webnovel

Cinta Arrogant Sang Editor

Menjadi editor terbaik di Indonesia ketika usianya dua puluh tahun, membuat Sander Brandt melejit. Muda, kaya dan berkuasa untuk sebuah perusahaan media yang besar. Namun ketika dia berhadapan dengan kenyataan bahwa dirinya ditinggalkan oleh Arinda, cinta yang dianggapnya sejati, hanya karena seorang yang tidak sebanding dengannya. Sander menjadi pribadi yang tidak percaya diri dan penuh luka. Semua itu dia tutupi dengan sikapnya yang arogan dan selalu keras saat berhadapan dengan wanita dan cinta. Sebuah proyek berita dengan nilai besar dan penuh rahasia memaksa Sander keluar dari meja kerjanya dan terjun langsung. Dia menuju ke sebuah desa terpencil untuk mendapatkan berita itu. Tempat itu mempertemukan Sander dengan Wuri. Seorang Bidan yang sedang mengabdikan diri di desa tersebut. Keberhasilan Sander membuat berita itu melejit, malah memberikan masalah pada Wuri dan seluruh penduduk desa. Membuat Wuri terseret ke dalam penjara. Usaha Sander untuk menyelamatkan Wuri justru membuat keduanya jatuh cinta dan mengetahui rahasia kelam masing-masing. Karakter insecure dibalut arogansi yang dipertemukan dengan karakter yang penuh rasa benci dan curiga. Dua orang dari dua profesi dan latar belakang kehidupan yang berbeda untuk jatuh cinta dan melupakan perbedaan. Bisakah dua hati dengan luka masa lalu bersatu dalam cinta? Cinta Arrogant Sang Editor! Silahkan terhubung dengan Author di: FB: Ans Afriana IG: Ans Afriana Tiktok: Ans_Afriana Linkedln: Afriana Setiawan

Ans_Afriana · Urban
Zu wenig Bewertungen
404 Chs

72. KEMARAHAN SANDER

Wuri dan Tini membantu Mak Munah menyiapkan makan siang. Ketika makanan sudah siap, mereka keluar untuk memanggil anak-anak. Alangkah terkejutnya Wuri, saat dia ke halaman rumah tidak ada siapa pun di sana. Tidak ada anak-anak dan juga Yuli. Tidak ada juga mobil Sander atau pun Sander. Kemana mereka semua?!

"Tini! Tini! Mak Munah! Kemana anak-anak? Yuli!" Wuri berteriak memanggil ke sana kemar.

Tini dan Mak Munah muncul dari dalam rumah dengan wajah panik. Mereka berkeliling sekitar rumah mencari keberadaan anak-anak dan Yuli.

"Kak, mobil Tuan Sander juga tidak ada. Mungkinkah dia menculik mereka?" tanya Tini.

"Menculik mereka?" desis Wuri. Sementara Mak Munah dan Tini memandang cemas pada Wuri.

Menculik lebih dari sepuluh anak dan juga Yuli? Tampaknya pernyataan Tini tidak masuk akal. Tapi melihat keadaan saat ini, di mana Sander menjadi satu-satunya orang yang mungkin membawa mereka, tentu hal itu bisa saja terjadi.