webnovel

BUTTERFLY'S ETERNAL LOVE (Bukan Liang Zhu)

Seorang gadis yang bernama Zhiwei mengalami time slip ke zaman dinasti Jin Timur. Dia bersama Shanbo, Yinfeng, dan Yingtai melakukan petualangan untuk mengumpulkan empat perhiasan batu Liang Zhu. Apakah Zhiwei bisa pulang kembali ke masa depan?

Maria_Ispri · Fantasie
Zu wenig Bewertungen
33 Chs

BAB 29

Seorang perempuan cantik bak kupu-kupu putih berdandan di depan sebuah cermin. Hari menjelang malam, dia sedang mempersiapkan penampilannya di gedung Shimao. Gadis itu berdiri, lalu berputar di tengah ruangan. Gadis itu mulai menyanyi. Diiringi suara desau angin yang mengusap air Danau Xuanwu, dan suara seruling di kejauhan yang ditiup oleh nelayan yang lewat hendak pulang.

Seperti sebuah kepakan kupu-kupu yang tak terdengar oleh telinga, sebuah tali meluncur dari arah yang tak diketahui menjerat leher sang penari. Membuat matanya melotot dan darah menetes dari sudut bibirnya. Si Cantik meregang nyawa, tangannya yang berusaha melepas tali yang melilit lehernya mulai melemah, lalu terkulai.Tubuhnya terseret ke atas dan tergantung begitu saja di kayu atap. Tubuhnya bergoyang seiring desau angin, dan menghilangnya suara seruling.

***

Pengurus gedung Shimao berjalan dengan tergesa-gesa menyusuri tiap lorong dan membuka setiap ruangan gedung. Wajahnya terlihat cemas. Tak lama kemudian seorang pelayan lelaki berlari-lari ke arah pengurus gedung.

"Tuan, kami tidak menemukan Nona Jiali di mana pun. Bahkan di perahu bunga lotus juga sudah kami periksa," terang sang pelayan juga tak kalah cemasnya.

"Pergilah sekali lagi periksa di halaman atau di hutan bambu di pinggir danau. Aku akan mencarinya di vila Seribu Bunga," perintah pengurus gedung.

Lelaki berjenggot panjang berbaju sutera itu menggelengkan kepalanya. Dia juga bingung mencari Nona Jiali yang menghilang sebelum pertunjukkan. Para tamu dari berbagai penjuru Jin Timur sudah berkumpul. Para desainer itu mengadakan pertemuan dan pameran baju hasil rancangan mereka.

***

Yingtai berjalan mengendap-endap di sebuah taman di pinggir danau Xuanwu. Sepertinya dia tersesat saat menuju gedung Shimao. Dia kehilangan jejak para desainer dan kakaknya karena tertidur di balik kotak-kotak kayu di atas kapal. Dia baru bangun saat senja mulai turun, dan kapal sudah bersandar di pelabuhan. Dalam gelap dia mengikuti jalan setapak menuju gedung Shimao, tapi dia bingung arah saat melintasi hutan bambu dengan jalan bercabang.

Dia mengambil kanan jalan dan terus mengikuti jalan setapak menuju sebuah bangunan yang mulai menyala lenteranya. Terdengar suara seruling dari arah danau. Yingtai berjalan menuju bangunan yang terlihat sepi. Yingtai melihat sekelebat bayangan dua orang menggunakan baju hitam keluar dari jendela bangunan seperti sebuah vila. Spontan Yingtai bersembunyi di balik batu besar, dia tak ingin ketahuan dua sosok berbaju hitam yang berlari tanpa suara, lalu menghilang di balik rimbunan pohon.

Yingtai penasaran dengan yang bangunan vila yang ada di depannya. Yingtai baru sadar suara seruling sudah tak terdengar. Dia hanya mendengar suara detak jantungnya yang semakin berdebar saat mendorong pintu ruang vila. Dalam keremangan malam, dia melihat sosok berbaju putih tergantung dengan sudut mulut yang meneteskan darah.

"Whoooooaaaaa!" teriak Yingtai terkejut lalu mundur sampai jatuh terjengkang.

Mata Yingtai masih menatap sosok perempuan cantik yang telah mati tergantung di tengah ruangan. Tak lama kemudian dari kejauhan terlihat kelip obor dan lentera yang bergerak mendekat ke arah vila.

"Ada apa? Apa yang terjadi?" tanya pengurus gedung Shimao.

Yingtai masih syok, dia tak bisa berkata-kata selain menunjuk ke arah dalam vila. Pengurus gedung langsung bergerak memeriksa. Tubuhnya langsung lemas, matanya terbelalak saat melihat sosok perempuan berbaju putih telah menjadi mayat.

"Jiali ... Jiali ..." panggil pengurus gedung Shimao sambil memanggil nama perempuan yang sedianya menjadi bintang pertunjukkan malam nanti.

"Periksa! Periksa!" perintah pengurus gedung Shimao kepada dua orang pelayan yang mengikutinya.

Yingtai langsung bergerak menghadang di depan pintu.

"Jangan gegabah. Ini pembunuhan. Jika kalian berani masuk, hanya akan merusak tempat kejadian perkara!" seru Yingtai yang membuat langkah dua orang pelayan itu terhenti.

Kedua pelayan itu bingung, lalu menoleh ke arah sang pengurus gedung Shimao.

"Turunkan dia. Minggir!" perintah sang pengurus gedung.

"Tidak! Panggil polisi!" seru Yingtai lagi sambil merentangkan kedua tangannya menghalangi jalan masuk.

Sang pengurus gedung mendekati Yingtai, lalu menatap gadis itu dengan tatapan tajam.

"Jangan-jangan kau pelakunya. Kau menghalangi kami memeriksa Nona Jiali, agar kau bisa menghilangkan barang bukti!" gertak sang penggurus gedung.

"Bukan! Bukan aku pelakunya! Aku melihat dua orang lelaki berbaju hitam keluar dari dalam vila!" ujar Yingtai membela diri.

Sang pengurus gedung mengerutkan dahi sambil memperhatikan Yingtai.

"Siapa kau? Aku tak pernah melihatmu di antara para desainer baju! Dari toko mana kau?" selidik sang pengurus gedung.

Yingtai menelan ludah. Dia mulai dicurigai. Nasib sial sedang menimpanya malam ini, Tak hanya terjebak di sebuah tempat kejadian perkara, malah sekarang dicurigai orang sebagai pelaku pembunuhan.

"Aku ... Aku ...," jawab Yingtai gugup setengah mati, karena dia tak bisa membuka penyamarannya.

"Eh, Xiao Bai, kau ternyata ada di sini!" sebuah suara yang Yingtai kenal terdengar menegurnya.

Yingtai menoleh lalu matanya membulat saat melihat sosok yang datang mendekat ke arah vila.

"Xiao Bai, apakah kau sudah menemukan aksesoris yang kuminta dari Nona Jiali?' tanya lelaki berbaju sutera biru diikuti seorang lelaki gendut.

Yingtai mengenali sosok Weiyan. Dia hanya nyengir kuda lalu menggigit bibir bawahnya. Penyamaran Yingtai terbuka. Dia tak bisa membohongi kakaknya. Dia bisa dihukum oleh ayahnya jika sampai ketahuan. Apalagi saat ini malah terjebak sebuah kasus.

Weiyan berjalan mendekat lalu menepuk lembut kepala Yingtai yang dipanggil Xiao Bai.

"Dia pelayanku. Saya mohon Tuan pengurus gedung tidak mempersulitnya," terang Weiyan sambil memberi hormat pada pengurus gedung.

Sang pengurus gedung memberi hormat dan wajahnya mulai tenang.

"Saya minta maaf. Lelaki ini mencurigakan. Nona Jiali ditemukan meninggal, dan dia ada di tempat kejadian," terang pengurus gedung.

Weiyan melihat ke dalam vila. Tubuh Nona Jiali masih tergantung membuat Weiyan sebenarnya merinding. Seumur-umur dia tak pernah melihat orang mati gantung diri. Lelaki itu mengalihkan pandangan.

"Panggil saja polisi agar mereka yang memeriksa. Kami akan bekerjasama mengungkap kasus ini," terang Weiyan, "Xiao Bai, Pangzi, kita kembali ke gedung Shimao!" ajak Weiyan.

Yingtai menghela napas lega. Kedatangan Weiyan telah menyelamatkannya. Gadis itu berjalan tersuruk-suruk di belakang kakaknya. Namun, tiba-tiba Weiyan berhenti berjalan, membuat Yingtai menubruk punggung kakaknya yang kokoh.

"Aduh!" teriak Yingtai lalu mendongak.

Weiyan membalik badan berdiri dengan tatapan tajam ke arah Yingtai.

Puuuuk! Kipas yang dibawa Weiyan mendarat agak keras di atas kepala Yingtai.

"Kenapa kau bisa ada di sini? Bukankah ayah sedang mengurungmu?" tanya Weiyan tanpa basa-basi.

Yingtai mengelus kepalanya yang sebenarnya tidak sakit.

"Aku ingin ikut pertemuan para desainer. Kau tahu baju kupu-kupu putih itu rancanganku, saat ini sangat terkenal. Apakah aku tak pantas ikut perkumpulan kalian?" tanya Yingtai dengan nada sedih.

Weiyan menghela napas menahan kesal.

"Aku tak tahu lagi bagaimana menolongmu. Apalagi kau menjadi saksi mata kematian Nona Jiali. Kau sedang dalam masalah besar," terang Weiyan membuat Yingtai makin mengkerut ketakutan.

"Kakaaaak! Bagaimana ini? Tolong aku!" teriak Yingtai pada Weiyan yang meninggalkannya berjalan duluan.

Pangzi yang sedari tadi diam hanya bisa menunjukkan wajah simpati pada Yingtai.

"Tuan, tunggu aku!" seru Pangzi lalu berjalan mendahului Yingtai yang masih berdiri dengan wajah kesal bercampur sedih.

Dia tahu kakaknyasaat ini takkan mau membantunya lagi. Dia sedang dalam masalah besar.