Dalam waktu sekejap, Kiyoshi telah memasak air hingga mendidih, dan untuk pertama kalinya kami mereguk teh di depan jendela, sambil memandang kebun di bawah. Dari atas sini kami dapat melihat semua lapangan rumput yang tak terurus, pohon buah dan beberapa tanaman yang merambat di atas tembok bata menuju jendela kami, dan tembok tembok itu tinggi dengan puncaknya yang terbentan hingga ke jalan berlapis batu bulat di bawah pohon apel. Setiap hari aku melintasi jalan itu menuju garasi di halaman, namun dari atas sini jalan itu terlihat sangat berbeda.
"Tunggu bentar," katanya. "Biar aku saja yang duduk di kursi itu."
Aku sudah menyiapkan makanan di atas rak, dan di situlah letak masalahnya. Sebab letaknya yang cukup tinggi, bangku kami yang berkaki panjang memang cocok untuk duduk di situ. Tapi tak begitu halnya dengan kursi kami.
"Tak apa, Martha. Sungguh." Kiyoshi tersenyum manis menentramkan dari posisinya yang aneh karena matanya yang nyaris sejajar dengan piringnya itu.
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com