webnovel

Cinta Arrogant Sang Editor

Menjadi editor terbaik di Indonesia ketika usianya dua puluh tahun, membuat Sander Brandt melejit. Muda, kaya dan berkuasa untuk sebuah perusahaan media yang besar. Namun ketika dia berhadapan dengan kenyataan bahwa dirinya ditinggalkan oleh Arinda, cinta yang dianggapnya sejati, hanya karena seorang yang tidak sebanding dengannya. Sander menjadi pribadi yang tidak percaya diri dan penuh luka. Semua itu dia tutupi dengan sikapnya yang arogan dan selalu keras saat berhadapan dengan wanita dan cinta. Sebuah proyek berita dengan nilai besar dan penuh rahasia memaksa Sander keluar dari meja kerjanya dan terjun langsung. Dia menuju ke sebuah desa terpencil untuk mendapatkan berita itu. Tempat itu mempertemukan Sander dengan Wuri. Seorang Bidan yang sedang mengabdikan diri di desa tersebut. Keberhasilan Sander membuat berita itu melejit, malah memberikan masalah pada Wuri dan seluruh penduduk desa. Membuat Wuri terseret ke dalam penjara. Usaha Sander untuk menyelamatkan Wuri justru membuat keduanya jatuh cinta dan mengetahui rahasia kelam masing-masing. Karakter insecure dibalut arogansi yang dipertemukan dengan karakter yang penuh rasa benci dan curiga. Dua orang dari dua profesi dan latar belakang kehidupan yang berbeda untuk jatuh cinta dan melupakan perbedaan. Bisakah dua hati dengan luka masa lalu bersatu dalam cinta? Cinta Arrogant Sang Editor! Silahkan terhubung dengan Author di: FB: Ans Afriana IG: Ans Afriana Tiktok: Ans_Afriana Linkedln: Afriana Setiawan

Ans_Afriana · Urban
Zu wenig Bewertungen
404 Chs

380. TALITA HARTONO

Prankkkkkk!!!!

Sebuah pot bunga melayang dan membentur dinding. Seketika, pot buatan China dengan harga puluhan juta itu hancur berkeping-keping. Pecahannya terbang ke segala penjuru di dalam ruangan.

Dua orang pria berbadan kekar yang ada di sana hanya bisa diam menerima kemarahan Sang majikan. Begitu pula dengan wanita paruh baya yang hanya bisa melihat putrinya melampiaskan kekesalan.

"Rencana kita hampir berhasil. Kenapa setan kecil itu tiba-tiba muncul?" wanita muda berkulit putih itu menggeram marah.

Matanya yang sipit semakin menyipit untuk memperlihatkan kekesalan. Dia melihat semua orang yang berada di ruangannya. Tentu saja dia tidak menemukan jawaban. Mereka yang ada di sana juga sama bingung dengan dirinya.

"Talita, semua belum terbukti. Wanita itu mungkin hanya sekedar mengaku-ngaku." Wanita paruh baya itu mencoba menenangkan putrinya yang sedang terkurung dalam amarah.