Qu Tan'er perlahan-lahan melangkah maju, dia langsung mengambil surat itu dan membukanya. Namun, dia malah mengerutkan kening. Apa ini? Tulisannya tidak bisa dibaca. Aksara tradisional? Gumamnya dalam hati.
Qu Tan'er perlahan-lahan mengenali satu demi satu kata. Sungguh, dia sangat membenci aksara tradisional zaman kuno. Dia tidak mengerti mengapa orang-orang di zaman kuno menciptakan aksara seperti itu. Semua tulisan tersebut sangat menguji kemampuan seseorang dalam membaca.
"Bisakah ayah membacakannya?" pinta Qu Tan'er.
"Apakah kamu tidak mengerti?" tanya Kaisar yang tampak terkejut.
"Tulisannya terlalu kacau, aku tidak bisa mengertinya."
Begitu Qu Tan'er mengatakannya, kaisar mengambil surat itu dan membacakannya untuknya.
***
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com