webnovel

Cinta Arrogant Sang Editor

Menjadi editor terbaik di Indonesia ketika usianya dua puluh tahun, membuat Sander Brandt melejit. Muda, kaya dan berkuasa untuk sebuah perusahaan media yang besar. Namun ketika dia berhadapan dengan kenyataan bahwa dirinya ditinggalkan oleh Arinda, cinta yang dianggapnya sejati, hanya karena seorang yang tidak sebanding dengannya. Sander menjadi pribadi yang tidak percaya diri dan penuh luka. Semua itu dia tutupi dengan sikapnya yang arogan dan selalu keras saat berhadapan dengan wanita dan cinta. Sebuah proyek berita dengan nilai besar dan penuh rahasia memaksa Sander keluar dari meja kerjanya dan terjun langsung. Dia menuju ke sebuah desa terpencil untuk mendapatkan berita itu. Tempat itu mempertemukan Sander dengan Wuri. Seorang Bidan yang sedang mengabdikan diri di desa tersebut. Keberhasilan Sander membuat berita itu melejit, malah memberikan masalah pada Wuri dan seluruh penduduk desa. Membuat Wuri terseret ke dalam penjara. Usaha Sander untuk menyelamatkan Wuri justru membuat keduanya jatuh cinta dan mengetahui rahasia kelam masing-masing. Karakter insecure dibalut arogansi yang dipertemukan dengan karakter yang penuh rasa benci dan curiga. Dua orang dari dua profesi dan latar belakang kehidupan yang berbeda untuk jatuh cinta dan melupakan perbedaan. Bisakah dua hati dengan luka masa lalu bersatu dalam cinta? Cinta Arrogant Sang Editor! Silahkan terhubung dengan Author di: FB: Ans Afriana IG: Ans Afriana Tiktok: Ans_Afriana Linkedln: Afriana Setiawan

Ans_Afriana · Urban
Zu wenig Bewertungen
404 Chs

403. DIA?!

"Aku tidak mengerti kenapa mereka mengajak kita bertemu lagi. Bukankah semua sudah cukup jelas?" tanya Sander pada Daniel.

Mereka sedang dalam perjalanan menuju ke sebuah gedung hotel untuk melalukan pertemuan dengan pihak Talita.

"Victor bilang pertemuan kali ini untuk mencapai kesepakatan. Tampaknya Victor sendiri merasa mereka tidak memiliki peluang untuk menang. Mari kita lihat, cara halus seperti apa yang orang-orang ini inginkan."

"Membuang waktu percuma!" Sander merasa kesal.

"Tenanglah, Sayang. Ingat kata-kata Dad. Dalam masalah ini, hal terpenting yang harus kita lakukan adalah berhati-hati dan sabar. Tampaknya pihak Talita punya banyak jebakan yang tidak kita ketahui."

Wuri meraih tangan Sander dan menggenggamnya. Kali ini dia jauh lebih tenang.

"Mereka bahkan sudah bersikap bodoh dengan mengirimkan ancaman. Itu tidak bisa diterima, Wuri."

Ponsel Sander berdering. Terlihat sebuah nomor tanpa identitas masuk ke ponselnya.