webnovel

Kelahiran Najma dan Aghnia

Tiba-tiba Umi Ashila teringat saat dia melahirkan putrinya. Dia tidak menyangka kalau nasib Najma akan sangat berliku dan penuh drama. Meski begitu, Umi ashila sangat bersyukur bahwa Allah melindungi putri tercinta mereka sampai akhirnya Najma kembali di tengah-tengah mereka juga telah menemukan jodohnya.

Flashback

"Gus Kaif, perut Shila sakit sekali. Rasanya mengencang, tolong antar Shila kedokter ya Gus! Shila tidak tahan.." Ashila membangunkan suaminya yang masih terlelap karena memang Kaif baru saja tidur setelah menghadiri acara di Kediri. Sekarang ini baru jam setengah dua dini hari. Sementara Kaif baru saja membaringkan tubuhnya pukul dua belas malam tadi.

"Eh iya, sebentar sayang! aku mencuci muka dulu," Kaif segera berlari kekamar mandi lalu berganti baju dan membawa Ashila ke rumah sakit. Kaif dan Shila memang pergi begitu saja, mereka tidak berpamitan kepada kakek dan neneknya tetapi kang pengurus yang berada di serambi masjid tahu kalau Ashila dan Kaif pergi kerumah sakit. Bahkan mereka yang membukakan pintu gerbang.

"Tahan sebentar ya sayang! tapi kenapa kamu sakit perut, apakah sudah waktunya dia lahir?" Kaif memperhatikan keadaan Ashila yang sudah agak mulai tenang dan Kaif pun menghela nafas lega.

"Hari perkiraan lahirnya masih tiga minggu lagi gus. Mungkin Shila hanya agak kecapekan saja, tetapi Shila tidak tahan dengan rasa sakitnya. Jadi maaf, Shila mengganngu waktu istirahatmu..." Ashila kembali merasakan perutnya mengencang. Untung saja Kaif sudah sampai dihalaman rumah sakit. Kaif segera keluar dan meminta bantuan perawat untuk menaikkan Ashila keatas brangkar dan mereka segera membawa Ashila ke UGD.

"Bapak, tunggu diluar dulu ya! biarkan dokter memeriksa keadaan istri bapak." Perawat yang membawa Ashila tadi menutup pintu UGD dan Kaif menunggu seorang diri di depan ruangan itu.

Hanya dia seorang diri dan tidak ada siapapun karena sudah sangat larut malam, hanya ada bberapa perawat yang berlalu lalang di koridor.

"Shila,semoga semua baik-baik saja..." Do'a Kaif dalam hati.

"Maaf pak, Dokter ingin berbicara dengan anda, silahkan ikut saya." Seorang perawat keluar dari ruang UGD dan menghampiri Kaif yang sedang duduk seorang diri.

"Oh, baik suster." Kaif langsung berdiri dan mengikuti suster kedalam ruangan tempat Ashila berada. Kaif melihat istrinya sudah diinfus, sekarang Kaif melihat Ashila agak lebih baik.

"Begini pak, istri anda memang akan melahirkan. Saya sudah memberikan induksi persalinan, jadi mungkin nanti istri anda akan mengalami kesakitan yang luar biasa. Saya harap bapak bisa menemaninya hingga melahirkan nanti.

"Sekarang kami akan memindahkan istri anda ke ruang bersalin,anda bisa mengikuti kami." Dokter itu mengangguk kepada kedua perawat yang berada diruangan ini lalu keduanya mengangguk dan mulai mendorong Ashila menuju ruang bersalin.

"Tapi dokter, kata istri saya dia akan melahirkan tiga minggu lagi. Kenapa sekarang sudah mau lahir?" Kaif terus bertanya sambil berjalan mengikuti brangkar istrinya yang sudah sampai di ruang bersalin.

"Memang terkadang jadwal HPL maju pak. Apalagi ini anak pertama kalian, karena saat awal kehamilan si ibu hanya bisa mengira-ngira kapan mereka terakhir mendapatkan haid. Tetapi anda tidak perlu khawatir, usia bayi anda insyaAllah normal." Kaif mengangguk, dia sudah faham dengan apa yang disampaikan dokter.

"Baik dokter, saya akan menungguinya disini." Kaif kemudian menunggu Ashila yang kini tertidur. Dokter dan perawat pergi setelah memberitahu Kaif kalau Ashila merasa sudah akan buang air besar untuk memanggilnya karena dokter sedang menangani pasien lain.

Kaif mengambil air wudhu dan melaksanakan sholat malam. Lalu dia berdoa memohon keada sang Pemilik Kehidupan untuk melancarkan proses persalinan Ashila, juga agar ibu dan bayinya sehat dan selamat.

"Gus Kaif..." Kaif segera melipat sajadahnya saat mendengar Ashila memanggilnya. Dia lalu mencium kening Shila dan menggenggam tangannya.

"Bagaimana keadaanmu sayang?" Kaif melihat wajah istrinya yang sedikit memucat dia agak sedikit cemas.

"Gus, sepertinya ada yang basah dibawahku." Ashila merasa seperti ada air yang tiba-tiba keluar dari organ kewanitaannya. Saat Kaif melihatnya, memang ada air dibawah tubuh istrinya. Kaif pun segera memanggil dokter dan perawat dan mereka langsung datang memeriksa keadaan Ashila.

"Bagaimana keadaan istri saya dokter?" tanya Kaif agak panik, dokter itupun tersenyum.

"Tenang Pak, istri anda akan melahirkan sekarang. Tolong Bapak pindah ke dekat istri Bapak! bantu kami memberi semangat ibu saat proses melahirkan ya Pak." Mendengar kata-kata dokter, Kaif merasa agak gugup.

"Sayang, kamu harus kuat ya! kamu harus semangat demi putri kita," Kaif menggenggam tangan istrinya. Dia kemudian duduk di ujung tempat tidur. Kaif meletakkan kepala Ashila di pangkuannya, Kaif melihat secara langsung seluruh proses persalinan. Dia terus memberi semangat istrinya.

Meski sebenarnya dia agak tidak tega melihat keadaan Ashila yang sangat merasa kesakitan. Selang satu jam, putri kecilnya terlahir kedunia ini dengan selamat dan sehat tak kurang suatu apapun. Kaif langsung mengadzani putrinya yang masih berlumuran darah, kemudian perawat membersihkan putri kecilnya. Perawat lain juga membersihkan tubuh Ashila. Untuk sementara, Kaif diminta menunggu di luar ruang bersalin.

"Assalamu'alaikum umi," Kaif menelepon uminya. Dia tidak sabar memberitahukan kelahiran putrinya kepada kedua orang tuanya.

"Ada apa Kaif? kenapa jam segini kamu menelepon umi? Ashila baik-baik saja kan?" Kirana merasa agak panik melihat wajah lelah Kaif. Tetapi,beberapa saat kemudian, melihat kaif tersenyum dan hati Kirana menghangat.

"Ashila baik-baik saja Umi, begitupun putri kami. Umi, Ashila baru saja melahirkan." Kaif memberitahukan bahwa putrinya sudah lahir, Kirana merasa bersyukur.

"Alhamdulillah Kaif, kenapa kau tidak memberitahu Umi dan Abi dari tadi? kan kami bisa menemanimu di rumah sakit! kamu ini benar-benar nakal ya." Kirana merasa gemas dengan kelakuan Kaif. Putra nya ini benar-benar menyembunyikan kabar menggembirakan ini.

Kirana kan juga ingin menemani Ashila melahirkan. Setelah memarahi Kaif dan mengakhiri panggilannya, Kirana langsung memberitahu Ifa. Sama seperti dirinya, Ifa dan Fadhil juga sangat senang. Mereka langsung akan berangkat ke Malang saat ini juga. Begitupun dengan Kirana dan Hanan yang juga langsung berangkat ke Malang setelah sholat subuh.

"Sayang, Lihatlah! putri kita sangat cantik. Dia sangat imut dan menggemaskan." Kaif menggendong putri kecilnya yang masih terpejam. Sementara Ashila duduk di sofa didalam kamar rawatnya. Karena melahirkan secara normal, Ashila langsung merasa sehat. Dia juga tidak mendapat jahitan karena jalan lahirnya sangat elastis. Padahal bayi mereka cukup besar.

Bayi yang lahir dengan berat 2,800 gr dengan panjang 50 cm itu cukup besar untuk ukuran gadis semungil Ashila. Ashila cukup beruntung bisa melahirkan dengan normal dan tanpa luka. Jadi dia seperti wanita yang sedang haid biasa, karena jalan lahirnya tidak sobek.

"Gus kaif, aku ingin menggendongnya." Kaif kemudian menyerahkan putri cantiknya pada Ashila. Lalu Kaif duduk dibelakang istrinya sehingga kini Ashila duduk bersandar didada Kaif. Keduanya telah menjadi orang tua sekarang dan mereka sangat bahagia.