webnovel

BUTTERFLY'S ETERNAL LOVE (Bukan Liang Zhu)

Seorang gadis yang bernama Zhiwei mengalami time slip ke zaman dinasti Jin Timur. Dia bersama Shanbo, Yinfeng, dan Yingtai melakukan petualangan untuk mengumpulkan empat perhiasan batu Liang Zhu. Apakah Zhiwei bisa pulang kembali ke masa depan?

Maria_Ispri · Fantasie
Zu wenig Bewertungen
33 Chs

BAB 14

Angin musim gugur mulai berhembus kencang membuat Zhiwei yang basah kuyup menggigil kedinginan. Dia berjalan di belakang Shanbo yang sesekali menoleh ke belakang memastikan gadis yang diselamatkannya tetap berada bersamanya.

Mereka sampai di sebuah kampung di lembah gunung yang dibelah aliran sungai. Mereka berjalan menyusuri jalanan setapak lalu masuk melalui gerbang desa yang hanya dibuat dari kayu. Anak-anak berlarian di jalanan tanah. Mereka rata-rata anak desa. Zhiwei sendiri tak habis pikir, betapa lusuhnya mereka, kapan terakhir mereka mandi? Zhiwei memperhatikan  sekeliling. Rumah-rumah warga yang terbuat dari tumpukan batu dan kayu, beratap daun. Semua mengingatkannya pada Desa Lembah Ungu.

Shanbo berkali-kali menyapa orang-orang yang berpapasan atau sekedar duduk-duduk di pinggir jalan. Setelah itu mata para penduduk akan memandang aneh pada Zhiwei. Mereka merasa aneh melihat ada seorang gadis cantik yang mengikuti Shanbo. Mereka berbisik-bisik, dan saling tanya siapa gadis berhanfu putih? Apakah Shanbo bertemu bidadari di gunung dan membawanya pulang untuk dijadikan istri?

Sebenarnya Zhiwei merasa takjub. Dia benar-benar tak menyangka dirinya bisa terlempar ke masa lalu. Selama ini dia hanya menonton di drama-drama televisi tentang tokoh yang bisa melakukan time travel. Sekarang gilirannya. Bagaimana bisa dia mengalami hal semacam ini? berkelindan berbagai tanya di hatinya.

Dia memenuhi paru-parunya yang terasa sesak dengan udara segar. Tenggorokannya masih terasa tak nyaman karena meminum banyak air sungai. Dalam hati Zhiwei bertanya, siapakah gadis yang disemayaminya saat ini? Kulitnya begitu halus, dan bajunya juga terbuat dari sutera yang mahal. Zhiwei pikir gadis ini bukan sembarang orang.

Zhiwei memandang lelaki yang membawa kayu bakar di depannya. Mengapa dia mirip kakak angkatnya, Shanbo. Apakah ini suatu kebetulan?Ada begitu banyak lapis misteri yang harus diungkap Zhiwei setelah ini.

"Ibu, aku pulang," seru Shanbo saat sampai di depan halaman sebuah rumah yang terbuat dari tumpukan batu dan berpagar kayu.

Seorang perempuan memakai baju wool dan rompi bulu keluar dari dalam rumah.

"Kau sudah pulang," ucap ibu Shanbo penuh suka cita anaknya datang dengan selamat dari hutan.

Wajah perempuan itu penuh tanya saat melihat sosok Zhiwei yang berdiri sambil tersenyum di belakang anaknya.

"Siapa?" tanya ibu Shanbo.

"Akan kuceritakan nanti," jawab Shanbo lalu mengajak Zhiwei masuk, "ibu, pinjami dia baju," pinta Shanbo.

"Mari masuk ... silakan masuk," ajak ibu Shanbo.

Saat masuk ke dalam rumah, dia bisa langsung mencium bau asap dapur yang menggunakan kayu. Rumah itu sederhana, hanya dua ruang, satu ruang untuk tempat tidur, dan satu ruang tamu dengan pembakaran kayu di tengah untuk membuat api unggun dan memasak. Sebuah rumah yang cukup hangat.

Zhiwei melihat sekeliling. Tiba-tiba dia merasa khawatir, saat malam, dia baru sadar takkan ada listrik, apalagi lampu. Tak ada gawai, tak ada kendaraan bermotor, semua kembali secara tradisional seperti zaman batu. Zhiwei mulai mengeluh dalam hati. Bagaimana dia bisa bertahan hidup di dunia primitif?

"Kemari," pinta ibu Shanbo sambil memberikan sebuah tumpukan baju bersih.

"Terima kasih," ucap Zhiwei singkat.

Ibu Shanbo tersenyum.

"Tak hanya cantik, tapi suaramu juga merdu," puji ibu Shanbo.

Zhiwei menerima baju itu, lalu mengikuti ibu Shanbo masuk ke dalam kamar yang hanya bertirai kulit binatang.

"Kemarilah, kubantu kau melepas sanggulmu dan merapikan rambut," ucap ibu Shanbo sambil mengarahkan Zhiwei untuk duduk di kursi yang menghadap sebuah kaca yang terbuat dari logam.

Ibu Zhiwei mulai melepaskan tusuk konde dari rambut Zhiwei dan mengurai ikatan gelung rambut.

"Tusuk kondemu mahal. Sepertinya kau dari keluarga bangsawan. Siapa namamu?" tanya ibu Shanbo menyentak lamunan Zhiwei yang sedari tadi diam menatap wajahnya di cermin logam.

Zhiwei bingung untuk menjawab, karena dia sendiri tak tahu nama gadis yang disemayaminya.

"Nama saya Zhiwei," jawab Zhiwei akhirnya memilih namanya sendiri.

Ibu Shanbo mulai menyisir rambut Zhiwei.

"Nama yang bagus. Dimana kau bertemu dengan Shanbo."

"Diii ...," jawab Zhiwei belum selesai tapi sebuah suara berdeham di depan pintu kamar menginterupsinya.

"Jangan diinterogasi terus dia, Bu. Nanti aku ceritakan!" seru Shanbo.

Ibu Shanbo mendengkus kesal.

"Shanbo! Kau membawa seorang gadis pulang ke rumah jika tak kau nikahi terus mau apa? Kau ingin jadi bahan omongan tetangga?"

Zhiwei membulatkan matanya. Apanya yang salah dengan membawa pulang seorang gadis? tanya Zhiwei dalam hati. Setelah itu dia baru sadar bahwa zaman yang saat ini dia alami masihlah zaman yang menjaga pergaulan lelaki dan perempuan. Hanya pelacur murahan, budak dan perempuan tak terhormat saja yang sering melakukan kontak fisik dan tak menjaga pergaulan. Semuanya berbeda dengan zaman di masa depan, di tempat asalnya yang tak lagi ketat memegang aturan pergaulan. Setiap perempuan berhak atas alat reproduksinya, hingga tak sedikit yang tinggal bersama dan hamil di luar nikah.

"Ibuuu, jangan salah paham. Aku tak ada hubungan apa-apa dengan anakmu," tegas Zhiwei membuat ibu Shanbo berhenti menyisir rambut Zhiwei.

Perempuan itu diam sesaat menatap bayangan Zhiwei di cermin, lalu mengikat kembali rambut Zhiwei.

"Ganti bajumu, lalu makan sianglah bersama kami," ujar ibu Shanbo ramah.

Setelah menaruh sisir, perempuan itu keluar kamar.

Zhiwei mengganti bajunya. Saat membuka ikat pinggang, sebuah giok terjatuh ke lantai. Zhiwei mengernyitkan dahi, lalu membungkuk untuk mengambilnya. Dia memperhatikan giok berukir yang sedikit retak di salah satu sisinya. Gadis itu memperhatikan pola gambar dan huruf yang tertera di atas giok.

"Zhu?" gumam Zhiwei.

"Apalagi ini? Apakah di zaman batu ini aku berasal dari keluarga Zhu?" tanya Zhiwei dalam hati.

"Gadis, ayo makan!" seru Shanbo dari ruangan sebelah.

"Ya!" jawab Zhiwei singkat lalu memasang bajunya, setelah itu keluar kamar untuk bergabung makan siang.