupun dia baru saja tidak sengaja terantuk di bagian hidungnya. Tanpa diduga, panglima perang itu tidak marah, dia malah mengelus hidung kecilnya dengan tangan besarnya dan mencubitnya dengan lembut sembari bertanya, "Apa itu menyakitkan?" 

Di malam hari, cahaya lampu seisi rumah menjadi redup berwarna kuning dan terasa hangat. 

Zhan Muqian bertubuh tinggi dan juga memiliki jabatan tinggi, dia benar-benar terlihat seperti raja, tatapan matanya sangat dalam dan tenang seperti laut. Sementara Jiang Mianmian mungkin sudah sekitar dua tahun terbiasa bertarung di alam liar, tidak terhitung berapa kali berkelahi, tapi juga tidak terhitung berapa kali dia menang. Semua orang berpikir dia adalah gadis bermasalah yang galak dan sombong, tidak ada yang peduli dia terluka atau tidak, bahkan ayahnya tidak pernah berbicara menggunakan nada yang lembut dan juga tidak memperlihatkan kepedulian padanya selama bertahun-tahun. Peristiwa kemarin malam dan juga pertengkaran siang hari tadi dengan sang panglima perang membuatnya ingin berpisah kemudian menceraikannya. 

Jiang Mianmian lalu menggosok-gosok hidungnya dengan keras, kemudian perlahan-lahan mencoba melunakkan diri. Dia menggigit bibir bawahnya dan menggeleng-gelengkan kepalanya untuk menunjukkan bahwa itu tidak sakit.

Zhan Muqian memandangi wajah mungil Jiang Mianmian di bawah sinar yang redup itu. Beberapa saat kemudian dia tertawa kecil dan berkata, "Aku tidak menabraknya loh ya. Sekarang, pergi mandi sana, tubuhmu masih bau bar."

Mendengar perintah itu, Jiang Mianmian terdiam sejenak, dia bergegas masuk ke dalam kamar mandi dan menguncinya. Setelah selesai, dia mengenakan jubah mandi dan mengeringkan rambutnya dengan pengering. Lalu, dengan hati-hati dia mendorong pintu kamar mandi dan berjalan keluar tanpa alas kaki.

Terlihat Zhan Muqian duduk di bagian atas tempat tidurnya, bersandar dengan anggun sambil membaca buku yang ada di tangannya. Jiang Mianmian tidak tahu bagaimana cara menghindarinya, karena dia tidak memakai bra dan hanya menutup tubuhnya menggunakan jubah mandi. Atau… Atau dia naik ke tempat tidur karena… Tempat tidur itu kan terlalu feminin untuknya. Panglima perang satu ini benar-benar keras kepala, pikirnya. Dia menjadi agak bingung dan matanya terasa panas karena sedikit emosi.

Jiang Mianmian yang baru saja selesai mandi dan sudah wangi berdiri di depan tempat tidur, dia sedikit membungkukkan badan hingga kepalanya sedikit tergantung. Zhan Muqian yang berada tempat tidur mengeluarkan suara rendah, "Apa kamu tidak merasa mengantuk? Kamu tidak ingin tidur?"

Tanpa sadar Jiang Mianmian menggigit bibir bawahnya dan ragu untuk naik ke atas tempat tidur. Begitu pergelangan tangannya menegang, dia menarik pria itu ke bawah. Mianmian merangkak dengan cepat, lalu menatapnya dengan cengengesan. "Aku… Aku tidak benar-benar minum malam ini."

Zhan Muqian mencibir, "Lalu?"

"Tapi aku merokok!"

"Jadi?"

"Jadi paman, apakah kamu akan menghukumku?"

Zhan Muqian memegang jari tangan kanan Jiang Mianmian dengan tenang dan meletakkannya di antara hidungnya untuk mengendus, dia memang mencium sedikit bau asap. Beberapa saat kemudian, dia berkata dengan nada serius, "Aku simpan dulu hukumannya, aku akan menghukummu lain kali."

"Hah?" Jiang Mianmian tertegun.

"Aku akan membiarkanmu tidur nyenyak malam ini. Besok pagi aku akan membawamu ke rumah orang tuaku." Kata Zhan Muqian.

"Paman… maksudmu?" Rumah orang tua keluarga Zhan? Apakah... untuk melihat mertua?! Batin Jiang Mianmian.