webnovel

Bagian 14

Tiba-tiba, perapiannya mendadak mati meskipun tidak ada angin atau apa pun yang bisa menyebabkan perapian itu seharusnya mati.

"Paman!!" Wolfie tampaknya merasakan sesuatu mendekat ke arah Rey, dia melompat ke depan Rey dan melindunginya dan kemudian menggeram pada hutan yang sangat gelap di depannya.

Rey tidak pernah mendengar seorang manusia dapat mengeluarkan semacam geraman agresif mirip dengan binatang buas seperti itu. Si pemuda itu menatap ke arah kegelapan di depan mereka, "Hey Paman..." suara dalam yang dikeluarkan Wolfie sangat bertolak belakang dengan kesan lembut dan polosnya yang biasa dia tunjukkan pada Rey.

"Jika... jika dia muncul, aku akan menahannya, dan kamu harus lari."

~~~~

Mata coklat tembaga milik Wolfie bersinar di bawah langit malam saat suara yang mengancam menggema di seluruh hutan itu, membuat suasana menjadi sangat menakutkan.

Rey menggigit bibirnya saat rasa takut yang sudah sangat di kenalnya mulai merambat dan menumpulkan indranya, menelan semua pikirannya. Setelah rasanya sudah berabad-abad berlalu, ketenangan mulai kembali melingkupi hutan.

"Ayo, Paman," Wolfie menarik tangan Rey kemudian dia melanjutkan, "Danaunya tidak aman lagi. Kita harus pergi dari sini secepatnya."

Rey mencoba mengumpulkan kekuatan pada jari-jarinya yang sedingin es, "Apa... apa itu?"

"Itu binatang liar yang berkeliaran dan menerobos labirin sebelumnya." Wolfie menjelaskan setelah menyadari tatapan bingung dari Rey. "Binatang liar ini hidup di luar kedua belas Istana para binatang buas, hanya saja mereka biasanya menyebar ke mana-mana, jadi jarang ada yang berhadapan langsung dengan mereka."

"Binatang ini disebut Yeti, binatang buas agresif yang langka jumlahnya. Aku pernah bertarung dengannya sebelumnya. Tapi... perbedaan kekuatan kami terlalu besar. Aku hampir terbunuh." Pemuda itu menunduk dan berkata dengan pelan. "Aku... Aku benar-benar tidak berguna."

Wolfie menggenggam tangan Rey saat dia berjalan di depan untuk memimpin jalan, menyingkirkan ranting tebal yang menghalangi jalan mereka. Mereka berjalan lebih jauh dari jalur hutan, ketika Rey berkata, "... Wolfie, kamu berlebihan."

"Hmm?"

"Aku tidak peduli seberapa kuat dirimu... Tapi kamu telah menyelamatkan hidupku dan kamu mencoba untuk melindungiku sebelumnya..." Suaranya menegas di setiap kata.

"... Terima kasih." Lanjut Rey.

Wolfie yang sedang berjalan di depannya tidak menjawab, tapi hanya mengeratkan genggamannya pada Rey.

Saat bulan sudah bergantung dengan tinggi di atas langit, keduanya menemukan batu raksasa yang dikelilingi oleh batang pohon yang tebal.

Mereka bersandar di batu itu dan memutuskan untuk beristirahat di situ malam ini.

"Hey Paman, apa kamu lapar? Aku bisa pergi mencari buah-buahan untuk kita makan malam." Kata Wolfie seraya berdiri.

"Mnn, tentu " Jawab Rey.

Karena tidak ingin mengundang perhatian lagi, Rey tidak menyalakan perapian, keduanya makan buah-buahan dalam gelap.

"Mn? Buah yang ini manis!" Kata Wolfie dengan takjub. Wolfie dengan senang menyerahkan buah yang rasanya manis itu kepada Rey, "Aku sudah lama tinggal di sini, tapi ini pertama kalinya aku merasakan buah semanis ini! Ini, cobalah Paman!"

Rey mengambil buah berwarna merah terang itu dari tangan Wolfie dan menggigitnya. Buah itu memang manis dan rasanya hampir mirip minuman beralkohol yang manis.

"Enak? Enak?" Wolfie bertanya dengan girang.

"Mnn-" Rey hanya mengangguk menyetujui Wolfie.

"Kalau begitu... Ini semua untukmu." Pemuda itu berkata seraya meletakkan buah berwarna merah terang itu ke tangan Rey.

Setelah mereka menghabiskan semuanya, keduanya segera tertidur berdempetan untuk menghalau udara dingin malam hari.

Tidak lama kemudian, Rey terbangun dari tidurnya oleh serbuan rasa panas. Sensasi membakar mulai merayap di sepanjang kulitnya bersamaan dengan rasa nyeri yang menyebar dari bagian bawah tubuhnya.

"Hnn..." Gumam Rey.

'Panas...' Merasa bingung, Rey mulai melepaskan pakaiannya berusaha mendinginkan dirinya, tapi itu tidak cukup, tubuhnya seolah-olah mengatakan bahwa dia membutuhkan sesuatu yang lebih dingin.

Dia duduk dengan kesulitan, menekan dadanya ke batu raksasa itu berharap dinginnya batu itu bisa terasa di kulitnya. Sensasi membakar di bagian tubuh depannya sedikit reda tapi bagian pinggulnya terasa nyeri, otot-ototnya berkedut mencari ketegangan tertentu.

"Mnnnn--" Gumam Rey dengan pelan.

Terbangun oleh kegaduhan yang di buat oleh Rey, Wolfie duduk tegak, tidak siap saat menemukan apa yang ada di hadapannya.

Di hadapan Wolfie, seorang pria sedang memeluk batu besar sambil menggosok pinggangnya di sana, pakaiannya setengah terbuka... dia meringis kesakitan, keringat bermunculan di dahinya.

"H-hey Paman?" Kata Wolfie dengan panik.

Rey mengalihkan pandangannya pada Wolfie dengan pelan, wajahnya yang memerah dan tatapannya pada Wolfie dikuasai oleh kebutuhan dan gairah... Wolfie menyerah pada godaan itu. Dia berdiri di hadapan Rey dan menghampiri Rey. Dengan ragu-ragu Wolfie meminta ijin, "Bolehkah?"

"Mnnn..." Rey yang setengah telanjang itu menggeliatkan tubuhnya sebagai jawaban, mencari kehangatan tubuh Wolfie.

Wolfie tidak pernah merasa sangat diberkati dengan kebahagiaan sebelumnya. Dia memeluk Rey dari belakang ketika dia mendorong batangnya yang hangat itu ke dalam 'pintu masuk' yang ketat milik Rey.

~~~~

Saat fajar, Rey memperoleh kembali kesadarannya lagi ketika dia merasakan tubuhnya bergerak dengan gerakan yang berirama. Gerakan itu tanpa disadarinya tidak berhenti sepanjang malam.

Pandangan Rey terhalangi saat dia merasakan sesuatu sedang menyodok dengan dalam ke dalam tubuh bagian bawahnya, kemudian sodokan itu bertambah cepat di setiap waktunya.

Wolfie hampir mencapai klimaksnya.

Si pemuda yang berada di atas Rey melanjutkan gerakannya yang maju mundur saat dia menyodok dengan mudah ke dalam Rey di mana tubuh Rey sudah kelelahan sejak lama. Rey yang dalam tubuhnya dipenuhi dengan cairan milik Wolfie, tidak mengetahui secara pasti seberapa banyak dia telah 'di isi' sepanjang malam itu. Cairan Wolfie merembes keluar di setiap sodokan Woflie.

"Hmm..." Rey mengerang saat dia mencoba untuk menjernihkan pikirannya.

Menyadari pria di bawahnya akhirnya sadar, Wolfie bersandar ke tubuh Rey untuk memberikan sebuah ciuman di leher Rey.

Saat itu juga, Wolfie bisa merasakan kalau Rey menegang ketakutan.

Rey yang sekarang sudah sangat sadar sepenuhnya, bisa merasakan rasa ketakutan yang sangat besar muncul di setiap otot-otot tubuhnya. Lidah itu, napas terengah-engah yang sangat khas itu, dan tubuh berbulu yang berada di atasnya. Semua hal yang ada di hadapannya itu memberikan peringatan pada Rey bahwa si pemerkosa bukanlah seorang manusia.

Karena saat ini Rey sudah menyadari semuanya, dia mulai memberontak dengan panik.

Pemberontakan Rey memberikan rangsangan pada Wolfie, dia bisa merasakan otot di sekitar batangnya berkontraksi, semua indera Wolfie mendorongnya ke batas kendalinya, sampai pada titik dimana dia mengabaikan sikap aneh dari Rey.

Bulu-bulu yang menghalangi pandangannya sekarang menghilang sehingga Rey bisa melihat lagi, dan Rey terkesiap saat dia menyadari--