webnovel

Cinta Arrogant Sang Editor

Menjadi editor terbaik di Indonesia ketika usianya dua puluh tahun, membuat Sander Brandt melejit. Muda, kaya dan berkuasa untuk sebuah perusahaan media yang besar. Namun ketika dia berhadapan dengan kenyataan bahwa dirinya ditinggalkan oleh Arinda, cinta yang dianggapnya sejati, hanya karena seorang yang tidak sebanding dengannya. Sander menjadi pribadi yang tidak percaya diri dan penuh luka. Semua itu dia tutupi dengan sikapnya yang arogan dan selalu keras saat berhadapan dengan wanita dan cinta. Sebuah proyek berita dengan nilai besar dan penuh rahasia memaksa Sander keluar dari meja kerjanya dan terjun langsung. Dia menuju ke sebuah desa terpencil untuk mendapatkan berita itu. Tempat itu mempertemukan Sander dengan Wuri. Seorang Bidan yang sedang mengabdikan diri di desa tersebut. Keberhasilan Sander membuat berita itu melejit, malah memberikan masalah pada Wuri dan seluruh penduduk desa. Membuat Wuri terseret ke dalam penjara. Usaha Sander untuk menyelamatkan Wuri justru membuat keduanya jatuh cinta dan mengetahui rahasia kelam masing-masing. Karakter insecure dibalut arogansi yang dipertemukan dengan karakter yang penuh rasa benci dan curiga. Dua orang dari dua profesi dan latar belakang kehidupan yang berbeda untuk jatuh cinta dan melupakan perbedaan. Bisakah dua hati dengan luka masa lalu bersatu dalam cinta? Cinta Arrogant Sang Editor! Silahkan terhubung dengan Author di: FB: Ans Afriana IG: Ans Afriana Tiktok: Ans_Afriana Linkedln: Afriana Setiawan

Ans_Afriana · Urban
Zu wenig Bewertungen
404 Chs

371. PERKENALAN

Marshal berdiri di depan unit flat yang Ruth tempati. Dia ingin memaki dirinya sendiri. Sejak berangkat dari mansion Brandt tempatnya tinggal sampai ke tempat ini, jantung Marshal seolah gelombang yang berdetak tak karuan. Dia seperti gadis yang sedang dimabuk cinta.

Berkali-kali Marshal mengucap untuk dirinya sendiri.

"Ini hanya makan malam biasa." Ucapan yang tampaknya percuma karena hatinya tetap saja merasa gugup dan gelisah.

Setelah beberapa kali menghela nafas, menyisir rambut dengan jari-jarinya, membenahi kemeja yang dia gunakan, akhirnya Marshall berani mengetuk pintu flat tempat Ruth tinggal. Dua kali dia mengetuk, sampai akhirnya pintu terbuka.

Seorang pria setengah baya berdiri di depan pintu. Pria itu menggunakan celana pendek dan kaos tipis berwarna putih. Dari balik kacamata yang dia kenakan, pandangannya memindai Marshall. Dari atas ke bawah dan sebaliknya. Lalu matanya terfokus pada sekuntum mawah merah yang ada di tangan Marshall.