webnovel

Bab 5

Ke mana gadis itu?" tanya bodyguard yang menculik Kim. "Apa-apaan ini! Siapa yang masuk ke ruang tunggu dan menghabisi mereka." Ia menatap marah pada anak buahnya yang lain.

"Ma-maaf, Pak. Kami tidak tahu, kami tadi sibuk mengantarkan barang kepada pemiliknya. Saat kami tinggalkan tadi semuanya baik-baik saja dan gadis itu masih duduk di tempatnya." Salah satu anak buahnya menjawab dengan kepala tertunduk.

"Sial! Pasti ada yang menculiknya!" Ia menendang dinding dengan kaki kirinya cukup keras. "Cepat cari gadis itu sebelum Mr. Postman marah besar!" Anak buahnya langsung berhamburan. Bodyguard itu mengacak-ngacak rambutnya frustasi.

"APA! GADIS ITU KABUR!"

"Be-benar, Ma-ma-madam," ucapnya ketakutan. Madam melempar botol vodka ke arah bodyguard itu dan menabrak dinding. Botol itupun pecah dan isinya tumpah.

"AKU MEMBAYAR KALIAN MAHAL UNTUK MENJAGA BARANG-BARANG ITU TETAP AMAN. KENAPA BISA ADA TIKUS YANG MASUK!" Madam sangat marah atas kelalaian anak buahnya. Ia sangat yakin ada orang yang menyelamatkan gadis itu.

"Ma-maafkan saya, Madam. Orang yang bertugas menjaga ruang tunggu pingsan, sepertinya mereka berkelahi dan kalah."

"CARI DIA SEKARANG SAMPAI DAPAT DAN SERET KEHADAPANKU!"

"Ba-baik, Madam." Pria itu pun langsung keluar dari ruangan Madam dan bergabung dengan anak buahnya untuk mencari Kim.

"Siaall!!! Apa yang harus aku katakan pada Mr. Postman," umpatnya. Madam menendang kaki meja bulat berkaki satu itu sampai terbalik, gelas yang berada di atas meja itu jatuh ke lantai dan pecah.

"Tidak pernah ada kejadian seperti ini sebelumnya. Siapa yang berani menyusup ke ruang tunggu," ucapnya. "Mereka harus dilatih lebih keras lagi."

"Van. Cari orang yang berani mencuri barangku," titahnya.

"Ya, Madam." Van berlalu. Lelaki ini adalah tangan kanan Madam, orang kepercayaannya. Semua perintah yang ia ucapkan, Van selalu mampu untuk melakukannya, ia pria berdarah dingin.

***

Kim duduk di kursi sudut kamar Dean, ia terus menundukan wajahnya dan tidak mau menatap Dean, ia duduk seperti patung. Dean pun juga mendiamkannya sedari tadi, ia sibuk dengan tab di tangannya, saking fokusnya ia sampai melupakan keberadaan Kim. Ia baru tersadar saat Kim bersin.

"Apa kau sakit?" Dean mengalihkan perhatiannya dari tab.

"Tidak." Kim menggeleng.

Dean teringat perkataannya tadi dan ia merubah posisi duduknya. "Apa kau ingin tahu siapa aku?" Kim mendongak menatap Dean, ia diam saja. "Aku seorang yang diperintahkan untuk menyelidiki kegiatan ilegal di kapal ini. Sudah ada beberapa orang yang menyelidiki sebelumnya tapi mereka tidak pernah kembali." Dean melanjutkan ucapannya walau Kim tidak menjawab pertanyaannya tadi.

"Apa kau dari kepolisian?"

"Dean menggeleng. "Tidak. Aku dan kepolisian tidak punya hubungan apa-apa."

"Lalu?"

"Maaf, aku tidak bisa mengatakan lebih jauh." Kim paham kalau infomasi itu tidak bisa dibicarakan dengan orang lain. Tapi Kim mulai bisa mempercayainya.

"Siapa namamu?" tanya Dean.

"Kim. Kimberly Rodriguez."

"Nama yang bagus. Kau dari mana?"

"Denver."

"Saat kapal ini menepi, pulanglah ke Denver. Aku akan mengantarmu." Dean mengambil tab-nya kembali.

"Tidak perlu, aku akan pulang sendiri," tolak Kim. "Terima kasih sudah menolongku."

"Tidak masalah."

"Namamu siapa?"

"Dean Evans. Panggil aku Dean." Kim mengangguk. Suatu hari nanti jika ia bertemu lagi dengan Dean, Kim berniat membalas pertolongannya.

***

"Ketemu?"

"Tidak. Kami sudah mencari ke seluruh lantai, tapi gadis itu tidak ada di mana-mana."

"Cari dia sampai ketemu, kalau tidak kita bisa mati ditangan Van." Mereka berpencar lagi

Kim tertidur di kursi, Dean mengambil selimut dan menyelimuti gadis itu. Dean melirik jam yang jarum panjangnya sudah berada di angka enam. Dean memilih melanjutkan pekerjaannya sebelum atasannya meneror. Kim mengerjap-ngerjapkan matanya, lalu melengkuh pelan. Hidungnya mencium bau sedap, ia melihat sudah ada makanan tersedia.

"Makanlah." Kim beringsut dan mengambil makanan tersebut."

"Terima kasih."

"Kau sebaiknya jangan keluar dari kamar ini. Itu demi keamananmu." Kim mengangguk. "Masalah pakaianmu biar aku yang urus, aku akan minta seseorang untuk membelikannya untukmu."

"Aku tidak tahu harus berkata apa lagi. Hanya terima kasih yang bisa kukatakan."

Kim sebenarnya tidak enak menerima kebaikan Dean, tapi saat ini ia tidak tahu harus bagaimana. Apa yang Dean ucapkan saat menyelamatkannya benar, ia tidak bisa berfikiran jernih dan malah memutuskan untuk melompat ke laut, padahal ia tidak memiliki keberanian untuk melakukan itu.

'Kalau aku mati sekarang, apa yang akan dikatakan orang tuaku dan kakek.' batinnya, Kim tersenyum masam.

Dean membuka pintu saat ada yang mengetuk pintu kamarnya, ia melihat seorang pengurus kamar membawa pesanan yang ia minta. Setelah mengucapkan terima kasih Dean menutup pintu kamarnya kembali. Ia memberikan dua kantong besar yang berisi pakaian wanita dan peralatan mandi untuk Kim, gadis itu mengambilnya dan langsung ke kamar mandi. Kim melihat Dean yang sedang berbicara entah dengan siapa dengan wajah serius ketika dirinya selesai mandi. Kim kembali duduk di kursi yang ia tempati dari tadi malam.

"Bagaimana?"

"Tidak ada data tentang wanita itu," jawabnya.

"Kau tidak seperti biasanya, Andre," ejek Dean.

"Diamlah! Aku hanya manusia biasa. Ada hal yang tidak bisa aku kerjakan dan paksakan," ucapnya kesal. Dean terkekeh. "Siapa orang yang kau selamatkan? Apa ada yang melihatmu?"

"Kenapa kau begitu peduli? Itu bukan urusanmu," ucapnya. "Tidak ada yang melihatku."

"Ini ada urusannya. Aku perlu tahu siapa yang kau selamatkan, ini demi keamanan."

"Alasan," katanya. "Dia hanya seorang warga sipil biasa."

"Tidak biasanya kau berbuat seperti ini," balas Andre. "Ya. Terserah kau saja, selama kau tidak ketahuan, semuanya, ok. Sudah ya, Victor memanggilku ke ruangannya."

"Sampaikan salamku untuknya."

Madam keluar dari ruangan Mr. Postman dengan wajah penuh amarah, ia mendapat makian dari Mr. Postman, bahkan lelaki tua itu mengancam akan menghancurkan bisnisnya jika gadis yang ia beli itu tidak kembali kepadanya. Madam berjalan dengan menghentak-hentakan kakinya untuk menyalurkan emosinya yang siap meledak. Ia merasa terhina karena membiarkan satu ekor tikus membawa kabur barang dagangannya. Madam tidak tahu orang mana lagi yang ia hadapi, selama ini tidak pernah ada satu orang pun yang sampai mengambil barangnya dan ia selalu berhasil melenyapkan orang-orang itu sebelum kapal ini berlabuh. Kali ini Madam yang akan menghabisi tikus itu dengan tangannya sendiri.

"Kau berani menghinaku dan aku tidak akan membiarkanmu begitu saja. Aku akan membunuhmu dengan tanganku sendiri."

Ia mendapatkan laporan dari Van dan kepala bodyguard-nya sebelum menemui Mr. Postman, kalau gadis itu tidak ada di lantai mana pun, mereka juga sudah mencari ke seluruh area kapal. Ia semakin yakin jika memang ada yang menyelamatkan gadis itu. Ada satu tempat yang belum ia periksa, untung saja tadi ia sudah meminta Mr. Postman untuk memintakan izin menggeledah kamar penumpang dengan alasan ada pencuri yang membobol toko di lantai empat dan membawa kabur semua uangnya.

"Tunggu aku gadis kecil, aku tidak akan membiarkan uangku hilang begitu saja. kau akan kembali padaku." Madam tertawa jahat.