webnovel

Cinta Arrogant Sang Editor

Menjadi editor terbaik di Indonesia ketika usianya dua puluh tahun, membuat Sander Brandt melejit. Muda, kaya dan berkuasa untuk sebuah perusahaan media yang besar. Namun ketika dia berhadapan dengan kenyataan bahwa dirinya ditinggalkan oleh Arinda, cinta yang dianggapnya sejati, hanya karena seorang yang tidak sebanding dengannya. Sander menjadi pribadi yang tidak percaya diri dan penuh luka. Semua itu dia tutupi dengan sikapnya yang arogan dan selalu keras saat berhadapan dengan wanita dan cinta. Sebuah proyek berita dengan nilai besar dan penuh rahasia memaksa Sander keluar dari meja kerjanya dan terjun langsung. Dia menuju ke sebuah desa terpencil untuk mendapatkan berita itu. Tempat itu mempertemukan Sander dengan Wuri. Seorang Bidan yang sedang mengabdikan diri di desa tersebut. Keberhasilan Sander membuat berita itu melejit, malah memberikan masalah pada Wuri dan seluruh penduduk desa. Membuat Wuri terseret ke dalam penjara. Usaha Sander untuk menyelamatkan Wuri justru membuat keduanya jatuh cinta dan mengetahui rahasia kelam masing-masing. Karakter insecure dibalut arogansi yang dipertemukan dengan karakter yang penuh rasa benci dan curiga. Dua orang dari dua profesi dan latar belakang kehidupan yang berbeda untuk jatuh cinta dan melupakan perbedaan. Bisakah dua hati dengan luka masa lalu bersatu dalam cinta? Cinta Arrogant Sang Editor! Silahkan terhubung dengan Author di: FB: Ans Afriana IG: Ans Afriana Tiktok: Ans_Afriana Linkedln: Afriana Setiawan

Ans_Afriana · Urban
Zu wenig Bewertungen
404 Chs

179. PENGAKUAN ARINDA

Pintu ruang kerja Sander tiba-tiba terbuka. Sander yang sedang sibuk menandatangani dokumen penerbitan berita, spontan menoleh. Dia melihat Arinda berdiri di ambang pintu. Sekilas Sander melihat jam di ponselnya yang tergeletak di atas meja. Pukul delapan malam. Entah kenapa, wanita itu masih ada di kantor pada jam ini. Dia sekarang juga berada di ruang kerjanya.

"Belum pulang?" tanya Sander.

Satu-satunya sapaan yang Arinda terima setelah kejadian dengan Artik dua hari lalu. Sejak kejadian itu, Sander sama sekali tidak pernah menegurnya. Walau sekedar memberi senyuman atau perintah.

Sander seolah sangat jijik dan gerah dengan keberadaan Arinda di kantor itu. Sesuatu yang hanya Arinda rasakan sendiri. Karena di hari biasa, Sander dan Arinda memang jarang bertegur sapa. Orang lain di kantor itu sama sekali tidak menyadari perubahan sikap Sander pada Arinda.