webnovel

2

Pagi ini Naya menyiapkan sarapan untuk dirinya dan Firman, gadis itu juga sudah rapi dengan pakaiannya yang terlihat lebih santai hari ini. Naya hanya akan menemui sahabatnya, Nabila yang pulang dari Amerika, ada hal penting untuk Naya kata Nabila.

"Mau ke butik?", Firman menghampiri istrinya yang terlihat sudah menyiapkan sarapan. Pria itu tersenyum kemudian memberikan ciuman pada kening istrinya itu. Senang ada yang melayaninya seperti ini.

"Tidak mas". Firman menanggukkan kepalanya dan ikut duduk disamping istrinya. Mereka makan dalam diam, hanya suara sendok dan garpu yang terdengar. Naya memerhatikan suaminya iyang sangat lahap, gadis itu tersenyum senang. Namanya masakan yang dibuatnya sendiri, dan dimakan dengan lahap oleh suami itu sangat membahagiakan untuk Naya, Naya merasa sangat dihargai.

"Mas, Naya izin mau ketemu sahabat Naya katanya ada hal penting untuk Naya?". Naya mengeluarkan senyum yang menjadi senjatanya ketika meminta sesuatu dihadapan papi dan Maminya dulu.

"Boleh, hati-hati saja dijalan". Firman terkekeh lucu melihat wajah istrinya itu, senyum yang akan sering dilihatnya jika istrinya itu akan meminta sesuatu untuknya.

"Naya, juga mau pinjam mobil mas". Naya menggigit bibirnya, ternyata minta pinjam mobil tidak semudah pikirannya tadi. Gadis itu terbiasa memiliki semuanya sebelum menikah, tanpa pernah meminjam. Sekarang mobilnya masih tersimpan dirumah orang tuanya. Mungkin akan diberikan pada pak Mun saja, tukang kebun yang ada dirumahnya.

" Jangan dipinjam sayang, mobil mas kan mobil kamu juga, pakai saja". Firman mengacak-acak rambut istrinya itu, gemas.

"Makasih ya mas". Naya kemudian bangun dan mencium pipi suaminya itu, kebiasaannya ketika papinya atau maminya mengabulkan permintaannya dulu. Beberapa detik kemudian baru tersadar, seketika muka Naya memerah. Sedangkan Firman menikmati pemandangan itu, sambil mengedipkan matanya firman menjilat bibirnya.

"Tidak cukup dipipi, kalau untuk mas dibibir ya sayang biar cukup dan berasa ciumannya". Naya menatap kesal suaminya itu langsung saja kakinya refleks menginjak kaki pria itu. Biar tahu rasa, pagi-pagi genitnya kambuh kutuk Naya dalam hati.

Setelah itu, Naya kembali ke kamarnya, mengambil tas dan Handphonenya, gadis itu lalu menghubungi Nabila.

"Bila, kita ketemunya dimana?". Diseberang sana Nabila terkekeh.

" Kamu ke toko rotimu saja, biar enak ngomong nya". Naya menganggukkan kepalanya yang pasti tidak dilihat oleh Nabila.

"Oke, sampai jumpa Bila". Nabila mematikan sambungan teleponnya. Naya tersenyum Nabila belum berubah, gadis itu tidak suka basa-basi.

Naya kembali ke bawah, suaminya itu sudah ada diparkiran. Itu orang kok lama amat sih, kenapa belum berangkat-berangkat ke kantor bisik Naya dalam hati. Naya berjalan dengan langkah-langkah yang kecil, berharap suaminya itu segera meninggalkan parkiran. Firman mengulum senyum melihat tingkah lucu istrinya itu, pasti masih malu karena kejadian di dapur tadi.

"Sayang kamu tidak ingin jadi siput kan?, Cepat dikit jalannya, mas mau bayar hutang nih". Naya sedikit mempercepat jalannya, hutang? seingat Naya dari dulu sampai sekarang suaminya itu tidak punya utang pada dirinya.

Firman menghampiri istrinya, diberikan tangannya dihadapan istrinya itu. Naya kemudian mencium tangan suaminya itu, Firman balas mencium mata,kening dan pipi istrinya itu.

"Jangan lupa ya sayang, ini hutang yang harus dibayar setiap pagi". Naya cemberut, Firman kembali terkekeh.

"Mas, suka modusin Naya". Gadis itu terlihat kesal.

"Kan halal, mas modus juga dapat pahala sayang". Firman kembali mencuri ciuman pada bibir istrinya dan berlari secepat mungkin masuk ke dalam mobilnya.

"F I R M A N" Teriak Naya kesal sangat kesal pada suaminya. Suka banget cium di sembarang tempat, kalau ada tetangga yang lihat Naya akan sangat malu.

Naya menghentakkan kakinya dan segera masuk ke dalam mobil, kemudian bergerak meninggalkan suaminya yang masih diparkiran.

Ting!

Naya membuka pesan di handphonenya

Firman Genit

Hati-hati sayang

Jangan melamun karena teringat ciuman mas😘

Naya, tidak menggubris pesan tersebut semerdeka suaminya itulah. Naya kemudian ketempat yang dimaksud Nabila. Toko Nabila makin indah, bertambah luas dan lebih tertata rapi.

"Permisi mas, aku sahabat Nabila dia masih diruangan yang lama?" Naya tersenyum pada pemuda itu, kalau tidak salah ingat namanya Steven.

"Iya mbak, mbak Nabila sudah menunggu mbak Naya diatas. Langsung ke atas saja". Naya tersenyum dan mengucapkan terimakasih. Gadis itu berlalu ke ruangan sahabatnya itu.

Ruangan Nabila tertutup, Naya langsung menyelonong masuk. Tidak terkunci.

Krikkk

Nabila berdiri dan tersenyum pada Naya.

Naya langsung berlari dan memeluk Nabila dengan erat, Naya kangen pada Nabila. Nabila sampai terbatuk-batuk karena merasa sesak.

"Kangen, sih kangen. Tapi, bukan kayak gini peluknya". Nabila melepaskan diri dari pelukan Naya.

"Harusnya kamu bersyukur dong, ada yang kangen sama kamu. Selama ini kan tidak ada tuh yang kangen kamu,hehehe". Naya terkekeh menertawakan sahabatnya itu, Nabila manatap Naya kesal.

"Duduk, kamu mau makan apa? Kamu butuh energi , aku punya kabar yang entah buruk atau baik untuk kamu." Nabila kemudian menyiapkan jus dan meminta buah-buahan pada anak-anak yang bekerja di tokonya itu.

" Kamu mau kembali ke rumah kamu? dan Mau melanjutkan perusahaan?". Naya menebak mungkin itu yang akan buruk untuk persahabatan mereka, mengingat Nabila wanita yang gila kerja, jadi hanya akan punya sedikit waktu untuk kumpul-kumpul bersama Naya.

" Yup. Tapi itu tidak buruk. Kamu makan buahnya biar lebih enak ngomongnya. " Nabila kemudian mengajak Naya ke atas ranjang, ruangan pribadi Nabila seperti kamar tidur karena anak itu keluar dari rumahnya beberapa tahun yang lalu dan disinilah tempatnya tinggal.

" Ya sudah cepat ceritanya Bila, aku jadi deg-degan nih". Naya beringsut mendekati Nabila, sambil mengigit apel ditangannya.

" Jadi mmmmt,,, aku ketemu kembali dengan Kiano di Amerika". Nabila memerhatikan raut wajah Naya, gadis itu sedikit terkejut dan kembali menggigit apelnya, mengangguk-anggukan kepalanya.

" Tidak seperti yang pernah kamu ceritakan 5 tahun yang lalu, Kiano masih menganggap kamu tunangannya Nay, dan aku juga tidak mengerti sih mengapa jadi seperti itu". Naya terbelalak, bagaimana bisa setelah apa yang Kiano lakukan Kiano masih beranggapan seperti itu.

" Serius? memang kamu sempat ngomong sama dia?". Nabila menganggukkan kepalanya.

"Dia yang datang menemui aku di apartemenku, aku tidak tahu darimana dia mengetahui alamatku". Nabila menelan ludah, dia harus menceritakan semua kekhawatirannya tentang Kiano

" Kamu harus hati-hati Nay, Kiano yang sekarang beda dengan Kiano yang dulu. Aku tidak melihat cinta dimatanya ketika menyebut namamu, lebih dari cinta umttt, seperti obsesi sih." Nabila mengatur napasnya, dia juga takut karena Kiano sekarang terlihat seperti orang yang berbeda.

" Aku sudah menikah Bila, dan aku tidak mungkin kembali pada Kiano walaupun keadaannya aku belum nikah". Suara Naya lirih, sesak mengingat pengkhianatan yang dilakukan Kiano. Sekarang pria itu masih menganggap dia tunangannya? Luar bisa, Naya tertawa miris pada dirinya sendiri.

"Justru itu Nay, aku takut dia akan menghancurkan pernikahan kamu". Nabila memeluk sahabatnya itu. Naya tidak bersuara,air matanya bercucuran.

" Aku tidak tahu Nay ini benar atau salah, tapi ketika dia bisa tahu alamatku, aku berada di Amerika saat itu. Jangan naif Nay, bisa jadi kamu juga diawasi olehnya". Nabila mengelus rambut sahabatnya itu.

" Bila, aku tidak akan mungkin memilih dia, kamu tahu kan? Aku menikah bukan alasan cinta, tapi sekarang aku mulai nyaman bersama firman, walaupun cowok itu genitnya minta ampun sih". Nabila terkekeh melihat Naya yang kini kembali tenang dan terlihat kesal ketika menyebut firman genit.

"Hahahahahaha. Bagus dong Firman genit, artinya Bila cepat dapat ponakan". Nabila kembali terkekeh kali ini terdengar sengaja menggoda Naya. Naya langsung melemparkan bantal pada sahabatnya itu.

"Nay, satu lagi yang harus kamu dengar, dan ini lebih berbahaya". Nabila meletakkan bantal yang dilemparkan Naya ke tempat semula. Naya menaikkan satu alisnya menunggu Nabila melanjutkan.

" Hari aku kembali ke Indonesia, saat aku ke bandara, Kiano mengantarkan hadiah untuk kamu dan hadiah itu aku simpan diluar kamar takut ada sesuatu dihadiah itu". Naya menghembuskan napasnya dengan berat, apalagi yang diinginkan orang itu.

"Naya, tidak mungkin kan semua itu kebetulan. Kiano benar-benar niat mau kembali pada kamu". Nabila kemudian keluar dan mengambil kotak hadiah untuk Naya.

"Silahkan dibuka Nay" Naya memerhatikan hadiah dari Kiano. Kotak tidak terlalu besar, sepertinya boneka.

Naya membuka kotak yang telah ada ditangannya, Nabila hanya memerhatikan dalam diam. Sebuah boneka Doraemon dan selembar kertas. Naya meraih kertas tersebut, membuka dan membaca tulisan diatasnya.

To

My Princess

Sabar yah, sebentar lagi pangeranmu ini akan menyelamatkanmu dari pernikahan yang menyiksamu.

Love you

Kiano Wilson

Naya merobek-robek kertas itu. Setelah beberapa tahun lalu dia dibuang laki-laki itu, kini laki-laki itu kembali mau menyelamatkannya? Pernikahan yang menyiksa? Justru kehadiran Kiano nanti yang akan menyiksa hidup Naya.

"Bila, kamu jaga diri kamu. Kalau Kiano tanya sesuatu tentang aku ke kamu, Kamu bilang saja sudah jarang ketemu aku". Naya memijit keningnya pusing, Nabila membereskan bungkusan hadiah dan kertas yang disobek -sobek Naya tersebut dan membuangnya ketempat sampah.

Boneka pemberian Kiano tersebut Naya buang ke tempat sampah. Beberapa data setelah mereka terdiam dengan pikiran mereka masing-masing. Nabila mengajak Naya untuk keluar, mencari udara segar. Kedua gadis itu ke tempat mereka sering nongkrong saat masih kuliah dulu. Mereka butuh makanan yang manis-manis untuk melupakan sejenak ancaman yang menghampiri Naya. Keduanya bernostalgia membahas liburan-liburan dan masa-masa kuliah mereka tanpa membahas Kiano ataupun hadiah yang diberikan Kiano.

Sorenya Naya dan Nabila berpisah, Naya berharap suaminya itu belum pulang ke rumah. Gadis itu singgah membeli sayuran dan daging untuk membuat makan malam buat suaminya itu.