webnovel

BUTTERFLY'S ETERNAL LOVE (Bukan Liang Zhu)

Seorang gadis yang bernama Zhiwei mengalami time slip ke zaman dinasti Jin Timur. Dia bersama Shanbo, Yinfeng, dan Yingtai melakukan petualangan untuk mengumpulkan empat perhiasan batu Liang Zhu. Apakah Zhiwei bisa pulang kembali ke masa depan?

Maria_Ispri · Fantasie
Zu wenig Bewertungen
33 Chs

BAB 15

Zhiwei duduk di ruang tamu keluarga Liang. Saat mengambil mangkok, dia baru sadar cincin batu Liang Zhu tak ada di jarinya. Matanya membulat.

"Apakah cincin batu Liang Zhu memang tidak ikut bersamaku? Ataukah orang-orang yang menginginkan kematianku yang telah mengambilnya?" tanya Zhiwei dalam hati.

Nyonya Liang dan Shanbo heran melihat Zhiwei yang mematung.

"Ada apa? Apakah kau tak suka makan sayuran?" tanya Nyonya Liang menyadarkan Zhiwei dari lamunannya.

"Ah tidak, Bu. Hanya saja aku kehilangan cincinku," ucap Zhiwei dengan nada cemas.

Nyonya Liang juga ikut terlihat khawatir.

"Apakah hilang saat kau tenggelam di sungai?" tanya Nyonya Liang ingin memastikan.

"Entahlah ... cincin itu sangat berharga," jawab Zhiwei menampakkan wajah sedih.

"Shanbo, kau seorang opsir polisi, apakah bisa membantu mencarikan cincin Nona Zhiwei?" pinta Nyonya Liang.

"Aku akan mengusahakannya. Makanlah," ucap Shanbo.

"Makan yang banyak, minum air jahenya agar kau tak masuk angin," pinta Nyonya Liang.

"Maafkan, merepotkan kalian," ucap Zhiwei sambil tersenyum malu-malu.

Dia bersyukur bertemu dengan keluarga Liang yang baik hati.

***

Setelah makan siang, Zhiwei duduk memeluk lutut sambil memperhatikan giok berukir huruf "Zhu" di teras rumah. Angin semilir menyegarkan pikirannya, karena di dalam rumah bau asap arang bakar sungguh membuat dia sesak.

"Giok ini milik siapa? Apakah benar ini milikku? Namun biasanya giok macam ini bagian dari gantungan baju laki-laki. Siapa keluarga Zhu? Apa kaitannya diriku dengan marga Zhu ini?" Begitu banyak pertanyaan berkelindan di benak Zhiwei.

Gadis itu menghela napas seakan ada beban berat di hatinya. Dia merasa membentur dinding. Zhiwei tak tahu mengapa dia bisa berada di masa lalu. Dia ingat buku yang dibacanya tentang batu Liang Zhu. Batu itu jatuh saat Sima Rui baru naik tahta, jika ini tahun ketiga, berarti perhiasan Liang Zhu sudah dibuat oleh Master Wu di Gunung Langya.

"Apakah aku harus mencari sosok Master Wu di Gunung Langya? Bagaimana aku bisa kembali ke masa depan?" tanya Zhiwei dalam hati.

Dia merindukan kehidupannya di masa depan.

"Apa yang dilakukan Kak Shanbo, Qixuan, dan Kak Fang?" batin Zhiwei, "padahal sebentar lagi masa perkuliahan akan dimulai," lanjut Zhiwei

"Di sini dingin," ucap Shanbo keluar dari dalam rumah, lalu memberikan sebuah jubah wool kelabu pada Zhiwei.

"Ahh, sebentar lagi musim dingin, terima kasih," ucap Zhiwei sambil memandang langit, lalu menyelimutkan jubah wool itu ke atas tubuhnya.

"Hati-hati masuk angin, apalagi kau baru saja tenggelam di sungai. Sebenarnya apa yang terjadi? Apakah kau bisa mengingatnya?" tanya Shanbo sambil duduk di teras di hadapan Zhiwei.

"Nama saja aku tak ingat, apalagi yang terjadi. Aku tak ingat apa pun," jawab Zhiwei yang berusaha menutupi identitas dirinya yang sesungguhnya.

"Kau bilang namamu Zhiwei, apa benar itu namamu?" tanya Shanbo.

"Aku hanya asal sebut nama," jawab Zhiwei bohong karena jika dia jujur berasal dari masa depan, dia akan dianggap gila oleh orang lain," Eh, kau seorang polisi?" tanya Zhiwei.

Shanbo mengangguk.

"Iya, aku seorang polisi di Jiankang, hanya saja ibu sakit beberapa hari ini, jadi aku minta izin pulang. Kondisinya sudah mulai membaik. Lututnya sudah tak lagi sakit, jadi aku bisa kembali ke Jiankang dengan pikiran tenang."

"Kau penyelamatku. Apakah kau mau membantuku untuk mencari identitasku dan pemiliki batu giok ini?" tanya Zhiwei penuh harap sambil menunjukkan batu giok pada Shanbo.

Shanbo mengambil batu itu dari tangan Zhiwei. Dahinya mengernyit saat membaca huruf yang tertera.

"Zhu? gumam Shanbo, "apakah kejadian yang menimpamu ada kaitannya dengan batu giok ini?" tanya Shanbo mencoba membangun dugaan.

"Bisa jadi, enatahlah ... bisa jadi juga dengan cincin batu Liang Zhu yang kumiliki, tapi aku tak yakin," jelas Zhiwei ragu.

Shanbo menoleh pada Zhiwei.

"Cincin batu Liang Zhu?" tanya Shanbo.

Zhiwei mengangguk cepat.

"Apakah kau punya kertas dan pulpen?" tanya Zhiwei.

"Pulpen?" tanya Shanbo.

"Oh ya, eee .. kuas dan tinta. Aku akan menggambarkan cincin itu," pinta Zhiwei.

Shanbo memberi selembar kertas kualitas buruk, kuas dan tinta. Zhiwei menggambarnya dengan hati-hati. Setelah selesai, gadis berlesung pipit itu memberikannya pada Shanbo. Lelaki beralis lurus tebal itu memperhatikan dengan seksama.

"Kau mau menolongku?" tanya Zhiwei.

Shanbo mengangguk.

"Eh, apakah kau pernah dengar nama Master Wu dari gunung Langya?" tanya Zhiwei.

"Ya, beliau terkenal sebagai orang bijak," jawab Shanbo.

"Apakah kau tahu dimana beliau berada? Aku ingin menemuinya," terang Zhiwei.

Shanbo mengernyitkan dahi.

"Tak mudah bertemu dengan Master Wu. Aku mendengar kabar banyak sekali orang yang ingin bertemu, tapi hanya lewat para muridnya saja."

Zhiwei kecewa, dia mengerucutkan bibirnya sambil memikirkan cara agar bisa ke gunung Langya bertemu Master Wu.

Shanbo tersenyum melihat ekspresi Zhiwei.

"Istirahatlah, semakin sore udara di sini semakin dingin. Aku janji, besok kita ke sungai itu lagi untuk mencari cincinmu, siapa tahu cincinnya jatuh di dasar sungai," terang Shanbo lalu berdiri, "ayo masuk," ajaknya.

Zhiwei menatap Shanbo yang berjalan masuk rumah. Dia merasakan kehangatan seorang kakak terpancar dari sosok itu. Tak ubahnya dengan Kak Shanbo yang ada di masa depan, sosok Shanbo di masa ini juga sangat perhatian dan bisa diandalkan.