webnovel

Bagian 24

Saat Rey selesai berpakaian dan ingin menutup lemari pakaian itu, Rey menyadari kalau ada sudut yang terbuka di bawah lemari pakaian dan terlihat ada sebuah barang yang terselip di antaranya. Sebelum dia sempat berpikir dua kali, dengan rasa penasaran dia langsung menarik keluar barang yang tersembunyi itu.

Barang itu adalah sebuah bingkai foto yang terbuat dari kayu. Berdasarkan dari tampilan bingkai foto ini, bingkai foto ini telah disembunyikan oleh pemiliknya dalam waktu yang sangat lama dilihat dari lapisan debu yang sangat tebal sehingga menutupi permukaan bingkai foto itu.

Rey tidak tahu apa yang akan menimpanya setelah ini, dan dia tidak terlalu memedulikannya. Jika itu adalah dirinya yang dulu, dia pasti akan langsung menaruh kembali bingkai foto itu ke tempat semula. Dia jarang mengurusi orang lain. Tapi sekarang, dia berpikir kalau bingkai foto ini pasti ada hubungannya dengan pemilik lemari pakaian itu.

Dia dengan lembut mengusap debu yang menempel pada kaca di bingkai foto itu, menampilkan dua wajah yang sedang tersenyum bahagia.

Di dalam foto itu, seorang remaja tampan yang memiliki rambut berwarna abu-abu terang sedang memeluk seorang gadis yang mengenakan pakaian berwarna ungu. Sepasang kekasih itu tersenyum dengan sangat hangat seakan-akan mereka bisa melelehkan salju di pertengahan musim dingin dengan senyum mereka.

Kemudian, suara pintu ruangan terdengar terbuka saat pelayan itu masuk dengan membawa sebuah baki berisi sarapan di tangannya.

Pelayan itu tidak bisa menyembunyikan rasa terkejut di wajahnya saat dia melihat Rey memutuskan untuk memilih mengenakan baju itu dan saat ini posisinya sedang berdiri memegang sebuah bingkai foto.

Pada saat melihat Rey dengan baju berwarna putih itu, si pelayan berpikir kalau dia sedang melihat tuannya dari ribuan tahun yang lalu. Baju putih yang saat ini sedang dikenakan Rey itu adalah pakaian kesayangan milik tuannya.

"Kamu..." Kata pelayan itu dengan pelan.

Rey menatap dengan ragu-ragu pada reaksi si pelayan saat menatap dirinya, lalu memutar bingkai foto yang berada di tangannya untuk menunjukkannya pada si pelayan.

"Siapa mereka?" Kata Rey dengan nada suara penuh dengan penasaran. Matanya menilik setiap ekspresi yang ditunjukkan oleh pelayan itu.

~~~~

Memutar kembali waktu, saat itu adalah malam hari dengan cuaca badai yang besar.

Pemuda yang sedang terluka parah itu menggenggam erat tangan kekasihnya agar kekasihnya menjadi tenang, "Aku baik-baik saja..."

Tapi kata-kata itu tidak berhasil menghentikan tangisan gadis itu, "Aku sangat menyesal... Ini semua salahku." Kata gadis itu dengan menangis tersendu-sendu.

"Tenang saja. Pelayanku akan mengobati dan menyembuhkanku dengan cepat, luka semacam ini bukanlah apa-apa bagiku." Kata Damian tidak menyerah untuk menenangkan gadisnya.

"Tapi..." Kata Emma ragu.

"Emma, tersenyumlah. Kamu bisa pulang dulu." Kata Damian dengan tersenyum menyembunyikan rasa sakitnya.

Gadis itu lalu pergi dengan ragu-ragu, bolak-balik menatap Damian yang setengah terduduk di tanah. Pelayan tua pemuda itu berdiri di sisi Damian dengan gelisah.

"Luka ini?! Tuan, mungkinkah ini..." Kata pelayan itu dengan ngeri.

"Ugh... Mungkin kamu bisa menjahitnya dulu..." Damian menggigit bibirnya sampai berdarah untuk menahan rintihan kesakitannya lalu dengan perlahan jatuh tidak sadarkan diri.

Hari-hari semakin berlalu, demam tinggi masih dirasakan Damian. Pada malam kesepuluh, pemuda itu dengan ajaibnya sembuh total.

Namun, para penduduk telah memperhatikan dengan seksama. Pemuda bangsawan yang bernama Damian itu telah dikurung selama berhari-hari dan jendelanya selalu tertutup dengan tirai-tirai yang tebal.

Sejak saat itu, cerita tentang Damian yang mengidap penyakit tidak biasa telah menyebar di sekitar penduduk.

Damian terlahir sebagai seorang bangsawan di kota kecil itu. Dia hidup dengan menerima pendidikan yang baik, dia berani, jujur, latar belakang keluarganya yang tinggi tidak pernah membuatnya menjadi seorang anak dari orang tua yang kaya yang suka berhura-hura. Malahan, Damian adalah anak yang pendiam. Dia selalu berpikiran jernih dengan apa yang dia inginkan dan dia akan menyusun strategi untuk mencapai tujuannya itu.

Damian mewarisi rambut berwarna abu-abu dari keluarganya. Senyuman samarnya yang biasa ditampilkan adalah senyuman yang berbahaya namun menarik hati.

Sikap Damian yang acuh tak acuh diakibatkan dari rasa kehilangan orang tuanya sejak usianya masih muda. Yang bisa diingatnya adalah pelayannya yang setia mengurus semua kebutuhannya saat dia tumbuh dan berkembang.

Tapi akhir-akhir ini, pelayannya itu menyadari bagaimana tuannya akan tersenyum lebih cerah daripada sebelumnya. Setiap hari tuannya akan bangun dengan suasana hati yang senang, dia akan berganti pakaian lalu pergi meninggalkan rumah dengan cepat. Pada saat hari sudah malam saja tuannya akan kembali ke rumah.

Setiap kali dia menanyakan tuannya tentang apa yang sedang dialami tuannya, Damian akan tersenyum lebar dengan misterius sebagai jawabannya.

Bagi pelayannya, meski jawaban yang diberikan oleh tuannya hanyalah sebuah senyuman lebar yang misterius, hal itu bukanlah menjadi masalah ke depannya. Memang sudah semestinya akan ada seseorang yang hadir di kehidupan tuannya dan bisa membuat tuannya mengurangi kesedihan yang selama ini telah di rasakan oleh tuannya. Ini adalah hal yang paling diinginkan oleh pelayan itu terjadi pada tuannya.

Namun, apa yang pelayan itu tidak duga adalah ketika tuannya menunjukkan padanya dengan perasaan riang sebuah foto yang menunjukkan foto seorang gadis dan gadis itu adalah Emma.

Emma yang masih berusia tujuh belas tahun kala itu adalah gadis yang diberkati dengan kecantikan dan keanggunan dengan mata cerah yang indah daripada orang lainnya. Keluarganya bukanlah berada dalam kalangan orang-orang kaya, tapi Emma adalah gadis yang berpendidikan dan seimbang dengan tuannya.

Foto itu tampak sempurna di mata pelayan itu, tapi pelayan itu tahu kalau Emma saat itu sudah memiliki seorang kekasih.

Kekasih Emma adalah seorang pemuda dari desa tetangga. Pemuda itu tumbuh bersama dengan Emma sebelumnya, tapi telah meninggalkan desa selama beberapa tahun terakhir ini. Namun, menurut kabar angin yang berada di antara para penduduk, Emma tidak pernah sama sekali putus dengan si pemuda itu.

~~~~

Sejak tuannya terluka parah karena kejadian itu, tuannya telah mengurung dirinya sendiri di dalam ruangannya dalam waktu yang cukup lama dan akhirnya menjadi semakin depresi tiap harinya.

Hati pelayan itu tidak tega dan dipenuhi dengan desakan untuk segera menyingkirkan kesedihan yang dialami tuannya karena dia telah menyaksikan semua yang terjadi pada tuannya dari awal. Jadi pada saat matahari terbenam, pelayan itu mengunjungi rumah Emma dan segera mengetuk pintu rumah Emma.

"Maukah anda menjenguk tuan kami walau hanya sebentar saja? Beliau benar-benar membutuhkan kehadiran anda saat ini, Nona." Kata pelayan itu dengan nada memohon kepada Emma.