Di kediaman keluarga Satria, Satria baru saja sampai di rumahnya iya masuk dan menghampiri mamanya yang berada di ruang santai sang mama menoleh saat merasakan kedatangan Satria, Satria mencium punggung tangan mamanya setelah nya duduk di samping mamanya sembari menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi
" Sudah pulang, capek ya? " tanya Alisa
" Iya ma capek banget nih "
" Ya sudah sekarang kamu masuk ke kamar terus bersihkan diri kamu dan istirahatlah "
" Iya ma, oh iya ma nanti malam aku izinnya mau ke rumahnya temen aku mau belajar bersama dengan dia "
" Emangnya siapa teman kamu Sat? "
" Ada mah namanya Salsabila teman sekelas aku yang baru "
" Ya udah boleh asalkan kamu benar mau belajar bersama ya jangan sampai kamu keluyuran sama seperti waktu di Bandung kemarin "
" Iya mah aku nggak akan ngelakuin hal yang seperti di Bandung "
" Baiklah kalau begitu sekarang kamu pergi ke kamar dan bersihkan diri kamu "
" Siap bos "
Satria masuk ke dalam kamarnya iya membersihkan dirinya setelah selesai membereskan diri dia pun berbaring di tempat tidur, Satria mengingat Salsa dan dia memiliki perasaan yang lebih pada Salsa tapi bukan perasaan cinta melainkan perasaan seseorang yang telah mengenal lama, Satria berfikir cukup keras saat mengingat wajah salsa yang sebenarnya mirip dengan Satria, entah mengapa Satria seperti bercermin saat memandang wajah Salsa dan Satria merasa memiliki ikatan batin dengan Salsa dan itu membuat Satria sangat bingung, di tengah kebingungan yang mendera Satria iya merasa kedua matanya mulai memberatkan karena dia sudah mengantuk dan ia mulai memejamkan matanya
Di ruang santai Firman memasuki rumahnya dan melihat sang istri tercinta sedang menonton televisi sang istri yaitu Alisa menoleh dan melihat suaminya yang baru pulang dari kantor, Firman menghampiri istrinya dan duduk di dekatnya sementara Alisa mencium punggung tangan suaminya
" Papa capek ya mau mama buatkan teh? "
" Boleh kalau mama mau membuatkan teh "
Alisa pergi ke dapur dan membuatkan teh untuk suaminya setelah teh yang ia seduh telah jadi Alisa membawa teh menuju ruang santai Alisa memberikan teh yang ia bawa kepada sang suami, Firman langsung meminum teh yang diberikan oleh Alisa setelah meminumnya ia meletakkan cangkir teh di atas meja
" Pah Satria tadi meminta izin untuk pergi ke rumah temannya katanya mau belajar bersama "
" Mama mengizinkan "
" Iya pah Satria bilang dia tidak akan melakukan hal yang sama seperti waktu di Bandung "
" Baguslah kalau Satria tidak akan balapan liar lagi "
" Jadi papa mengizinkan Satria pergi ke rumah temannya "
" Iya mah "
Tiba-tiba saja Alisa menetaskan air matanya karena dia mengingat sang putri yang diberikan nya pada Tommy 17 tahun yang lalu apalagi anak tertua nya sudah tidak tinggal di rumahnya
" Mama kenapa tiba-tiba menangis " tanya Firman khawatir
" Aku mengingat putri kita pah aku merindukannya, sampai kapan kita akan terpisah dari nya aku sangat ingin bertemu dengan putri kita "
" Papa juga ingin bertemu dengan putri kita mah tapi detektif yang papa sewa untuk mencari putri kita belum menemukan titik terang keberadaan putri kita mungkin keluarga yang mengadopsi putri kita langsung pindah saat dia membawa putri kita keluar dari rumah sakit "
" Dan sekarang yang tinggal bersama kita hanya Satria saja sementara Bagas sudah tidak tinggal di sini lagi semenjak kejadian kekasihnya "
" Udah mamah jangan sedih dan untuk sementara waktu jangan sampai Satria tahu tentang semua ini sebelum kita menemukan saudara kembar Satria "
" Iya pah Satria pasti akan terkejut jika iya tahu bahwa dia memiliki saudara kembar "
" Ya udah rahasia ini biar kita simpan dulu sampai waktunya tepat "
" Iya pa "
Alisa dan Firman bersantai sembari menonton televisi Alisa menyembunyikan rasa sedih yang ada di hatinya kepada Firman, iya berpura-pura untuk bahagia meski sebenarnya rasa rindu pada sang putri dan anak tertua nya sangat besar di dalam hatinya Alisa tidak mau menambah beban pikiran Firman yang masih berjuang untuk menemukan keberadaan sang putri