webnovel

BUTTERFLY'S ETERNAL LOVE (Bukan Liang Zhu)

Seorang gadis yang bernama Zhiwei mengalami time slip ke zaman dinasti Jin Timur. Dia bersama Shanbo, Yinfeng, dan Yingtai melakukan petualangan untuk mengumpulkan empat perhiasan batu Liang Zhu. Apakah Zhiwei bisa pulang kembali ke masa depan?

Maria_Ispri · Fantasie
Zu wenig Bewertungen
33 Chs

BAB 4

Zhiwei dan Shan Bo turun dari taksi lalu berdiri di pinggir jalan. Mereka memandang ke arah lembah. Senja menjelang, warna langit membiaskan warna ungu di atas Desa Lembah Ungu. Mereka tersenyum saling memandang lalu mulai berjalan menyusuri jalan desa. Mereka menyapa penduduk yang rata-rata sudah tua. Pemuda yang lahir di Lembah Ungu rata-rata pindah ke kota untuk mencari kehidupan yang lebih baik atau menuntut ilmu.

Desa Lembah Ungu hanya ditempati puluhan rumah saja. Rata-rata bangunan kuno yang dibuat dari batu-batu yang ditumpuk-tumpuk atau terbuat dari kayu. Zhiwei menyusuri sungai yang membelah desa lalu masuk ke sebuah halaman rumah yang memiliki dinding pagar tanah liat setinggi dada.

"Ibu, kami pulang!" seru Shan Bo lalu duduk di teras.

Seorang perempuan yang berambut kelabu, memakai baju hangat dan celana katun keluar dari dalam rumah.

"Kalian sudah pulang, masuk ... ayo masuk," sambut ibu Shan Bo lalu mengambil alih tas yang dibawa Zhiwei.

Gadis itu memeluk ibunya. "Aku benar-benar merindukanmu," ucap Zhiwei sambil mengeratkan pelukannya.

"Ya Tuhan. Kenapa kau terlihat kurus? Aku akan bawakan makanan yang banyak nanti kalau kalian kembali ke Shanghai. Apakah kalian menghadapi kesulitan tinggal di sana?" tanya ibunya.

"Kami baik-baik saja Bu," jawab Zhiwei, "ayo masuk," ajak Zhiwei.

Zhiwei dan Shang Bo tinggal beberapa hari di desa Lembah Ungu. Mereka mengobati rasa rindu kampung halaman. Ibu Shan Bo memasak banyak makanan untuk anak-anaknya.

Malamnya Zhiwei dan Shan Bo duduk di teras rumah sambil memandang langit yang berbintang. Di Shanghai bintang di langit tak terlihat karena kalah dengan pendar lampu dan gedung pencakar langit. Di desanya mereka bisa puas menghitung bintang.

Sore hari mereka naik ke gunung lalu duduk di tebing memandang desa yang ada di lembah perlahan berganti warna menjadi ungu. Pagi hari mereka menghabiskan waktu untuk mencari ikan di sungai yang tak terganggu oleh polusi. Ikan yang besar-besar mereka bawa pulang untuk dibakar sebagai lauk makan malam.

***

Zhiwei duduk di dalam kereta api yang membawa mereka kembali ke Shanghai. Shan Bo duduk di sampingnya sedang mengotak-atik gawai. Zhiwei melihat ke luar melalui jendela kereta. Zhiwei memandang sebuah cincin perak bermata merah yang melingkari jari manisnya, lalu melirik Shan Bo yang ada di sampingnya.

Zhiwei mengenang suatu malam setelah makan malam bersama, ibu Shan Bo mengajaknya berbicara sambil minum teh. Zhiwei dan Shan Bo duduk di depan ibunya. Di depan mereka ada sebuah kotak kayu tua kecil. Zhiwei penasaran apa isi kotak itu, tapi dia menunggu ibunya sendiri yang menjelaskan.

"Zhiwei ... ada hal yang ingin kusampaikan padamu. Bukalah kotak itu," ucap ibunya dengan wajah sedih.

Zhiwei langsung mengambil kotak yang ada di hadapannya lalu perlahan membukanya. Dia melihat sebuah cincin perak bermata merah.

"Cincin bermata merah. Milik siapa?" tanya Zhiwei pada ibunya.

"Cantiknya. Ini cincin perempuan. Ibu, aku tak pernah melihat cincin ini sebelumnya," ujar Shang Bo.

Ibu mereka diam sesaat seakan ingin mempersiapkan diri karena hendak menyampaikan hal yang penting.

"Itu milik Zhiwei," ucap ibunya.

Zhiwei menatap ibunya dengan penuh tanya. Begitu juga Shan Bo yang melongo menatap ibunya.

"Cincin itu ada bersamamu saat kau datang ke rumah ini. Zhiwei, cincin itu milik ibumu," terang ibu Zhiwei dengan nada yang terasa berat untuk dikatakan.

"Apa maksud Ibu. Bukankah kau ibuku?" tanya Zhiwei masih tidak percaya dengan yang dikatakan oleh ibunya.

"Kau bukan anakku Zhiwei. Kau anak keluarga Shen yang dititipkan pada ayah Shan Bo. Kau anak Nyonya kedua keluarga Shen, Ying Yue. Ibumu adalah teman kerja ayah Shan Bo di Nanjing, saat masih kerja di laboratorium botani. Dia dimasukkan ke rumah sakit jiwa di Nanjing saat dalam kondisi hamil. Saat kau lahir, pihak keluarga Shen tak mau menerimamu akhirnya kau dititipkan pada ayah Shan Bo. Ibumu ... karena kondisinya semakin melemah, akhirnya meninggal di rumah sakit," terang ibu Shan Bo.

Tak pelak air mata Zhiwei menetes sambil mengelus cincin yang ada di dalam kotak kayu. Shan Bo hanya diam sambil menghela napas seakan tak percaya dengan yang didengarnya. Zhiwei bukan adiknya. Dia bahkan tak ingat masa kecilnya dan kapan tepatnya Zhiwei lahir.

"Beberapa hari yang lalu orang dari keluarga Shen datang kemari mencarimu. Mereka bilang ayahmu sedang sakit-sakitan dan terus mengucapkan nama ibumu. Aku beritahu mereka kalau kau sedang di Shanghai dan akan pulang dalam waktu dekat. Esok mereka akan menjemputmu kemari untuk menemui Tuan Shen," terang ibu Shan Bo dengan air mata yang meleleh di pipinya.

Zhiwei mengerjapkan matanya yang sudah berembun oleh air mata. Bahkan saat malam dia tak bisa tidur karena terus terngiang penjelasan ibunya bahwa dirinya bukan anak kandung keluarga Liang.

Saat ini Zhiwei hanya menghela napas saat menatap sosok yang ada di kursi di seberangnya. Dua lelaki berjas rapi menatapnya sambil tersenyum ramah. Kedua orang itu utusan Tuan Shen untuk menjemput Zhiwei kembali ke Shanghai. Zhiwei kembali menatap ke luar melihat pemandangan melalui jendela. Sebuah babak baru hidupnya dimulai.