"Mata kamu, kenapa bisa bengkak?"
Aku diam, membiarkan kak Riki berbuat sesuka hati. Mulai dari mengompres mataku yang bengkak hingga menyuapiku sarapan.
"Bedakku hilang kalau kayak gini ceritanya," lirihku yang masih bisa di dengar oleh laki-laki itu.
"Bedak milikmu di meja rias saja masih pada di segel semua. Jadi, pakai bedak yang mana kamu kali ini?" sahutnya yang terdengar begitu sinis.
Aku diam, enggan lagi membantah dan memilih menerima suapan darinya karena sekarang sudah jam enam lebih. Begitu selesai kami gegas berpamitan pada bibik.
Lantaran malas menukar, tak ada kendaraan lain dan akhirnya kak Riki memutuskan berangkat ke sekolah dengan mobil saja. Meskipun aku meragu, masalahnya sudah jam segini.
Walaupun saat ulangan akhir semester begini jam masuk setengah delapan, namun padatnya jalanan pun tak bisa kami hiraukan begitu saja!
Beruntung, kami tiba dengan selamat dan nggak telat. Ku tepuk-tepuk ujung rok selutut yang saat ini ku kenakan.
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com