webnovel

Change To Other Side

Apa yang akan kau lakukan? Jika suatu malam kau bangun di sebuah ruangan gelap yang tidak kau kenal? Takut? Bimbang? Atau malah suatu perasaan khusus yang belum pernah kau rasakan sebelumnya? Ya, ini adalah ceritaku. Dimana setiap aku tidur, jiwaku akan terpindahkan ke tubuhku yang ada di masa depan. >>Other Side

HigashiSasaki · Fantasie
Zu wenig Bewertungen
20 Chs

Dunia baru(1)

Other Side

Genre: Gore, Thriller, Action, Fantasi, Sci-Fi, Romance

Chapter 9: Dunia baru(1)

Aku berdiri di depan JK Mart. Minimarket tempat kami mendirikan basecamp. Terlihat daerah sekelilingnya sudah tertutupi oleh puluhan mobil yang cukup besar. Seperti beberapa mobil ambulan dan mobil pemadam kebakaran.

Saat itu aku tersenyum kecil, melihat mereka mendouble pagar mobilnya agar semakin kuat, dan di atas dua mobil pemadam kebakaran yang menjadi pusat tertinggi, mereka membangun sebuah tempat pengintai dengan kayu-kayu yang terlihat cukup berkualitas. Sepertinya mereka juga menjarah sebuah toko perabotan. Itu artinya di dalam mungkin akan lebih teratur. Saat memikirkan itu, aku mendapat sebuah kesimpulan baru.

Bahkan tanpa arahan, mahasiswa itu tidak boleh diremehkan.

Aku berjalan mendekati JK mart sambil membawa golok yang berlumuran darah di kedua tanganku. Badanku hampir seluruhnya terlumuri oleh darah para Dx. Sesaat kemudian sebuah senter yang sangat terang mengarah padaku.

"He-hey! Itu Agi!" teriak seseorang dari tempat pengintai sambil melihat kebelakang, sepertinya itu adalah lelaki yang menggunakan kacamata, Anto.

Sepertinya ia memberitahukan hal ini kepada orang-orang lainya yang ada di dalam.

Aku melanjutkan langkahku, tempat pengintai terlihat semakin ramai. Melihat hal itu aku merasa sedikit tenang, yang tadinya merasa sangat stress.

Sesaat kemudian, aku merasakan Dx dibelakangku semakin banyak. Dengan reflek aku berbalik dan memasang kuda-kuda menyerang.

Namun, tiba-tiba saja, sebuah anak panah terbang ke kepala salah satu Dx.

"Cepat kemari!" teriak Laras dengan lantang yang menurunkan sebuah tangga.

Reflek aku berbalik dan berlari menuju tangga. Sesaat kemudian, senter-sentar lainya hidup dan menerangi 5-10 meter kedepan. Cahaya tersebut sangat terang dan membuat para Dx yang sudah berkumpul beranjak pergi.

"Heuh, heuh, heuh," helaku yang sampai di atas barikade dan langsung terbaring kelelahan.

"Hey! Apa kau baik-baik saja!? Seluruh bajumu terlumuri darah!" teriak Laras panik dan langsung mendekatiku.

"Ha, ha. Tenang, ini hanya darah para Dx, aku baik-baik saja," balasku yang agak tertawa kecil dengan nada kelelahan.

"Syukurlah kau baik-baik saja," timpa Anto yang berdiri di samping Laras.

"Tentu."

"Btw, keren ya barikadenya," ucapku sambil menatap ke langit.

"Pastinya lah! Orang aku yang desain," jawab Riki dengan bangga.

Saat itu aku membalas Riki dengan ikut tersenyum.

Melihatku yang berlagak seakan-akan tidak terjadi apa-apa. Laras menunduk dengan kesal.

"Apa yang kau pikirkan! Bukankah kau sendiri yang memerintahkan jangan keluar ketika matahari terbenam!" bentak Laras dengan cukup kesal.

"Hey, jangan marah-marah. Mari kita dengar penjelasan Agi  dulu," saran David sambil pergi menuju tangga dan menarik ke atas tangga tersebut.

"Hummmh!" sergah Laras yang kesal sambil memalingkan muka.

"Sudah, sudah, tenanglah oke?" bujuk Anto mencoba menenangkan Laras.

"Bukankah selama ia bisa kembali dengan selamat itu baik-baik aja?" timpa Riki sambil melihat ke arah Laras.

Situasi hening, dan sedikit tidak mengenakan.

"La-lalu, kenapa kau kembali terlambat?" tanya David sambil menatapku dan mencoba merubah suasana.

Aku menghela nafas panjang. Lalu bangkit, dan kemudian duduk.

"Tidak ada, aku hanya menunggu seseorang. Tapi, ia sama sekali tidak muncul," jawabku sambil mendongak ke atas melihat ke arah bintang-bintang.

Saat itu semua orang hening. Karena mereka juga bisa berfikir dewasa. Mereka tau apa artinya itu. Daripada membuat suasana makin suram ....

"Ah, iya. Aku lupa harus kembali menyusun batrai-batrai yang sudah dikumpulkan," ucap David sambil berbalik dan berjalan ke ujung barikade sebelah kanan.

"O-ooh! Aku lupa kalau harus membantu Ana!" tambah Laras yang dengan panik dan langsung menuju kebawah.

Namun, sesaat kemudian Laras berhenti dan menatapku.

"Ja-jangan lupa obati lukamu dan segera beristirahat," tambahnya yang kemudian turun kebawah dengan cepat.

Melihat hal itu, entah kenapa aku merasa ada yang aneh.

"Heuh ... Aku juga memiliki tugas sebelum tidur, semangat ya bro!" sorak Riki yang kemudian menepuk pundakku sambil berjalan ke ujung barikade sisi lainya.

"He-hey, apakah kau baik-baik saja?" tanya Anto yang langsung membantuku berdiri.

"Tentunya," balasku sambil tersenyum. Aku kemudian mulai bergerak ke arah tangga, dan mulai turun.

"Yah, jika nanti badanmu terasa ada yang aneh. Beritahu aku ya. Soalnya aku yang bertanggung jawab soal obat-obatan."

Anto melihatku dari atas dengan tatapan khawatir. Aku kemudian membalas perkataan Anto dengan tatapan halus. Sesaat kemudian aku langsung turun kebawah.

Akupun mulai berjalan dari halaman JK Mart menuju kedalam. Tapi, tiba-tiba saja semua otot dan sendiku terasa sangat sakit. Badanku terasa sangat berat. Dan dunia serasa mulai berputar.

Bruk!

Badanku jatuh ketanah.

<OTHER SIDE>

Aku bangun di kasur yang biasanya. Saat itu seluruh tubuhku terasa sangat berbeda. Benar-benar terasa segar, berenergi dan tak sedang merasakan sakit sama sekali.

Aku kemudian bangun dari kasur, dan membuka gorden penutupnya. Saat itu semua barang-barang di dalam ruangan terlihat berpindah posisi lagi. 

Aku bangun dan mulai berjalan mengelilingi ruangan. Hologram kembali hidup.

"Anda ingin latihan apa, tuan?"

"Latihan ...."

Aku berfikir dengan seksama. Akhirnya aku memutuskan untuk mendalami skill memanahku.

Akupun disuruh pergi ke pojok latihan memanah. Kemudian keluarlah target-target yang berbentuk orang. Namun bergerak.

Setelah itu aku mengambil jenis Shortbow dari tumpukan panah di pojokan, beserta anak panahnya.

Mulailah aku mempertajam skill memanahku.

***

2 jam berlalu~

Aku yang sudah kelelahan kembali berjalan ke dekat kasur untuk beristirahat. Sambil meminum air mineral yang kuminta pada hologram itu.

Saat tubuhku mulai dingin, dan keringat mulai hilang. Dinding tepat di samping kiriku terbuka.

Keyla masuk kedalam ruangan dan melirik ke arahku. Ia kemudian secara perlahan mendekat ke arahku yang kemudian mengangkat kedua tangannya kedepan.

Aku kemudian tersenyum kecil sambil menghela nafas. Akupun bangun dan kemudian memeluknya.

"Sudah saatnya pergi darling," ucapnya sambil menekan kepalanya di dada kananku.

"Okey," balasku sambil mengelus-elus kepalanya.

Sesaat kemudian Keyla melepaskan pelukan dan menatapku tajam.

"Tapi, aku masih tidak ingin kau bertemu dengan wanita itu."

"Heeeh? Kenapa?"

"A-aku, aku masih memiliki perasaan takut bahwa ketika kau bertemu dengannya. Ingatanmu akan kembali dan ...."

Keyla menunduk sedih.

"Baiklah, begini saja. Aku berjanji tidak akan pernah meninggalkanmu! Walau seluruh ingatanku nanti sudah kembali!"

Keyla tersentak.

"E-eehh? Apa kah kau yakin?"

"Sangat yakin."

Keyla saat itu juga tersenyum lebar dengan sangat senang.

"Terima kasih darling!" soraknya yang langsung memelukku.

"Jadi, ayo pergi!"

Keyla menarik tanganku menuju ke luar dari ruangan ini. Akhirnya, setelah sekian lama setelah aku memiliki kekuatan untuk pindah-pindah dimensi. Aku bisa keluar dan melihat dunia yang baru ini.

Aku dan Keyla keluar dari ruangan ini. Namun, kami kembali masuk kedalam ruangan dimana aku pertama kali bangun.

"Ambil ini, darling."

Keyla melemparkan sebuah gelang ke arahku.

"Untuk apa ini?" tanyaku sambil memakai gelang tersebut.

"Itu armor milikmu, seperti biasanya sebagaimana kau bertarung."

"Eh? Lalu dimana senjataku?"

"Senjatamu sudah ada di dalam gelang itu."

Keyla kemudian berjalan mendekatiku.

"Baiklah, rentangkan kedua tanganmu darling."

"Tentu."

Keyla kemudian mengangkat kedua tanganku. Lalu bergerak ke tangan kiriku dimana aku mengenakan gelang yang diberikan olehnya.

Sesaat kemudian ia menekan sebuah tombol yang sepertinya terletak cukup tersembunyi di dalam gelang itu. Karena itulah tiba-tiba saja aku merasakan gelang itu mengambil sebagian darahku, sepertinya ia setelah lama tidak digunakan. Harus meyakinkan diri kalau pengguna gelang ini adalah tuannya.

Tiba-tiba saja pintu keluar dari ruangan ini terbuka. Dari situlah masuk berbagai bagian armor besi yang terbang langsung menuju badanku. Aku saat itu benar-benar kaget karena tidak pernah menduga bahwa teknologinya benar-benar secanggih ini.

Satu persatu bagian mulai menempel dan mengunci di tubuhku. Mulai dari kaki kanan, kaki kiri, tangan kanan, tangan kiri, hingga akhirnya bagian depan dan belakang tubuh.

Aku kemudian meregangkan tubuhku, rupanya mengenakan baju besi ini terasa cukup nyaman. Walau pergerakanku akan memelan karena baju besi ini agak berat.

"Baiklah, tidak bisa kupungkiri kalau armor ini benar-benar keren," ucapku sambil melihat-lihat baju besiku yang dominan dengan warna merah menyala, seperti sebuah sistem.

"Lalu, dimana senjataku?"

"Senjata defaultmu datang, kau bisa menggantinya nanti," balas Keyla dengan santai sambil menghindar ke kanan.

Saat itu aku melihat dua buah pedang sedang terbang dengan kecepatan tinggi ke arahku. Aku yang kaget tidak bisa menjaga keseimbanga. Rupanya pedang tersebut bergerak melewatiku. Yang dimana langsung berputar dan terbang ke punggungku.

Aku yang tadinya panik dan tidak menjaga keseimbangan. Terdorong ke depan. Yang tanpa sengaja aku jatuh di atas Keyla.

Bruk!

"Aduh," lirihku pelan sambil bangun.

Saat itu juga aku langsung panik, karena melihat Keyla yang sedang berada di bawahku.

Rambut hitamnya yang membuatnya terlihat begitu cantik terurai di lantai. Ia dengan wajah yang agak memerah memalingkan muka ke kanan.

"Anuu, darling. Kalau ingin melakukanya, tidak sekarang waktunya," ucap Keyla yang agak panik dan tersipu malu.

Keyla saja panik. Apalagi aku, aku saat itu langsung benar-benar malu dan dengan panik berdiri.

"Mmmmmm-maaf!" ucapku dengan wajah yang memerah.

Kenapa? Kenapa ini! Kenapa aku benar-benar panik. Bukan hanya itu jantungku saat ini berdegup kencang dan tidak beraturan.

"Ah, tidak apa-apa," balas Keyla sambil berdiri. Sesaat setelah ia berdiri, Armor miliknya terbang masuk dan otomatis terpakai.

Armor miliknya memiliki dominan warna biru yang terlihat di bumbui warna hitam.

"Ayo berangkat, darling," ucapnya sambil menarik tanganku keluar.

Saat itulah, pertama kalinya aku melihat langit yang cerah dan merasakan hangatnya sinar matahari yang nyata secara langsung.

Dan pemandangan yang pertama kulihat adalah—.

>>Bersambung<<

~Higashi