Elsa sedari tadi mondar-mandir dikamarnya. Mukanya berkerut-kerut tanda kesal. Nafasnya sedikit memburu tanda Ia sedang menahan amarah. Rambutnya yang merah diikat ekor kuda tampak berayun-ayun setiap kali Elsa mondar-mandir. Ia tampak sedang berpikir keras. Ibunya yang bolak-balik mengetuk pintu kamarnya untuk mengajak makan malam tidak Ia hiraukan.
"Elsa apa Kamu baik-baik saja? Dari tadi Mommy mengajakmu untuk makan malam. Ayolah Elsa ada apa denganmu? Spaghetty kesukaanmu nanti keburu dingin. " Suara ibunya terdengar jelas. Ia heran kenapa Elsa tidak mau keluar juga, padahal biasanya kalau ia mencium bau keju tanpa di suruh pasti ia sudah hadir di meja makan.
"Ya.. Mom. Aku belum lapar tadi sore makan pizza di kampus." Akhirnya Elsa memberikan alasan. Muka cantiknya ditekuk berlipat-lipat tapi walau demikian tidak mengurangi kecantikannya sedikitpun. Ibunya memperhatikan Elsa sambil bertanya-tanya ada apa dengan Tingkahnya yang tidak biasanya. Tapi Ia juga tidak menanyakannya karena Elsa yang keras kepala itu sulit diajak bicara masalah pribadi.
"Elsa, Daddy dari tadi juga menunggumu.. katanya Kamu mau membicarakan sesuatu dengannya? Hari ini kebetulan Dia pulangnya masih siang. Ini saat yang tepat untuk bicara dengannya."
Mendengar kata ayahnya, Elsa segera keluar kamar. Ayahnya yang merupakan kepala polisi selalu sibuk dengan urusannya. Biasanya Ia pulang malam lebih dari jam 10 malam. Elsa sangat menakuti Ayahnya sehingga ia harus mentaatinya
"Iya Mom Aku keluar" sahut Elsa sambil menuju tempat makan. Dilihatnya ayahnya sudah menunggunya. Elsa adalah putri bungsu mereka sedangkan kakaknya sudah menikah dan mandiri. Sifat Elsa sedikit berbeda dengan kakaknya yang cenderung pendiam. Elsa sangat temperamental dan memiliki sifat yang meledak-ledak. Itu juga yang menyebabkan Ia menyukai Edward. Ia merasa sifat Edward sangat berkebalikan dengannya sehingga Ia merasa bahwa Edward lah pria yang tepat untuknya karena hanya Edward yang mampu meredam emosinya.
Edward dan Elsa sudah berteman sejak SMA. Elsa selalu mengagumi Edward yang sangat baik hati. Ia sering meminta tolong Edward untuk sekedar menemaninya berjalan-jalan atau membantunya mengerjakan tugas sekolah. Elsa beberapa kali ke rumah Edward untuk sekedar makan malam dengan keluarga nya. Dan orang tua Edward sangat baik padanya. Agaknya mereka tidak keberatan Edward bergaul dengannya.
Elsa duduk dihadapan Ayahnya dengan sopan. Lalu membuka piring yang tertelengkup dimeja dan mulai mengambil Spaghetty dari mangkuk besar.
"Aku dengar dari sore hari Kamu hanya berdiam dikamarmu? Apa Kamu ada masalah? " Ayah Elsa menatap tajam.
Elsa mengambil Spaghetty dengan garpunya lalu mulai memasukan ke dalam mulutnya dan mengunyahnya perlahan-lahan. Rasa Spaghetty yang biasanya terasa lezat di mulut kini terasa bagaikan menelan segenggam kerikil. Elsa sampai harus mendorongnya dengan seteguk air agar spaghetty bisa meluncur ke tenggorokannya.
"Nothing Dad.. hanya sedang tidak enak badan" Kata Elsa dengan tatapan hampa.
"Kalau begitu Kamu harus banyak istirahat. Oh ya kemarin ibumu bilang Kamu ada perlu denganku? Ada apa? " Tanya Ayahnya lagi sambil mengambil cangkir kopinya lalu meminumnya sedikit. Harum kopi kualitas satu yang terhirup oleh Elsa membuat Elsa sedikit merasa nyaman. Ayahnya memang penggemar kopi bahkan Ayahnya lebih suka minum kopi daripada minuman beralkohol. Mungkin karena profesinya sebagai polisi yang menyebabkan Ayahnya harus selalu siaga.
"Oh itu Dad, Iya memang kemarin Aku bilang sama Mommy, Aku perlu uang untuk biaya penelitian dan membeli gaun baru untuk pesta dansa minggu depan." Lagi-lagi Elsa menjawab dengan malas. Tadinya Ia bermimpi akan berdansa dengan Edward hingga malam kemudian menghabiskan malam dengan kegiatan yang romantis. Tetapi sayang semua impiannya hancur berantakan karena Alena. Hati Elsa seketika kembali membara.
"Apakah Kamu akan pergi dengan Edward? " Tanya Ayahnya.
Ayahnya memang sudah mengenal Edward karena Edward sering mengantarnya pulang atau menjemputnya. Edward yang kadang menemaninya nonton atau hanya sekedar makan malam di akhir minggu. Selama ini mungkin Ayahnya mengira bahwa Ia dan Edward ada hubungan.
Elsa menggelengkan kepalanya, Ayahnya yang memang seorang polisi yang berpengalaman menyelidikiku berbagai tindak kejahatan sudah bisa menebak tingkah laku anaknya.
"Apakah Kalian putus?? " Tanya Ayahnya Elsa. Elsa kembali menggelengkan kepalanya.
"Nothing special between us, Dad?"Jawab Elsa. Memang benar selama ini sebenarnya Edward memang tidak pernah memperlakukannya sebagai seorang kekasih. Belum pernah sekalipun Edward menyatakan cinta padanya. Edward selalu memperlakukannya dengan sopan. Ia hanya menganggapnya teman baik saja. Tapi selama ini Elsa seakan menutup matanya. Elsa selalu bersabar dengan keadaan ini dan berharap suatu hari nanti hubungannya akan berubah dan Edward akhirnya dapat mencintainya. Tapi Alena benar-benar sudah menghancurkan segalanya.
"Hmm... baiklah, Elsa Daddy lihat Kamu memang harus istirahat. Istirahatlah.. "
"Thanks Dad.. " Elsa kembali masuk kamar sambil meninggalkan Spaghettynya. Ibunya yang baru masuk ke ruang makan sambil membawa hidangan penutup mau mencegah kepergian Elsa tetapi suaminya melarang menggunakan isyarat agar istrinya membiarkan Elsa istirahat di kamarnya. Dan kemudian ia menceritakan apa yang sedang terjadi.
Elsa kembali ke kamarnya. Kini Ia berbaring di ranjang sambil memegang HPnya. Ia menelpon goerge sahabat karibnya. Elsa kemudian berbicara panjang lebar dengan Temannya itu lalu diakhiri dengan janjian akan bertemu esok hari.