Beberapa saat kemudian…
Qu Tan'er kembali bersuara, "Kamu boleh pergi."
"Kamu, tidakkah kamu ingin melihatku? tanya Mo Jingxuan.
"Tidak mau," jawab Qu Tan'er.
Mo Jingxuan mengepalkan tangan begitu erat dan tangannya gemetaran. Qu Tan'er hanya menjawabnya dengan dua kata, tetapi kedua kata itu terdengar seperti sabetan pisau yang menggores hatinya hingga menimbulkan rasa sakit yang begitu dalam.
Seketika Mo Jingxuan menundukkan kepalanya dan berkata dengan lembut, "Kakak ipar, jika… Suatu hari nanti kamu sudah merasa terlalu lelah, aku bisa membawamu pergi, bagaimana? Aku bisa mewujudkan cita-citamu untuk memiliki satu pasangan… Seumur hidup."
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com