webnovel

Cinta Arrogant Sang Editor

Menjadi editor terbaik di Indonesia ketika usianya dua puluh tahun, membuat Sander Brandt melejit. Muda, kaya dan berkuasa untuk sebuah perusahaan media yang besar. Namun ketika dia berhadapan dengan kenyataan bahwa dirinya ditinggalkan oleh Arinda, cinta yang dianggapnya sejati, hanya karena seorang yang tidak sebanding dengannya. Sander menjadi pribadi yang tidak percaya diri dan penuh luka. Semua itu dia tutupi dengan sikapnya yang arogan dan selalu keras saat berhadapan dengan wanita dan cinta. Sebuah proyek berita dengan nilai besar dan penuh rahasia memaksa Sander keluar dari meja kerjanya dan terjun langsung. Dia menuju ke sebuah desa terpencil untuk mendapatkan berita itu. Tempat itu mempertemukan Sander dengan Wuri. Seorang Bidan yang sedang mengabdikan diri di desa tersebut. Keberhasilan Sander membuat berita itu melejit, malah memberikan masalah pada Wuri dan seluruh penduduk desa. Membuat Wuri terseret ke dalam penjara. Usaha Sander untuk menyelamatkan Wuri justru membuat keduanya jatuh cinta dan mengetahui rahasia kelam masing-masing. Karakter insecure dibalut arogansi yang dipertemukan dengan karakter yang penuh rasa benci dan curiga. Dua orang dari dua profesi dan latar belakang kehidupan yang berbeda untuk jatuh cinta dan melupakan perbedaan. Bisakah dua hati dengan luka masa lalu bersatu dalam cinta? Cinta Arrogant Sang Editor! Silahkan terhubung dengan Author di: FB: Ans Afriana IG: Ans Afriana Tiktok: Ans_Afriana Linkedln: Afriana Setiawan

Ans_Afriana · Urban
Zu wenig Bewertungen
404 Chs

50. DOKTER MARINA

Wuri lalu menopang Sander dan membawanya menuju salah satu sofa yang ada di ruangan. Dia memegang kening lelaki itu. Wajahnya merah padam. Panas! Sepertinya Sander demam. Sedikit rasa sesal menggelayut di hati Wuri karena menolak permintaan Sander. Dia merasa dirinya terlalu keras dan mudah berpikir negatif. Hanya hal kecil yang Sanderlakukan, tapi membuat Wuri merasa tidak dihargai. Pemikiran yang sangat berlebihan.

"Tolong, berikan aku air." Sekali lagi Sander meminta dengan nada lirih. Pria itu tampak sedang menahan kesakitan.

Tanpa menjawab, Wuri segera berlari keluar ruangan dan mengambil segelas air dari dapur. Dia lalu memberikan pada Sander. Dengan cepat Sander meneguk air di gelas tak tersisa. Seperti ada panas yang membakar di dalam perutnya. Serangan yang seringkali Sander dapat dengan tiba-tiba.

"Apa … apa, kau baik-baik saja?"