webnovel

BUTTERFLY'S ETERNAL LOVE (Bukan Liang Zhu)

Seorang gadis yang bernama Zhiwei mengalami time slip ke zaman dinasti Jin Timur. Dia bersama Shanbo, Yinfeng, dan Yingtai melakukan petualangan untuk mengumpulkan empat perhiasan batu Liang Zhu. Apakah Zhiwei bisa pulang kembali ke masa depan?

Maria_Ispri · Fantasie
Zu wenig Bewertungen
33 Chs

BAB 27

Qinglian menunduk malu saat Weiyan memasangkan kalung batu Liang Zhu. Mereka berdua janji bertemu di Gunung Lembah Ungu, jauh dari kota Jiankang. Tak lama kemudian dari arah balik tebing muncul sekelompok orang memakai baju hitam menyerang Qinglian dan Weiyan. Melihat kondisi yang genting, Weiyan membela diri. Dia berusaha melindungi Qinglian. Namun tak ada satupun dari para penyerang yang berusaha melukai Weiyan. Mereka menjadikan Qinglian sebagai target.

Merasa terlalu berlarut pertarungan terjadi, salah seorang dari para penyerang melukai Weiyan dan memojokkannya ke arah tebing. Weiyan lengah, membuat Qinglian sendirian tanpa penjagaan. Demi memisahkan Weiyan dan gadis yang dicintainya, para penyerang mendorong Weiyan ke arah jurang dan jatuh tercebur ke dalam sungai.

"Cepat, turun, selamatkan Tuan Muda!" seru salah satu penyerang.

Beberapa orang turun ke lembah dan segera menolong Weiyan. Penyerang yang tersisa mengepung Qinglian yang ketakutan dan tak berdaya. Saat tubuhnya terpojok di dinding tebing, para penyerang menangkap dan memukulnya sampai pingsan.

Zhiwei langsung terbangun saat bermimpi sebuah pukulan bersarang di tengkuknya. Gadis itu merasa pusing. Ternyata posisi tidurnya yang tak karuan membuat tengkuknya kaku dan sakit kepala. Gadis itu duduk di ranjang. Bahkan sepatunya juga belum dilepas. Zhiwei memijat tengkuknya sambil memikirkan mimpi yang terasa nyata baginya.

"Apakah yang kumimpikan barusan bagian dari memori Qinglian?" tanya Zhiwei dalam hati,"jika demikian berarti memang ada yang ingin dia mati dan mengambil perhiasan batu Liang Zhu dari gadis itu," batin Zhiwei.

Zhiwei menutup matanya. Dia tak menyangka akan seperti ini nasibnya. Dia merindukan ibunya, Shanbo, Qixuan dan kehidupannya di dunia masa depan. Dia tak punya ide bagaimana cara untuk pulang ke masa depan. Saat ini dia harus menyibak misteri tentang gadis bernama Qinglian dan Weiyan. Namun, dia juga tak punya ide untuk mendekati lelaki yang telah menolongnya di tengah jalan sore itu.

***

Weiyan berada di ruang membaca miliknya. Dia sedang menatap sebuah kantong kain berwarna kuning bersulam dua buah kupu-kupu yang sedang terbang. Weiyan menemukan kantongan pengharum di dalam sebuah kotak yang tersimpan di lemari. Benda itu begitu berharga baginya karena menurut Pangzi, kantong pengharum itu diberi oleh Qinglian.

Weiyan baru saja terbangun di tengah malam, setelah itu tak dapat tidur lagi. Mimpinya tak seseram malam-malam sebelumnya. Kali ini dia bermimpi tentang gadis yang ditolongnya tadi sore. Mereka berdua di sebuah gazebo sedang menggambar kupu-kupu terbang dengan pola yang bervariasi di atas kertas. Kertas itu pun ditempelkan pada lentera yang bisa berputar jika tertiup angin. Saat malam tiba, mereka menyalakan lilin yang ada di dalam lentera hingga gambar kupu-kupu terlihat bergerak seiring berputarnya lentera yang ditiup angin.

Dia memandang wajah cantik kekasihnya yang tersenyum bahagia. Dia tak pernah melihat perempuan yang memiliki aura begitu anggun dan cantik selain gadis yang ada di hadapannya.

"Qinglian ...," panggil Weiyan.

Gadis itu menoleh sambil tersenyum, tapi tiba-tiba sekelompok orang memakai baju hitam-hitam menyerang mereka dan menimbulkan kebakaran. Weiyan tak sanggup menghadapi begitu banyak penyerang membuatnya terlempar keluar dari gazebo. Weiyan mencari Qinglian di tengah kobaran api, tapi tak terlihat sosok gadis itu. Para penyerang berbaju hitam juga tiba-tiba hilang. Hanya kobaran api yang terekam oleh netra Weiyan. Lelaki itu berusaha mendekati api sambil memanggil kekasihnya.

"Qinglian! Qinglian!" teriak Weiyan.

Lelaki itu langsung terbangun dari mimpinya. Seakan suara gaung teriakannya masih terdengar di telinganya. Weiyan duduk di atas ranjang dengan wajah sedih dan bingung.

Saat ini Weiyan memikirkan ide agar bisa mendekati gadis yang bernama Qinglian. Dia harus mengurai misteri hubungan antara dirinya dengan Qinglian. Pangzi pasti tahu banyak tentang gadis itu, batinnya.

"Gadis itu ... Qinglian," ucap Yinfeng yang bersemayam dalam tubuh Weiyan sambil menatap kantung pengharum di tangannya.

***

Shanbo sedang berendam air hangat dalam bak mandi kayu yang besar di tengah kamarnya yang sederhana. Dia sedang memikirkan kasus besar yang sudah menyambutnya begitu sampai di Jiankang. Setelah mengantar Zhiwei ke kediaman Bibi Fang, Shanbo langsung menuju ke kantor polisi untuk melapor kepada atasannya bahwa dia sudah kembali. Setelah berbincang lama, seorang opsir polisi datang melapor bahwa gadis bernama Qinglian anak ketiga keluarga Shen sudah ditemukan menjadi mayat di pinggiran sungai dekat Danau Xuanwu.

Shanbo sangat terkejut mendengar berita itu. Mereka segera menuju ke tempat penemuan mayat malam itu juga. Shanbo mendekat ke arah polisi forensik yang sedang memeriksa mayat.

"Kapan perkiraan kematiannya?" tanya Shanbo sambil memeriksa mayat yang sudah busuk menggembung.

"Kira-kira lima hari yang lalu. Wajahnya tak bisa dikenali lagi," terang polisi forensik.

"Mengapa kalian yakin itu adalah Nona Shen?" tanya Shanbo lagi.

Si ahli forensik menunjuk ke arah kalung si mayat. Shanbo mengerutkan dahi. Dia langsung memeriksa jari manis kanan di mayat. Dia mendapati sebuah cincin berbatu merah yang sama dengan gambar yang diberikan Zhiwei padanya saat di Desa Lembah Ungu. Shanbo memeriksa baju yang dipakai juga sama dengan baju yang dipakai Zhiwei saat dirinya menolong gadis itu dari gerbang kematian.

"Tak mungkin ...," gumam Shanbo, "siapa yang menemukannya?" tanya Shanbo.

"Itu, nelayan itu," jawab si ahli forensik sambil menunjuk seorang lelaki yang memakai topi anyaman bambu.

Shanbo bangkit, lalu berjalan menuju seorang lelaki yang sedang ditanyai oleh seorang polisi. Merasa atasannya datang mendekat, sang opsir memberi hormat.

"Kau yang menemukan mayat gadis itu?" tanya Shanbo.

Lelaki yang mengaku nelayan itu menceritakan kronologi tentang penemuan mayat yang diduga adalah anak ketiga keluarga Shen, Qinliang. Shanbo mendengarkannya dengan seksama. Sebuah peristiwa yang biasa jika seorang nelayan menemukan mayat yang mengambang di sungai. Hanya saja yang menjadi aneh dan misterius adalah mayat itu seakan disiapkan untuk menggantikan Qinglian yang sebenarnya tak pernah mati.

Qinglian adalah Zhiwei, dia ditenggelamkan di sungai Desa Lembah Ungu dan diselamatkan oleh Shanbo. Bagaimana bisa ada sesosok mayat dengan baju dan aksesoris yang sama dengan Qinglian, tapi ditemukan di pinggir danau Xuanwu? Shanbo makin penasaran siapa sebenarnya yang menghendaki kematian Qinglian. Dia harus menyelidiki lebih dalam tentang kasus Qinglian. Shanbo menenggelamkan dirinya ke dalam air agar pikirannya lebih terang dalam mencari jawaban misteri yang dihadapinya.

Kutuliskan namamu di kaca yang berembun

Kiranya udara dingin sedang berkelana

Saat hujan turun dengan derasnya

Tak kulihat kelip bintang

Yang biasanya berpendar di langit sana

Seperti dirimu

Terlalu jauh tertutup awan kelabu

Masa lalu sulit untuk diceritakan

Rinai hujan menari mengikuti hembusan angin

Satu langkah satu penghormatan

Menyanyikan lagu cinta dan benci yang abadi

Nyatanya cinta tak bertahan selamanya

Pun benci tak lagi tersisa

Biar kupenjara diriku bak kepompong

Sambil mengenang semuanya

Hanya wajahmu yang tersenyum

Menjadi kenangan yang tersisa

Yang akan menemaniku di lorong rindu

Dalam nyata

Dalam mimpi

Dalam fantasi