webnovel

Cinta Segi Empat

Hye Seon terjebak dalam kerumitan hati karena memiliki cinta untuk tiga lelaki di usia remaja dan dewasa awal. Impiannya untuk menjadi pelukis membawanya ke pada perjalanan panjang dari kota kelahirannya Gangneung sampai Seoul.

Anifkha · Urban
Zu wenig Bewertungen
47 Chs

I Love You

Halaman depan rumah keluarga Kang lengang. Bibi dan paman mungkin sudah tidur. Jarum jam tangan Hye Seon menunjuk ke angka dua belas. Ini pasti sudah terlalu larut untuk pulang. Mobil Hyung Won tidak terlihat terparkir di depan rumah. Ia mungkin masih di tempat Na Ra.

Suara kicau burung paman sesekali terdengar mengalun merdu meramaikan malam yang dingin. Hye Seon dan So Hwan masih duduk di dalam mobil yang diparkir tak jauh dari gerbang pendek rumah keluarga Kang. Mereka terdiam. Sekitar dua puluh lima meter di belakang mereka, Hyun Dai merah Hyung Won tak terlihat di balik bayangan hitam pohon.

" Lee Hye Seon," pelan suara So Hwan memulai percakapan. Hye Seon menoleh ke samping kiri di mana So Hwan menatap lurus ke depan.Cahaya lampu mobil yang lewat menyilaukan pandangannya.

"Terima kasih atas semuanya hari ini. Kau..sungguh sudah membuka mata hatiku. Kau benar, Min Jung tak seharusnya menanggung dosa yang dilakukan oleh kedua orang tuanya. Aku tak seharusnya membenci anak kecil ini."

Suara So Hwan terdengar sembar. Hye Seon terlihat gamang. Dia membuang pandangannya ke arah depan.

"Apa pun yang terjadi, hidup harus terus dijalani. Terima kasih banyak."

Jakun So Hwan jelas sekali bergerak naik turun. Ia berusaha sekuat mungkin untuk tidak membuat kesulitan di hatinya menjadi air mata.

"Aku.. senang bisa membantu," balas Hye Seon pelan.

Hye Seon hanya diam saja melihat So Hwan yang seperti memerlukan waktu untuk menerima semuanya. Untuk menerima Min Jung masuk dalam kehidupannya, terlebih dahulu So Hwan harus memaafkan orang-orang yang telah menyakitinya. Baik itu ayah atau pun secara tidak langsung ibunya sendiri. Hal ini bukanlah perkara yang gampang.

"Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan denganmu."

Mendengar kalimat tambahan dari So Hwan, gadis ini mendadak merasa gelisah.

"Sejak pertama kali aku melihatmu, ada sesuatu yang berbeda dengan dirimu yang tidak bisa aku temuin di orang lain. Kau membuat aku terkagum kagum karena semangat pantang menyerah yang kau tunjukkan dalam setiap hal yang kau kerjakan. Kau juga terlalu sederhana tapi berpikiran sangat dewasa. Kau memperlihatkan kualitas dirimu malam ini padaku dan semua hal itu sudah membuatku yakin bahwa kau adalah .. " So Hwan terdiam.

Ia sekarang membalikkan badannya ke arah kanan menghadap Hye Seon yang sedang menatapnya dalam dalam. Mata Hye Seon sayu karena capek. So Hwan merasa agak ciut untuk mengutarakan maksud hatinya.

"Hye Seon, aku menyukaimu.."

Akhirnya kalimat itulah yang muncul bersamaan dengan angin dingin malam musim gugur yang menyapu dedaunan kering di sepanjang jalan di depan mobil. Jantung Hye Seon berdetak seribu kali lebih cepat. Badannya terasa mulai kedinginan, bukan karena angin yang bertiup melainkan pernyataan cinta So Hwan yang tidak ia duga.

Hye Seon diam, bingung harus mengatakan apa.

"Apa aku mengagetkanmu?"

So Hwa terdengar cukup khawatir.

"Ehm..aku merasa harus menyatakan perasaanku untuk membuatku jauh lebih tenang. Kau tak perlu memberikan jawabannya sekarang. Aku akan menunggumu sampai kau siap untuk memberikan jawabanmu."

So Hwan seolah memberikan kesempatan bagi Hye Seon untuk berpikir tapi sebenarnya bagi Hye Seon, pernyataan ini terdengar seperti sebuah deadline.

"Oppa....."

Hye Seon ingin sekali mengucapkan sesuatu tapi bibirnya terasa kelu untuk memulai.

"Sudah kubilang kau tidak usah memberikan jawabanmu sekarang. Pulanglah. Kau harus istirahat."

Hye Seon tak bisa membantah. Ia menurut saja apa yang dikatakan So Hwan. Ia pun keluar dari mobil BMW hitam itu. Dengan langkah gontai ia berjalan lambat menapaki jalur kecil ke rumah kecilnya.Tangannya kedinginan. Deru suara mobil So Hwan sudah menghilang.

Hye Seon memasukkan jemari tangannya ke dalam saku jaket. Sejenak ia sadar bahwa sekarang ia sedang memakai jaket Hyung Won.

"Apa yang harus aku lakukan?" gumam Hye Seon. Dia menghentikan langkahnya, berhenti di jalan setapak yang remang. Napasnya terdengar berat.

Jauh di belakangnya, di dalam mobil Hyun Dai merah, Hyung Won mendadak gusar. Ia takut seseorang telah mendahuluinya..mendahului mendapatkan cinta yang mulai bersemi di hatinya.

v

Hye Seon meletakkan paper tugasnya di meja Pak Hwang pagi-pagi sekali. Ia sengaja datang sepagi ini supaya tidak terlambat lagi mengumpulkan tugas. Ternyata selain dirinya ada juga mahasiswa lain yang mendapat hukuman serupa. Sebuah paper bersampul biru dengan nama Jung Seung Wo di atasnya tergeletak di pojok meja.

"Jung Seung Wo ?"

Nama itu sepertinya familiar bagi Hye Seon. Ia mencoba mengingat-ingat di mana dan kapan ia pernah melihat atau menjumpai orang yang bernama Jung Seung Wo. Ingatan Hye Seon memang tidak terlalu baik. Ia butuh waktu sekitar lima menit untuk mendapat gambar Jung Seung Wo di otaknya. Dia adalah pemuda yang duduk di sampingnya ketika lomba lukis berlangsung dan ia juga juara kedua dalam kompetisi lukis.

"Lee Hye Seon ssi.."

Panjang umur memang Jung Seung Wo ini. Ia tiba-tiba muncul di depan Hye Seon. Hye Seon heran bagaimana ia bisa tahu namanya.

"Kau tahu namaku?" tanya Hye Seon sedikit kaget melihat orang yang ia pikirkan langsung muncul di hadapannya. Seung Wo tersenyum sebelum menjawab.

"Tentu saja. Bukankah semua mahasiswa seni rupa Kim Art tahu namamu? Apakah kau tidak sadar kalau kau terkenal?"

Hye Seon tersipu malu dibilang "terkenal'. Sejak kompetisi lukis sebulan yang lalu, secara tidak langsung memang membuat ia lebih menonjol di antara mahasiswa yang lain.

"ehm..apakah kau juga mendapat hukuman dari Pak Hwang? Maksudku, aku tadi melihat paper dengan namamu di mejanya."

"Ya, kali ini hukumannya terlalu berat. Bagaimana bisa ia menyuruh kita mengerjakan tugas yang seharusnya menjadi mata kuliah anak semester akhir."

"Mata kuliah semester akhir?"

Hye Seon sama sekali tak tahu kalau tugas yang ia kerjakan adalah salah satu mata kuliah semester akhir.

"Sampai mati-matian aku mengerjakannya. Bagaimana denganmu?"

"aku .." Hye Seon berhenti tak melanjutkan kalimatnya. Ia tidak boleh bilang kalau So Hwan membantunya menyelesaikan tugas. Kalau sampai salah satu mahasiswa di Kim Art tahu, bakal heboh nantinya.

"Aku.. juga sampai sakit. Tugasnya memang susah sekali,"jawab Hye Seon tersenyum kecut.

"Oh.. benarkah? Semoga hasilnya tidak mengecewakan."

Jung Seung Wo tersenyum tipis.

"Kuharap juga demikian."

"Hye Seon !" Yu Mi berlari kecil ke arahnya. Rambut cepaknya yang dikuncir bergoyang goyang seperti ekor kuda.

"Akhirnya aku menemukanmu. Kau pasti sangat menderita lima hari belakangan ini?"

Yu Mi memeluk Hye Seon dan tanpa risih mencubit pipi putih Hye Seon yang langsung berubah jadi merah. Jung Seung Wo tersenyum geli melihatnya.

"Apa yang kau lakukan?" Hye Seon berusaha melepaskan tangan Yu Mi dari pipinya.

"Heh.." Yu Mi menoleh ke arah Seung Wo berdiri. Oh.., ia baru sadar kalau Hye Seon sedang berbicara dengan seseorang.

"Aku pergi dulu," pamit Seung Wo pada Hye Seon dan Yu Mi. Setelah Seung Wo berada pada jarak di mana ia tidak mendengar perbincangan antara dirinya dan Hye Seon, Yu Mi mulai menginterogasi temannya itu.

"Siapa dia?"

"Jung Seung Wo, juara kedua di kompetisi lukis kemarin. Ia bernasib sama seperti aku. Mendapat hukuman dari Pak Hwang."

"Oh...dia kelihatan sedikit agak misterius. Maksudku...apakah kau tidak merasakannya?"

Dahi Hye Seon berkerut. Ia bingung dengan maksud Yu Mi. "Misterius?"

"Aku memang tak begitu mengenalnya. Hanya Ji Hoo pernah bilang padaku kalau juara kedua lomba lukis kemarin tidak memiliki banyak teman di sini. Ia sering menghabiskan waktunya diperpustakaan dan membaca buku di dalam kelas."

"Tapi.., ia ramah. Maksudku dia tidak kelihatan misterius ketika berbicara denganku."

"Entahlah. Itu mungkin hanya gosip saja. Sudahlah untuk apa kita membahas Seung Wo. ehm.. ngomong ngomong apa kau tidak merasa hampa selama Kim So Hwan tidak mengajar di sini?" Mata Yu Mi berkedip-kedip.

Nama Kim So Hwan langsung membuat Hye Seon teringat akan kejadian yang berlangsung di dalam mobil semalam. Laki-laki itu sedang menunggunya untuk memberikan jawaban. Hye Seon tidak tahu harus bereaksi bagaimana? Ia menganggap apa yang dilakukan So Hwan kepadaya selama ini hanyalah murni karena So Hwan ingin membantunya atau ia yang memang terlalu bodoh sama sekali tak mengetahui kalau So Hwan menaruh hati pada dirinya sejak pertama mereka bertemu.

"Hye Seon?" Yu Mi melambaikan tangannya di depan Hye Seon. Hye Seon terhenyak dari lamunannya.

"Apa yang kau pikirkan? Apakah kau punya masalah?"

"Hah, aku baik baik saja..ayo kita masuk!"

Belum sempat keduanya beranjak ke kelas, Yu Mi berteriak.

"Lihat ! Kim So Hwan sunbae."

Yu Mi menunjuk ke arah So Hwan yang memasuki kantor dosen. Teriakan Yu Mi membuat laki laki itu menoleh. Hye Seon jadi kikuk seketika melihat So Hwan. Untung ia hanya tersenyum sambil menunduk dari kejauhan memberi salam. Yu Mi tersenyum girang. Ia langsung nyerocos tanpa henti memuji So Hwan. "So Hwan sunbae yang genius, ganteng, kaya, baik hati dan gagah...Ah...ia memang hebat. Benarkan Hye Seon?"

Hye Seon hanya tersenyum kecut. Ia tak berniat untuk memberi tahu Yu Mi tentang kegundahan hatinya.