webnovel

Cinta dalam dendam

Cinta yang hadir tanpa Rakha sadari karena tetutup oleh dendam, membuat ia sangat membenci Novia. Gadis yang sangat berarti pada kehidupannya dulu. Saat sebuah kenyataan mulai terungkap serta ingatan yang mulai muncul sedikit demi sedikit membuat ia sadar bahwa kebenciannya tak beralaskan. Seolah takdir tak memihak padanya saat semua ingin ia ulang kembali kenyataan bahwa saudaranya sendiri adalah rival untuknya, belum lagi ia harus berurusan dengan orang misterius yang juga bagian dari masa lalu Novia. Akaknkah Rakha bisa memperjuangkan Cintanya kembali ataukah harus merelakan Novia dimiliki oleh Nicho saudaranya atau sang pria misterius yang seorang Mafia.

Tika_Mutiara · Urban
Zu wenig Bewertungen
16 Chs

Masalah datang

Mobil yang Novia kendarai kini memasuki parkiran kantor tempat ia bekerja, waktu istirahat makan masih tinggal dua puluh menit lagi. Namun karna telpon yang membuat ia menjadi begitu takut juga khawatir.

Langkah kakinya memasuki lif khusus untuk kariawan. Menekan angka dua puluh lima, lif pun mulai berjalan. Ia bersyukur tak banyak kariawan yang berada di dalam lift tersebut hingga memudahkan ia segwra sampai di ruanagan yang ia tuju. Waktu yerasa saat lama bagi Novia saat ini hatinya getar getir dengan pikiran yang mulai tak karuan.

Tingggggg...

Suara lift menghentikan ia dari segala pikirannya. Menarik nafas sejenak kemudia menghembuskan secara perlahan, itu ia lakukan beberapa kali untuk menenangkan hatinya dengan apa yang akan kemungkinan terjadi nanti.

Ia berjalan menuju salah satu ruangan dengan tulisan DIREKTUR UTAMA SANTOSA JAYA.

Huffffffff.... tarikan nafas ia lakukan sebelum benar-benar mengetuk pintu di depannya.

"Rilex Nov!" bergumam pada dirinya. "Kamu nggak melakukan kesalahan jadi jangan takut OK." Ia kembali menyemangati dirinya sendiri seolah-olah semua akan baik-baik saja.

Tok...

Tok ....

Tok...

"Masuk." suara barinton itu seketika membuat bulu kuduknya merinding. Padahal ia belum melihat sang pemilik suara namun tangan serta kakinya seolah tak lagi berpijak pada bumi. Untuk pertama kalinya ia menghadap direktur kantornya. Entah masalah apa yang ia lakukan hingga harus sampai berhadapan dengan pria itu.

"Ada apa ya Pak?" tanya nya se sopan mungkin. Tapi ia jujur tubuhnya saat ini bergetar takut enrah kenapa perasaannya sudah tidak enak melihat tatapan tajam pria itu.

"Ini apa Novia?" pria itu melempar sebuah map berwarna biru, lantas ia langsung menagmbilnya tertulis di lembarnya data pengeluaran dalam satu bulan terakhir.

Novia tau itu adalah map yang ia serahkan minggu lalu pada asisten direktur.

Lantas ia melirik pria itu seolah bertanya dengan tatapan 'Maksudnya!'.

Pria itu lantas menegakkan tubuhnya meliapt kedua tangan di atas meja, menarik napas untuk mengontrol emosi yang siap meledak.

"Buka!" perintahnya dengan menunjuk map yang ia pengang dengan matanya.

Novia pun segera membuka map tersebut lembar demi lembar ia baca dengan teliti dan di akhir lembaran ia menutup mulutnya dramatis dan tanpa di komando kepalanya menggeleng dengan spontan.

"Maaf pak ini maksudnya apa? saya tidak merasa membuat laporan seperti ini pak! sungguh saya tidak tahu apa-apa! Ini bukan milik saya pak" sanggahnya ia yakin laporan itu telah di sabotase atau di rekayasa.

"Apa kamu bilang?! tidak merasa

membuat laporan itu?, lantas siapa ketua devisi bendahara di perusahaan ini? kamu bilang tidak tau apa-apa lalu siapa yang mengantar laporan itu pada asisten saya minggu lalu? kamu juga bilang bukan milikmu? lalu nama dan tanda tangan di laporan itu bukan milikmu juga?" bentaknya hingga membuat Novia terkujut.

"Saya yakin pak laporan ini telah di rekayasa. Sungguh saya tidak melakukan hal itu!" suaranya mulai bergetar.

"Saya tidak mau tau Novia, disitu...," ia menunjuk map yang masih terbuka di tangan Novia. "Sudah jelas uang setengah miliyar masuk ke rekeningmu dan laporan dari banking pun sudah masuk ke saya, dan semua bukti itu sudah jelas. Bagaimana bisa laporan yang kamu buat dengan data di lapangan bisa berubah seratus delapan puluh derajad hanya dalam satu minggu Novia.!?" bentaknya lagi.

"Tapi saya benar-benar tak melakukan itu pak!" ia mencoba meyakinkan pria di depannya ini namun sepertinya sia-sia ia tak tersentuh sekalipun.

"Saya tidak mau memelihara sampah di perusahaan saya." ucapnya tegas, dan kata-kata itu seolah menusuk hatinya yang paling dalam. Bagaimana ia bisa di bilang sampah yang sudah mengabdi selama tiga tahun. Dan bagaimana data pengeluaran itu bisa sampai begini!

"Sekarang kamu saya kasih dua pilihan." tawar pria itu, Novia melirik nya harap-harap cemas entah pilihan apa yang akan di berikan padanya. Ia masih syok dengan data di tangannya, namun suara itu mengalihkan pikirannya yang sudah kusut layaknya benang.

"Kamu ganti rugi dua kali lipat dan di pecat secara tidak hormat dari perusahaan ini, serta masuk penjara atau memilih opsi kedua ganti rugi dengan jumlah yang sama dengan yang ada di map, dan tetap bekerja disini, tapi....," ia melirik Novia dari atas sampai bawah dan kembali lagi dari bawah ke atas. kemudian ia melanjutkan ucapannya. namun lebih sedikit berbisik "Harus menjadi simpanan saya." Semerik iblis jelas terlihat di raut wajah pria paruh baya di depannya, membuat Novia bergidik ngeri serta jijik.

"Saya tidak akan sudi menjadi simpanan bapak, lebih baik saya masuk penjara dari pada harus menjadi simpanan bapak." jawabnya tegas.

"Baiklah saya kasih kamu waktu dua hari untuk menganti semua kerugian yang kamu buat, jika tidak kamu siap-siap menerima surat penahanan dari polisi, mungkin dengan tuntutan berlapis. Seketika itu Novia melototkan matanya seolah tidak percaya dengan apa yang di katakan oleh pria ini.

"Apa-apaan bapak dari mana saya bisa mendapat uang satu miliyar dalam dua hari?" tanyanya.

"Saya tidak mau tahu Novia, kamu pilih opsi pertama maka kamu akan aman tentram dan sentosa atau memilih opsi yang kedua, menderita, juga sengsara.

Dengan cepat ia menggelengkan kepalanya. "Bahkan sampai saya matipun saya tidak akan pernah mau jadi simpanan Bapak." setelah mengucapkan itu lantas ia keluar dari ruangan yang membuat darahnya mendidih, menutup pintu dengan cukup keras membuat beberapa staf yang berada disitu kaget bukan kepalang. Namun juga ada yang kepo dengan raut wajah Novia yang terlihat sembab seperti habis menangis.

Dan tepat di samping pintu yang tertutup senyum pria itu seperti sebuah kemenangan. Ia mengambil handphone miliknya menekan ikon warna hijau untuk menghubungi seseorang. Tak perlu menunggu lama suara berat dari sebrang telpon pun terdengar.

"Hallo pak! Semua berjalan sesuai rencana, dan sepertinya dugaan anda benar." ucapnya. masih dengan senyum yang entah apa artinya.

terdengar gelak tawa dari sebrang telpon.

"..."

" Baik pak, akan saya jamin tidak akan membuat kesalahan dan kecurigaan apapun yang akan menyeret bapak." jawabnya.

"....."

"Baik pak terimaksih" jawabnya.

Setelah telpon terputus ada nada pesan yang menyapa benda pipih pria itu.

Hhhhhhh

"Ternyata seru juga kerja sama dengan Pak Rakha, tiga ratus juga" ucapnya bahagia.

"Ini lebih dari cukup buat menyewa jalang nanti malam." ucapnya bermonolog. Lantas ia kembali melanjutkan pekerjaannya dengan hati yang penuh bunga-bunga bahagia di atas penderitaan Novia.

Di tempat lain Rakha senang bukan kepalang

"Ini baru permulaan Nov, masih banyak lagi kejutan yang akan aku hadiahkan untukmu sebelum kau menjadi kakak iparku." Ia berbicara sendiri pada sambil melihat dua gadis yang terpajang dalam sebuah bingkai foto di atas mejanya. Ia mengusap salah satu di antrnya.

"Sayang!" ucapnya lirih.

"Kamu bahagia ya disana! Aku bakalan jaga hati kamu disini" ucpanya lirih disertai air mata.