webnovel

Menikahlah denganku

Nizam keluar dari kamar mandi dengan rambut basah. Ia melihat Alena sudah tertidur ketika mendengar pintu diketuk dari luar. Nizam segera berpakaian lalu membuka pintunya. Dilihatnya Dokter Desy.

"Maafkan Aku Dokter, Sudah memanggilmu pada malam hari" Kata Nizam sambil mempersilahkan Dokter Desy duduk. Dokter Desy menggelengkan kepalanya.

"Putri Alena???" Dokter Desy langsung bertanya.

"Dia sudah tertidur? Dia hampiri muntah seharian. Aku jadi khawatir" Nizam berkata sambil resah.

"Kehamilan pada trimester pertama memang masanya pertumbuhan janin pada tahap awal.

Tubuh memproduksi hormon kehamilan yang menyebabkan bagi sebagian wanita yang hamil menjadi mual. Asalkan jangan sampai muntah-muntah secara terus menerus tanpa ada asupan makanan sehingga dehidrasi maka mual dan muntah masih aman.

Kalau nanti Putri Alena sampai tidak bisa bangun dan sangat lemas serta dehidrasi maka sebaiknya dirawat di Rumah Sakit. Jangan terlalu sering beraktivitas yang melelahkan. Tidak boleh stress dan depresi. Ibu hamil cenderung lebih sensitif jadi mohon dijaga perasaannya."

Nizam terdiam, Ia tadinya ingin mengomeli Alena tentang Cynthia dan James. Belum juga terlaksana eh malah mual-mual. Ia mengira Cynthia menyingkir dari James karena Alena memberi tahu padahal yang sebenarnya Cynthia memang ingin berjalan-jalan dengan Pangeran Thalal. Nizam lalu mengalihkan pertanyaan ke makanan.

"Dokter..makanan yang harus dimakan oleh Alena?"

"Saya akan kirimkan seorang ahli gizi untuk bertugas didapur yang Mulia besok. Sehingga makanan Putri Alena akan lebih terjaga."

"Terima kasih dokter, Aku sangat menghargainya"

"Yang Mulia Apakah Saya perlu memeriksa Putri Alena sekarang?"

Nizam melihat ke arah Alena yang tertidur lelap. "Kelihatannya dia sudah terlelap. Aku tidak mau mengganggu tidurnya. Dokter menginaplah dihotel malam ini. Sehingga kalau ada apa-apa Aku bisa langsung memanggil mu, Lagipula pembicaraan tadi sore masih belum tuntas karena dokter ada pasien yang mendadak harus dioperasi."

Dokter Desy terdiam tapi kemudian Ia menjawab. "Baiklah Yang Mulia"

Wajah Nizam langsung berseri-seri. Ia melihat ke arah Arani yang sedang berdiri disampingnya. "Aturlah tempat untuk dokter"

"Oh.. baiklah Yang Mulia" Arani lalu mempersilahkan dokter Desi keluar.

Nizam berdiri melihat dokter dan Arani keluar. Lalu Ia menghampiri Alena menatapnya dengan perasaan sedih. Melihat Alena yang begitu tersiksa oleh perasaan mual membuat Ia kemudian merasa bersalah. Dia merasa sudah banyak menyakiti Alena.

Di malam pertama Ia merobek Alena tanpa belas kasihan sampai Alena meraung-raung dan menjerit-jerit kesakitan. Di saat Alena tidak ingin hamil Ia malah memperkosanya tanpa sengaja hingga Alena tidak bisa bangun selama dua hari. Sekarang janin dalam tubuh Alena malah menyiksanya sedemikian rupa sehingga Alena muntah terus menerus.

Nizam menghela nafas panjang Ia menyentuh pipi Istrinya yang semakin tirus tiba-tiba airmatanya tidak terasa meleleh membasahi pipinya.

Badan yang tinggi besar, Hati yang begitu dingin, wajah yang selalu datar karena emosi Nizam yang selalu stabil kini seakan terkikis oleh emosinya sebagai seorang laki-laki yang merasa sudah sangat menyakiti Istrinya. walaupun secara hukum alam, apa yang dialami oleh Alena adalah kodratnya sebagai seorang wanita. Nafas Nizam tersenggal menahan perasaan. "Alena...maafkan Aku, Aku berjanji tidak akan pernah menyakitimu lagi". Nizam mengelus rambut Alena dengan penuh perasaan.

Nizam lalu berbaring di samping Alena memeluknya dan mulai tertidur. Ketika tadi Alena begitu ketakutan disentuh Nizam karena Ia merasa sangat tidak nyaman dengan tubuhnya. Nizam sama sekali tidak merasa sedang ingin melakukan hubungan intim. Kenyataan bahwa Ia harus menjaga Janin dalam tubuh istrinya membuat Nizam menahan diri untuk tidak menyentuh Alena. Nafsunya juga sudah hilang melihat Alena yang begitu susah payah menahan pusing dan mual.

****

Cynthia memandang ombak dilautan yang saling berkejaran. Malam begitu indah dengan bulan purnama menyinari bumi. Pangeran Thalal duduk di sampingnya menemani Cynthia memandang bulan.

"Pangeran..." Cynthia membuka mulutnya.

"Yaah..." Pangeran Thalal menjawab sambil melirik ke arah Cynthia.

"Apakah Kau benar-benar mencintaiku?"

Pangeran Thalal tersentak, Cynthia lalu menatap wajah Pangeran Thalal. Wajah Pangeran Thalal sangat tampan, Wajah itu kini bersemu kemerahan. Ia bagai anak gadis yang sedang dilamar oleh kekasihnya.

Cynthia lalu mengalihkan kembali pandangannya pada batu karang yang berdiri tegak dari kejauhan. Setiap ombak dilautan mencoba menerpanya maka ombak itu akan kembali ke lautan dengan perasaan kecewa.

"Aku mencintaimu Cynthia, Aku ingin hidup denganmu selamanya" Pangeran Thalal menjawab pertanyaan Cynthia.

"Walaupun kita tidak mungkin bersatu?" Cynthia bertanya lagi dengan perasaan getir.

Bulan purnama memancarkan cahayanya yang gemilang. Sinarnya menerobos kesetiap celah yang tidak terhalang. Sebagian sinarnya menyinari daun kelapa yang melambai-lambai tertiup angin malam yang berhembus kencang. Udara malam semakin terasa dingin. Cynthia merapatkan duduknya ke tubuh Pangeran Thalal untuk mencari kehangatan.

Cynthia lalu menyenderkan kepalanya ke bahu Pangeran Thalal. Pangeran Thalal membeku disamping Cynthia. Perasaannya begitu galau. sebagai laki-laki Ia tidak munafik Ia juga ingin memeluk Cyntia tapi menyadari bahwa Cynthia bukanlah muhrimnya membuat Pangeran Thalal mengendalikan perasaannya.

"Cynthia..menikahlah denganku. Dan jangan Kau senderkan tubuhmu pada tubuhku" Pangeran Thalal mencoba menjauhi Cynthia.

"Kau ini, Mengapa pikiranmu kolot sekali. Menyentuhku Sedikit tidak akan membuatku jadi hamil. Berhentilah bertindak kekanak-kanakan." Cynthia morang-maring.

Pangeran Thalal malah mengerutkan keningnya lalu tersenyum. "Tidak bisa Cynthia. Menikahlah denganku maka Kamu boleh.menyentuhku"

"Kamu ini, Heh..tahu tidak. Kakakmu itu walaupun belum menikah Ia berani membopong Alena ke apartemennya"

Mata Pangeran Thalal membulat lebar. "Pasti Kakakku punya alasan tersendiri untuk melakukan itu"

Cynthia tertawa kecil" Memang benar, Kenyataannya Kalian berdua sangat mirip. Kalian adalah orang-orang yang memiliki prinsip"

"Cynthia..menikahlah denganku"

"Bukankah Kamu akan menikah bulan depan"

"Yah... pernikahan yang sudah di atur oleh orang tua kami"

"Jadi...???"

"Menikahlah denganku untuk menjadi istri pertama ku"

"Grrrr...." Cynthia langsung mengepalkan tangannya dengan geram.

"Kemarin Kau memintaku untuk mengubah prinsip hidupku, sekarang Kau mau menjadikanmu istri pertama. Kau kira Aku batu karang dilautan yang tidak punya hati."

"Aku tidak perduli Kau mau bicara apa! Aku juga tidak perduli dengan Kakakku dan seluruh keluarga ku yang mungkin akan menentang Aku. Yang pasti Aku akan menikahimu besok atau lusa sebelum ke Azura. Dan Aku akan melakukannya di Bali sehingga ketika Kau kembali ke Azura Kau tidak perlu melakukan perayaan kesucian"

"Kamu Gila!! Otakmu tidak waras. Kau seribu kali lebih gila dari kakakmu"

"Terserah Kamu mau bicara apa, Otakku sudah dipenuhi oleh mu, Setiap detik Kau selalu menerobos masuk ke pikiranku. Aku tidak tahan lagi. Menikahlah besok denganku."

"Thalal!! Aku mau pergi saja." Cynthia bangkit kepalanya mendadak pening dengan kelakuan Pangeran Thalal yang tidak berpikir panjang.

"Kau tidak boleh lari Cynthia. Kau harus jadi istriku" Pangeran Thalal menatap wajah Cynthia dengan perasaan cinta. Cynthia memalingkan wajahnya lalu melangkah pergi meninggalkan Pangeran Thalal. Pangeran Thalal segera mengikuti Cynthia.

Cynthia berjalan dengan langkah gontai. Pikirannya menjadi kacau dan hingga berjalan tanpa melihat arah. Tiba-tiba sebuah lampu berkilauan menyambar mukanya. terdengar ada teriakan keras.

Pangeran Thalal berteriak memanggil namanya dan Ia lalu merasa tubuhnya di angkat, dipeluk lalu terbanting ke tepi jalan. Sebuah motor hampir menyambar mereka. Tapi kepala Pangeran Thalal terkena Sambaran stang motor hingga kemudian darah mengalir deras.

Pangeran Thalal roboh menimpa dirinya. Cynthia menjerit histeris darah mengalir membasahi tubuhnya.