“Apakah kau marah padaku?” tanya Gabriella ketika hanya tersisa dirinya dan sang suami di dalam ruangan.
“Kenapa aku harus marah? Aku tahu, kau melakukan itu karena sayang kepadaku,” timpal Max sembari menatap wanita yang duduk di sisi ranjang dengan hangat.
“Tapi, kau tampak tidak memercayai omonganku,” timpal Gabriella dengan bibir mengerucut.
Melihat tampang menggemaskan itu, sang pria otomatis tersenyum. “Memangnya, kenapa kau bisa berpikir begitu tentang Julian?”
Bola mata Gabriella mulai berputar-putar mencari kalimat awal untuk menjelaskan. “Apakah kau tahu bahwa di rumah ayahmu, ada piano dan piala-piala ibuku?”
Max spontan mengangkat alis dan berkedip datar. “Benarkah? Aku sudah lama tidak pergi ke sana.”
Gabriella menjawab lewat anggukan. “Menurutmu, apakah mungkin Julian tidak curiga saat melihat barang-barang itu?”
“Jika mengingat sikap pria tua yang licik itu, dia bisa saja membohongi Julian dengan mengarang alasan.”
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com