Ada perasaan bersasalah dalam diri Amanda melihat Roy tersedak, tangannya langsung mengusap punggung Roy. "Eh maaf. Gue nggak sengaja. Lagian salah lo juga, ngapain kagetin gue," kata Amanda merasa bersalah.
"Iya , nggak apa-apa. Ternyata lo cewek baik, nggak kaya tadi galak banget. Kalau gini, kan, adem lihatnya. Makasih, ya, usapnya lembut banget," ucap Roy tersenyum manis dengan perlakuan Amanda.
Mendengar ucapan Roy, Amanda langsung menghentikan usapannya dan kembali kesal, "ngapain sih, lo ke sini? Pindah, nggak ?" Ketus Amanda.
"Tuh, kan, lo tuh kaya bunglon, berubah-ubah. Tadi baik, sekarang galak. Gue mau makn, lah. Karena hanya kursi sebelah lo yang kosong," kata Roy.
"Tapi gak minum-minuman gue juga kali."
"Maaf, habisnya gue haus banget. Gue ganti deh," bujuk Roy.
"Lagian lo tuh ganggu banget, tahu nggak? Kita tuh nggak saling kenal.
Tapi sikap lo kaya orang udah akrab,"kesal Amanda.
Amanda merasa Roy sok kenal dan sok dekat. Mereka baru bertemu hari ini tapi cowok itu seakan menganggap mereka sudah akrab.
" Makanya gue berusaha buat akrab sama lo," balas Roy menatap Amanda.
"Buruan sana gantiin es teh gue, muka lobbikin gue enek."usir Amanda.
"Kalau gue, sih, sebaliknya, muka lo malah bikin gue mau senyum terus. Habisnya muka lo itu kelebihan gula kali, ya, semakin di tatap manisnya keluar," goda Amanda membuat Amanda menatap sengit.
"Maaf, ya, gue bukan cewek yang gampang luluh dengan gombalan receh. Dari pada lo buang waktu, mendingan sana ganti minuman gue,"usir Amanda.
"Bentar, Roy langsung meninggalkan mereka dan segera memesan es teh Amanda yang sudah dia habiskan. Sementara Irma sama Nabila saling tatap, dia merasa Roy tertarik dengan Amanda yang berstatus siswi baru di sekolah mereka.
" Lo merasa aneh, nggak?" bisik Nabila pada Irma.
"Iya, Roy aneh banget. Sama murid pindahan, kok, Langsung gitu ya," balas Irma.
"Cepat atau lambat mereka berdua akan dekat, deh."
"Lo pikir yang di rumah sakit mau dikemanain?" Tanya Irma, membuat Nabila mengedikan bahunya tak acuh.
Setelah makan di kantin, Amanda memutuskan pergi ke suatu tempat untuk menenangkan diri, kebetulan jam kosong karena guru rapat dadakan, sementara Irma dan Nabila sudah kembali ke kelas. Hari pertama sekolah sangat melelahkan, bertemu dengan orang resek, bertemu ketua OSIS yang ganteng, dan mendapat dua orang teman baru.
Amanda merasa suasana di sekolah ini lebih menyenangkn dari pada di sekolah lamanya. Akan tetapi, Amanda masih trauma memiliki teman, dia takut kejadian akan sama seperti Sela dan Lina yang membenci Amanda hanya karena melakukan kesalahan yang tidak disengaja dan bisa di katakan itu fitnah. Amanda kembali bernostalgia setiap ucapan Mamanya yang begitu menyakitkan dan membuatnya terluka.
"Kok Mama dan Papa berubah sih? Mana kalian yang dulu, Amanda kangen keluarga kita yang harmonis. Kenapa kalian benci sama aku? Salah aku apa Ma, Pa aku kangen canda tawa kita kangen Saat Mama temani aku tidur, dan juga Papa yang selalu ada di samping aku saat aku nangis. Tapi kenapa sekarang kalian berubah?" Isyak Amanda mengingat semua kenangan manis itu.
Saat asyik mengingat masa lalu, Amanda terkejut dengan kedatangan Roy di dekatnya. Cowok itu menghapus air mata Amanda. Entah dari mana tiba-tiba Roy muncul di hadapan Amanda ." Jangan nangis, entar cantiknya hilang." Kata Roy menatap wajah Amanda.
"Ngapain lo di sih?" Tanya Amanda lalu menepis tangan Roy dari wajahnya.
Roy menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Dia malu karena sudah berani menyentuh wajah seorang gadis yang baru saja dikenalnya beberapa jam yang lalu."ya, nggak ngapa-ngapain, gue biasa ke sini kalau lagi suntuk. Lo kenapa nangis, ada masalah?" Tanya roy.
Amanda menggeleng menatap lurus ke depan." Bukan urusan lo."
"Gue nggak sengaja menguping dan gue dengar semua yang lo omongin.
Keluarga lo kenapa? " Tanya Roy kembali membuat Amanda terdiam.
"Nggak usah kepo."
"Lo kenapa, sih. Jutek amat sama gue? Kalau masalah pertemuan pertama kita yang gue nggak sengaja tabrak lo, gue minta maaf, deh. Sumpah, gue nggak sengaja" kata Roy tulus .
"Nggak usah minta maaf, gue orangnya nggak dendaman. Udah maafin, kok."
"Kalau nggak dendam kenapa lo selalu marah-marah sama gue?
Amanda menatap Roy, keduanya saling tatap dengan alis terangkat. Sebenarnya, Amanda juga tidak tahu kenapa hanya dengan melihat wajah Roy bawaannya kesal melulu. Mungkin karena kesan yang dia berikan sangat menyebalkan. Tapi jujur, jantung mereka sangat bersebar saat tatapan mata keduanya saling terkunci.
"Woi, bukannya jawab, lo malah serius tatap gue, iya, gue tahu gue ganteng makanya jangan serius amat, deh, lihatin gue, kalau mau serius itu nanti aja setelah tamat sekolah kita ke kantor urusan agama urus pernikahan kita, terus duduk, deh, di pelaminan." Goda Roy mencoba mencairkan suasana.
"Apaan, sih. Garing!" Kata Amanda ikut tertawa pelan.
Garing, sih, tapi lo juga ketawa tuh. Muka lo cocoknya memang harus sering senyum. Jangn pasang muka datar karena senyuman lo itu membuat hati gue lumer saking manisnya."
"Plase, deh, nggak usah gombal."
"Kalau gombalan gue bisa bikin lo ketawa kenapa nggak? Karena sekarang lo udah maafin gue, jadi gue bisa, dong. Perlahan jadi teman lo? Kalau bisa sekalian jadi pacar lo, deh. Atau calon pendamping hidup lo? Tanya Roy mengedipkan matanya.
"Dikasih hati minta jantung." Omel Amanda.
Roy tertawa kencang. Gadis didepannya ini sangatlah lucu ketika marah. " Hah, apa? Gue gak dengar jadi lo mau jadi calon pendamping hidup gue???"
"Gue tampol lo. Baru tahu rasa"
Roy mengangkat kelingkingnya dan tersenyum lebar. Di balas Amanda dengan senyuman tipis. Membalas kelingking seperti orang membuat janji. Roy tidak pernah merasakan detakan jantung begitu kencang seperti sekarang, bahkan saat bersama orang yang pernah dia cintai dulu. Ini terlalu cepat jika dikategorikan jatuh cinta. Tapi dengan Amanda memang rasanya berbeda, rasanya jatuh cinta pada pandangan pertama segitu pun sebaliknya Amanda merasakan perasaan yang jauh berbeda saat bersama Rendy, mantan keksihnya
Kali ini semua murid SMA MEKAR di perbolehkan untuk pulang lebih awa, karena adanya rapat dadakan yang diidakan oleh para guru. Mengenai pembicaraan Amanda dengan Roy tadi. Gadis itu masih perlu waktu untuk menerimanya sebagai teman layaknya teman dekat. Walaupun mereka berdua sudah banyak bicara satu sama lain itu sudah termasuk kemajuan .
"Da, lo mau ikut kita ke toko buku, nggak?" Ajak Irma.
"Iya , mau beli buku gitu." Lanjut nabila.
"Kayaknya gue nggak bisa, deh. Mau langsung pulang aja, badan gue lemas banget. Lain kali aja, ya." Jawab Amanda lalu menggendong tasnya.