webnovel

Kencan? Tidak, ini Hanya Jalan-jalan, Kau Tahu!

Mereka berempat pergi ke kamar mereka yang ada di lantai dua. Mereka tidak perlu bertanya di mana kamarnya, karena Elena yang sudah akrab dengan latar dunia semacam ini terlalu hafal dengan apa yang dipikirkan author. Sedangkan mereka bertiga, mereka cukup mengikuti Elena dan juga sudah merasa jika kamarnya memang ada di lantai dua.

Elena melepaskan jaketnya dan melemparkannya ke salah satu kasur yang paling pinggir. Dia langsung berbaring di atas kasur dan meregang badannya sambil mengatakan, "Ah! Aku lelah! Tidur di luar selama beberapa hari sangat menyusahkan dan tidak nyaman. Aku bahkan beberapa kali tidak tidur dan bergadang."

Yang dikatakan Elena tidak sepenuhnya benar. Sebagai cenayang, dia bisa bertahan tanpa tidur selama beberapa hari, jadi beberapa hari bergadang bukan masalah besar untuknya. Selain itu, mereka juga lebih banyak tidur di penginapan kota yang mereka datangi, bukan hutan berantara yang merupakan tempat awal mereka mendarat.

"Nee-san, bukankah kamu sudah cukup banyak tidur siang sebagai ganti tidur malmmu? Selain itu, Nee-san memang perlu bergadang di malam hari karena kita bergantian untuk menjaga karavan dari serangan iblis dan binatang buas yang mungkin terjadi," kata Naruto sambil memperhatikan Elena dengan kaos putih polosnya.

Naruto memilih ranjang paling jauh dari kakak perempuannya. Untuk beberapa alasa, instingnya mengatakan demikian karena akan berbahaya jika dia terlalu dekat dengan Elena. Memikirkan tentang Naruto yang sering dijahili, ini memang merupakan pilihan yang tepat.

*Silent!*

Sayangnya tidak ada jawaban dari Elena atas pernyataan Naruto. Mereka bertiga yang mengamati Elena lebih lanjut, menyadari jika dia sudah lelah tertidur dan tidak akan merespon lagi apa yang mereka katakan.

'Bagaimana cara dia bisa tidur secepat itu!' teriak ketiganya dalam benak masing-masing.

Elena yang tertidur dengan cepat memang masih tidak terlalu lelah saat ini, namun dia lebih memilih untuk mengumpulkan kembali atau merefresh mentalnya agar berada dalam kondisi yang lebih prima. Alasan lainnya, tidak ada sesuatu yang benar-benar menarik bagi Elena di ibukota ini. Dia telah melihat latar fantasi berkali-kali sampai dia bosan dan dia juga masih belum bisa mengumpulkan energi alam di sini karena akan terlalu banyak menarik perhatian.

Jika Elena menggunakan kendalinya terhadap energi alam, maka area di sekitar mereka akan terpengaruh oleh hawa menekan karena kumpulan energi alam dalam jumlah besar di sekitar Elena. Lagi pula di animenya, si Main Character pernah menunjukkan kendali sihirnya dan membuat satu gedung sekolah menjadi mencekam. Elena yang memiliki kekuatan mental berkali-kali lebih baik dari dia akan membuat seluruh ibukota terkena dampaknya.

Alasan mengapa mereka datang ke sini, tak lain lagi adalah untuk mengambil buku di perpustakaan mengenai sihir enchantment. Berbeda dengan mantra biasa, sihir enchantment adalah sebuah sihir yang memberikan efek pada sebuah objek dengan menuliskan beberapa huruf sihir. Konsepnya sama dengan Fūinjutsu, namun mungkin akan memiliki sedikit perbedaan karena hukum dunia ini dan hukum dunia Naruto berbeda.

Tidak ada buku panduan yang benar-benar memadai untuk mereka selama perjalanan ini, jadi mereka berharap pada ibukota sebagai harapan terakhir mereka. Yah, walaupun mereka tidak terlalu berharap karena level sihir di sini sangat terbelakang, setidaknya mereka telah berusaha sekuat tenaga dengan datang ke sini.

"Baiklah, sekarang apa yang akan kita lakukan? Tujuan awal kita ke sini adalah untuk mencari panduan tentang sihir enchantment, 'kan?" Eriza duduk di ranjang di samping Naruto sembari bertanya.

"Hmm, jika kita memilih langkah yang rasional, seharusnya kita menuju ke perpustakaan atau toko buku sihir untuk mencarinya, tapi …." Anko berbaring di atas ranjang sebelah Elena dan menggunakan satu lengannya untuk menutupi matanya. "Aku akan tidur dulu. Melakukan perjalanan panjang sangat melelahkan, kau tahu?"

"Hah, dasar, apa semua orang di grup ini adalah pemalas?" Eriza menengok ke belakang pada Naruto dan berkata, "Apa kamu ingin tidur siang sama seperti mereka, Naruto?"

"Aku? Tidak, aku tidak akan melakukan itu." Naruto menggelengkan kepalanya sebelum mengatakan, "Aku rasa aku akan jalan-jalan dan melihat-lihat kota ini. Tempat asalku memiliki adat dan kebiasaan yang sangat berbeda dengan kota ini."

Naruto duduk di sisi ranjangnya sambil memperhatikan wajah Eriza yang tampak kesal pada mereka berdua yang memilih untuk tidur siang. Naruto datang ke kamar ini karena dia ingin tahu ada di mana ruangan mereka, dia tidak benar-benar ingin istirahat.

"Bolehkah aku ikut bersamamu? Aturan dari pesta adalah semakin banyak orang maka akan menjadi lebih seru, 'kan?" Eriza tersenyum manis saat dia mengatakan itu.

"Em, um, yah …." Naruto tidak langsung memberikan jawaban, melainkan dia mengarah matanya ke berbagai sudut ruangan dengan perasaan gelisah.

Setelah semua itu, Naruto tetaplah seorang lelaki dan Eriza adalah gadis yang tidak jauh lebih tua dari Naruto. Kalau mereka berdua jalan-jalan bersama, maka ini akan lebih terlihat seperti kencan dibandingkan jalan-jalan normal.

Naruto tentunya menyadari hal ini, dan karena ini pula dia menjadi gelisah. Di satu sisi, Naruto ingin menerima Eriza dan mengajaknya jalan-jalan, namun di sisi lain dia sangat menyadari tentang kodratnya sebagai seorang pria sejati yang tidak akan bermain wanita.

"Apakah tidak boleh?" kata Eriza dengan muka yang memelas.

"Bu-Bukannya tidak boleh, hanya saja … aku tidak terlalu nyaman saat kita yang hanya berdua saja jalan-jalan bersama," jawab Naruto dengan suara yang agar bergetar.

"Apa kamu masalah jika berjalan-jalan dengan seorang gadis sepertiku? Aku tahu aku tidak terlalu cantik, tapi mengatakan jika aku jelek … bukankah itu sedikit kasar?" Eriza masih belum juga memahami maksud Naruto dan menganggap ini sebagai urusan yang biasa.

Sebelum Eriza bergabung dengan kelompok Elene, dia melakukan penjelajahan bersama tentara bayaran yang didominasi pria karena ini merupakan pekerjaan kasar. Baginya, jalan-jalan bersama laki-laki adalah hal yang wajar dan tidak perlu dipermasalahkan.

"Ti-Tidak, bukan itu! Maksudku, maksudku, maksudku bagaimana jika kamu menjalin hubungan dengan lawan jenismu!" Naruto berteriak keras karena bingung ingin menjelaskan seperti apa lagi jika ini sampai tidak bisa membuat Eriza paham.

"Menjalin hubungan dengan lawan jenis?" Eriza terdiam dan memikirkan kata-kata ini lebih dalam.

Setelah beberapa saat, akhirnya dia memahami dengan maksud yang dikatakan Naruto, dan seketika itu juga wajahnya berubah menjadi merah seperti tomat, sangat terlihat jelas jika dia tersipu malu.

"Ja-Jangan salah sangka! A-Aku tidak memiliki maksud seperti itu!" Alih-alih berbicara dengan suara kecil yang malu-malu, Eriza justru berteriak keras sebagai penegasan.

"Iya, aku tahu, karena itu aku mengingatkanmu kembali!" Naruto membuat suara batuk sebelum mengatakan, "Ehem, jadi bagaimana? Apa kamu masih ingin ikut?"

"Tentu saja aku akan ikut denganmu! Lagi pula ini … ini hanya jalan-jalan biasa." Kalimat terakhir Eriza diucapkan dengan pelan bersamaan dengan matanya yang mengalih ke sudut ruangan lain.

"Hah …." Naruto menghela napasnya dengan lelah, memikirkan tentang gadis di depannya yang sangat niat untuk mengikutinya, sampai-sampai gadis tersebut memaksakan dirinya yang malu.