webnovel

BUTTERFLY'S ETERNAL LOVE (Bukan Liang Zhu)

Seorang gadis yang bernama Zhiwei mengalami time slip ke zaman dinasti Jin Timur. Dia bersama Shanbo, Yinfeng, dan Yingtai melakukan petualangan untuk mengumpulkan empat perhiasan batu Liang Zhu. Apakah Zhiwei bisa pulang kembali ke masa depan?

Maria_Ispri · Fantasie
Zu wenig Bewertungen
33 Chs

BAB 20

Zhiwei tak bisa tidur. Dia merasa ada yang janggal tentang kejadian mayat terpotong, tapi dia belum menemukan sesuatu yang mengganjal di benaknya. Dia berkali-kali memindah posisi baringnya, miring ke kanan ke kiri, lalu akhirnya bangkit dari tidurnya.

"Ah, dia. Perempuan itu," gumam Zhiwei.

Gadis itu langsung berlari keluar kamar. Dia menuju sebuah kamar. Zhiwei mengetuk pintu kamar. Tak ada jawaban. Setelah menunggu agak lama, dia menempelkan telinga ke pintu. Tak ada suara. Gadis itu melubangi kertas yang melapisi jendela pintu. Ruangan itu kosong, bahkan di ranjang tak ada sosok yang sedang tidur.  Zhiwei makin curiga.

Zhiwei langsung berlari turun ke lantai bawah menuju ke polisi yang menjaga penginapan.

"Kalian tahu dimana kuil dewa sungai? Ada hal penting yang harus kusampaikan pada Tuan Shanbo," terang Zhiwei pada dua orang polisi yang duduk di balik meja resepsionis.

"Di ujung desa," jawab seorang dari penjaga.

"Bisa antar saya ke sana?" ucap Zhiwei.

Mereka saling pandang. Hari sudah malam. Zhiwei paham, lalu mengambil sekeping uang perak pemberian Shanbo lalu ditaruhnya di atas meja. Kedua polisi itu saling pandang sambil tersenyum.

"Baiklah. Kau yang antar, biar aku yang menjaga  di sini," ucap salah seorang dari polisi.

Zhiwei dan seorang polisi berjalan menembus malam menuju kuil dewa sungai.

***

Malam panjang bagi Shanbo dan para polisi. Setelah kasus mayat terpotong di penginapan Yunsi, muncul penemuan mayat baru di kuil dewa sungai. Shanbo bergegas mengikuti seorang polisi yang mengantarnya ke kuil.

Di tempat kejadian perkara, Tuan Fu sudah menunggu. Seorang lelaki tua beruban juga menatapnya dengan sorot mata sedih. Shanbo berdiri di hadapan lelaki tua itu.

"Ini Master Feng kepala kuil, dan mereka para biarawan kuil, semua sudah berkumpul di sini," terang Tuan Fu.

Shanbo memberi hormat. Master Feng dengan sopan membalas hormat pada Shanbo.

"Saya harap Tuan berkenan membantu kami. Kami merasa tak tenang dengan dua kejadian yang terjadi atas dua biarawan kami," ujar Master Feng.

"Apa yang terjadi?" tanya Shanbo pada Tuan Fu.

"Kami berencana menginterogasi para biarawan kuil, tapi lihatlah," jawab Tuan Fu.

Shanbo mengikuti Tuan Fu mendekati sebuah ruang kamar berdinding kayu. Bau bangkai menguar di kamar itu saat Shanbo masuk ke dalam ruangan. Seonggok mayat tergeletak di atas dipan kayu. Tubuhnya penuh dengan jahitan benang berwarna hitam.

"Namanya Ji Bai, salah satu biarawan kuil. Seharusnya malam ini semua dikumpulkan di aula untuk pemeriksaan, tapi hanya dia yang tak muncul. Saat kami melakukan pemeriksaan, dia sudah mati di dalam kamarnya," terang Tuan Fu.

Shanbo memeriksa kondisi mayat.

"Dia mati sekitar siang tadi. Apa ini?" gumam Shanbo.

Shanbo menyentuh benang hitam yang dipakai menjahit wajah mayat.

"Rambut. Ini bukan benang hitam," ucap Shanbo.

Tuan Fu terkejut.

"Rambut?" tanya Tuan Fu, "tapi rambut siapa yang begitu panjang?" tanya Tuan Fu tak memahami sesuatu yang begitu menakjubkan terjadi di depan matanya.

Shanbo ingat ucapan Zhiwei tentang Niraya Kalasuta,  bahwa para pendosa dalam neraka ini dihukum dengan menjahitkan benang hitam ke seluruh tubuhnya.

"Apakah ada kaitannya dengan mayat yang terpotong? Kedua korban adalah biarawan kuil dewa sungai. Pelaku sama-sama membunuh kedua korban dengan rambut," gumam Shanbo sambil memeriksa bagian leher mayat.

"Apakah pelakunya sama?" tanya Tuan Fu.

Shanbo mengangguk.

"Lihat, dia mencekik korban baru setelah itu menjahit wajahnya dengan rambut," jelas Shanbo membangun dugaan.

"Periksa semua alibi para biarawan tadi siang. Apakah orang-orang yang menginap di Yunsi ada yang memiliki rambut sangat panjang?" tanya Shanbo sambil menatap serius satu persatu para biarawan kuil. Mereka semua menggelung rambut.

"Periksa juga seberapa panjang rambut mereka," perintah Shanbo.

"Baik!" jawab Tuan Fu langsung mengerahkan anak buahnya membuka gelungan rambut para biarawan.

"Shanbo!" seru Zhiwei dari arah luar kamar lalu masuk ke tempat kejadian perkara.

Semua menoleh ke arah Zhiwei yang baru datang.

"Kupikir aku tahu siapa pelakunya," ucap Zhiwei dengan mata berbinar.

Shanbo hanya terbengong melihat Zhiwei datang tiba-tiba.