webnovel

Bukan Salah Rasa

Kisah anak-anak remaja yang beranjak dewasa, dimana masing-masing dari mereka memiliki masalah hidupnya masing-masing. Refan, Reisya, Ruri, Simon, Miko, Zahra, Nando, Nindy, Lucy, dan Gavin. Mereka semua memiliki kisah hidupnya masing-masing, dimana ego dan perasaan menjadi landasan dari sebuah perubahan besar dalam hidup mereka. Di saat hati sudah menguasai, apakah logika bisa melawannya? Baik sadar atau tidak, nyatanya perasaan lah yang selalu menang atas perdebatannya dengan ego. Anak muda adalah awal dari kisah mereka, setelah beranjak dewasa barulah mereka mengerti arti perasaan yang sebenarnya. Lalu jika masalah terjadi di antara kehidupan mereka, apakah rasa itu ikut bersalah? Hati seseorang tidak bisa di tentukan oleh kehendak orang lain, karna kekuasaan sepenuhnya ada pada si pemilik hati sendiri. Apakah ia menerima perasaan itu, atau malah membuang. ( Mengandung beberapa part 21+)

SA_20 · Teenager
Zu wenig Bewertungen
280 Chs

Alamat Yang Di Kenal

Nando sampai di alamat yang di berikan oleh Reisya, namun ada yang aneh dengan alamat ini. Bahkan Refando pun mengerutkan keningnya, tentu saja karna ia kenal betul alamat ini.

"ini benar rumah lo, Sya?" tanya Refando memastikan.

"iya, kenapa? Lo gak percaya gw orang kaya?" balas Reisya meremehkan.

"mansion ini kan rumah dia" batin Refando bertanya.

"loh Refan, bukannya ini rumah Lucy pacar lo kan?" tanya Nando yang langsung membuat Refando dan Reisya langsung menatapnya.

"jadi Refando pacar yang selalu di banggain anak j*lang itu, pantas saja sifatnya sama-sama menyebalkan." batin Reisya mengomel.

Nando merasa ngeri dengan tatapan Reisya yang berbeda dari sebelumnya, lalu dengan cepat Reisya keluar dari mobil Nando.

"makasih, gw duluan" ucap Reisya kilat, lalu keluar dari mobil Nando.

"apa salah gw ya? Reisya ngapa jadi serem gitu?" gumam Nando bingung.

Bukan hanya Nando, bahkan Refando juga terkejut. Tatapan tajam Reisya itu baru ia lihat sekarang, sebelumnya hanya ada wajah datar saja. Apa yang salah dengan ucapan Nando? Lucy? Apa Reisya seperti itu karna Nando menyebutkan nama Lucy tadi?

Segala macam pertanyaan bermuculan di kepala Refando, sungguh ia merasa bingung dengan kejadian ini. Lucy adalah pacarnya, walau ia tidak mencintainya tapi Refando menghargainya. Dan ia sering ke rumah ini untuk menjemput Lucy, dan bahkan bertemu orang tuanya. Tapi ia tidak pernah bertemu dengan Reisya di sana, padahal ia juga tinggal dirumah ini bukan? Lalu kenapa ia tidak pernah melihatnya?

"apa lagi yang lo tunggu? Lo gak mau balik?" sindir Refando pada Nando yang masih berpikir.

"oh iya, kenapa gw jadi bodoh gini ya?" keluh Nando heran.

"lo emang bodoh!" celetuk Refando seadanya.

"apa lo bilang?" tanya Nando memastikan.

"gak, udah cepet gw mau mandi" elak Refando.

"udah numpang belagu lagi" gerutu Nando pelan, dan mendapat tatapan tajam dari Refando.

Nando akhirnya hanya pasrah di jadikan supir oleh teman dekatnya itu, dan ia melajukan mobilnya segera menuju ke mansionnya.

.

.

.

Refando berbaring di atas kasurnya, tidak lama kemudia ia bangkit dan mengambil handuknya. Lalu ia masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri, serta berganti pakaian.

Rasa nyaman pun ia dapatkan setelah tubuhnya lebih segar dari sebelumnya, lalu pintu kamar terbuka membuat Refando kembali mengalihkan perhatiannya.

"sayang, ayo makan malam dulu." ajak Monalisa pada putranya.

"hm" gumam Refando membalas ajakan sang ibu.

Refando mengikuti langkah sang ibu dari belakang, hingga mereka sampai di meja makan.

"wah ada apa nih? Muka Refan kok lesu gitu, gak kaya biasanya datar!" ledek Miko (kakak Refando) sambil terkekeh.

Refando hanya menatap tajam kakak tersongong nya itu, lalu ia mengabaikannya. Refando duduk dan menyantap makan malamnya dengan tenang, tanpa berniat menjawab ledekan dari sang kakak.

"Fandek, lo keliatan kaya orang putus cinta tau gak?" tukas Miko memancing Refando.

"kakak gak ada akhlak, gw lagi gak mood." balas Refando akhirnya.

"dih, sensi banget kaya cewe lagi datang bulan." celetuk Miko yang malah mendapat pelototan dari sang ibu.

"hentikan Miko, mungkin adikmu kelelahan baru pulang sekolah." lerai Monalisa dengan santai.

Miko pun terdiam, ia tidak bisa membantah perintah sang ibu. Sedangkan Refando malah menyeringai menang melihat Miko terdiam, dasar adek laknat!

"Refan sayang, kata Nando kau sudah punya kekasih. Apa itu benar?" tanya Monalisa pada Refando.

"hm" gumam Refando ambigu, namun Monalisa jelas tau maksud dari gumaman aneh itu.

"ehh masa sih? Lah bukannya lo jomblo ngenes de?" sambung Miko tanpa permisi.

"cih, itu si lo! Jomblo gak laku-laku" balas Refando tajam.

Miko merasa ada ribuan anak panah menusuk tepat di jantungnya, ia pun menjadi lesu seketika.

"dasar adek laknat lo!" keluh Miko kesal.

Monalisa hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah kedua anaknya itu, sedangkan Rudy hanya diam dan terkadang ikut tersenyum melihat tingkah konyol putra-putranya.

"jadi siapa gadis itu Fan?" tanya Rudy akhirnya membuka suara.

"bukan siapa-siapa ayah, hanya seorang teman sekolah." jawab Refando seadanya.

"kapan-kapan bawalah kemari nak, perkenalkan pada ibu ok?" titah Monalisa pada Refando.

"iya bu" jawab Refando langsung.

Merekapun kembali menikmati makan malam mereka dengan tenang, sampai akhirnya piring mereka terlihat kosong.

.

.

.

Pagi hari pun tiba, sekolah sudah terlihat ramai dengan beberapa siswa. Begitu juga Reisya dan Ruri, mereka baru saja sampai di halaman sekolah saat ini. Ruri berangkat menggunakan taksi, sedangkan Reisya dengan bus umum. Namun entah karna takdir atau bukan, mereka bisa sampai bersamaan.

"Eh Sya! Bagaimana kabar sahabat hitam lo itu?" tanya Ruri santai.

"Blacko maksud lo? Dia baik, tapi masih gw simpan di bengkel langganan." jawab Reisya seadanya.

"asek tuh, tapi sayangnya kesayangan gw di jual sama Simon." keluh Ruri sedih.

"hah?" respon Reisya mempertanyakan.

"dia gak suka gw bar-bar dijalan, jadi motor gw di jual sama dia. Dan sebagai gantinya, dia yang akan anter jemput gw terus setiap hari." jelas Ruri berubah semangat.

"dasar budak cinta" celetuk Reisya malas.

"makanya Sya, cepet cari pacar sono! Biar tau gimana rasanya jadi bucin, enak tau." goda Ruri sambil tersenyum sendiri.

"iya ntar gw cari, kali aja ada yang buang." balas Reisya bercanda.

"lo pikir cowo itu sampah apa?" tukas Ruri tidak terima.

"ekhe, sudahlah." putus Reisya mengakhiri perdebatan mereka.

Baru saja mereka terdiam, tiba-tiba suasana kembali gaduh dengan suara desingan knalpot. Baik Reisya maupun Ruri, mereka mengalihkan perhatiannya, tepat saat itu ketiga mobil sport berbeda warna memasuki parkiran sekolah.

Para siswi yang tadinya hening kini mulai ramai berbisik-bisik, mereka membicarakan ketiga orang yang mengendarai mobil sport itu. Siapa lagi kalau bukan Refando, Nando, dan Simon.

"cih, mereka pamer lagi." gumam Ruri merasa kesal.

"itu bukan urusan gw" balas Reisya lalu melangkah meninggalkan halaman sekolah, diikuti Ruri dibelakangnya.

"Reisyaaa! Tungguin donk" teriak Ruri.

Saat Reisya dan Ruri berbalik badan, para cowo populer itu keluar dari mobil mereka. Dan hal itu membuat para siswi menjerit tidak tahan melihat ketampanan idola sekolah mereka, sedangkan cowo-cowo sendiri malah risih mendengar teriakan mereka.

"cewe-cewe ini terlalu berisik, bikin telinga gw rusak aja!" keluh Simon merasa terganggu, namun tetap menunjukkan senyum palsunya.

"sudah tau begitu, masih di senyumin juga. Gak jelas lo, Mon." balas Nando berkomentar.

"cih, menyebalkan" gumam Refando kesal, namun pandangan tajamnya tepat memperhatikan punggung gadis yang melangkah menjauhinya.

"ayo ah cabut, budeg gw lama-lama disini" ajak Nando pada kedua kawannya itu.

"ayo!" jawab Simon setuju, sedangkan Refando langsung melangkah tanpa mengatakan apapun lagi.

Ketiga idola sekolah itupun melangkah memasuki gedung sekolahnya, dan bersiap untuk mengikuti pelajaran.

.

.

.