webnovel

Cinta Arrogant Sang Editor

Menjadi editor terbaik di Indonesia ketika usianya dua puluh tahun, membuat Sander Brandt melejit. Muda, kaya dan berkuasa untuk sebuah perusahaan media yang besar. Namun ketika dia berhadapan dengan kenyataan bahwa dirinya ditinggalkan oleh Arinda, cinta yang dianggapnya sejati, hanya karena seorang yang tidak sebanding dengannya. Sander menjadi pribadi yang tidak percaya diri dan penuh luka. Semua itu dia tutupi dengan sikapnya yang arogan dan selalu keras saat berhadapan dengan wanita dan cinta. Sebuah proyek berita dengan nilai besar dan penuh rahasia memaksa Sander keluar dari meja kerjanya dan terjun langsung. Dia menuju ke sebuah desa terpencil untuk mendapatkan berita itu. Tempat itu mempertemukan Sander dengan Wuri. Seorang Bidan yang sedang mengabdikan diri di desa tersebut. Keberhasilan Sander membuat berita itu melejit, malah memberikan masalah pada Wuri dan seluruh penduduk desa. Membuat Wuri terseret ke dalam penjara. Usaha Sander untuk menyelamatkan Wuri justru membuat keduanya jatuh cinta dan mengetahui rahasia kelam masing-masing. Karakter insecure dibalut arogansi yang dipertemukan dengan karakter yang penuh rasa benci dan curiga. Dua orang dari dua profesi dan latar belakang kehidupan yang berbeda untuk jatuh cinta dan melupakan perbedaan. Bisakah dua hati dengan luka masa lalu bersatu dalam cinta? Cinta Arrogant Sang Editor! Silahkan terhubung dengan Author di: FB: Ans Afriana IG: Ans Afriana Tiktok: Ans_Afriana Linkedln: Afriana Setiawan

Ans_Afriana · Urban
Zu wenig Bewertungen
404 Chs

326. MENJEBAK ODILA

"Bagaimana caranya? Saat ini keadaanku sangat sulit. Semua bukti mengarah padaku. Aku bahkan tidak yaki kalau pengacara terbaik di Jerman bisa menyelamtkanku sekarang."

Odila tersenyum pada Stein dan berdiri. Dengan anggun di berjalan dan kembali berdiri di dekat jendela kaca yang semula. Sambil melihat keluar, senyumnya perlahan tapi pasti terus mengembang.

"Aku punya semua bukti yang bisa membebaskanmu," ujar Odila dengan nada santai tapi jelas auranya sangat berkuasa.

Stein mengerutkan kening. Dia menatap Odila dengan penuh antusias.

"Kau? Memiliki bukti yang bisa membebaskanku? Bagaimana mungkin?" tanyanya berpura-pura bodoh.

"Mungkin saja, apa yang tidak mungkin Tuan Stein? Apakah kematian Diane membuatmu bersedih"

"Tidak, tentu saja tidak. Kematian wanita itu bahkan sebenarnya membuatku sedikit lebih lega. Diane telah lama menjadi orang yang terus menerus menjajah hidupku. Rasanya menyesakkan."