webnovel

Bukan Salah Istri Kedua

Ketulusan Dokter Asha mendonorkan satu ginjalnya untuk Andra, membuat Ia terjebak cinta dan akhirnya menikah dengan Andra. Siapa sangka, Andra telah beristri yang tengah terbaring di rumah sakit karena sebuah kecelakaan yang membuatnya koma. Sebuah keajaiban datang dan memberikan kesembuhan pada istri pertama Andra –Lala- dan membuat Asha rela kalau Andra berbagi kasih dengan Lala. Lantas, apakah Asha mampu bertahan dengan kabar yang tersebar mengenai tuduhan Asha sebagai istri kedua yang merusak rumah tangga Lala dengan Andra? Lala meminta kepada Andra untuk tidak tinggal satu atap dengan Asha. Hal tersebut membuat Andra mengiyakan permintaan dari Lala dan memindahkan Asha ke rumah yang berbeda. Kehamilan Asha yang tiba-tiba, membuat Lala menuduhnya kalau anak yang dikandung Asha bukanlah anak Andra, melainkan anak Charles. Apakah benar anak yang dikandung Asha adalah anak Charles, sementara hubungan Asha dengan Charles kurang baik?

Romansa_Universe · Urban
Zu wenig Bewertungen
31 Chs

Bab 8 Aku Memintamu

"Andra, ini… kamu—" Asha kebingungan untuk meneruskan ucapannya. Mulut dan hatinya tidak kompak saat itu. Asha dibuat terkejut sekaligus bingung dengan apa yang baru saja Andra utarakan.

Andra tersenyum tenang dengan masih menatap ke dalam mata Asha. "Ya, Asha. Aku melamarmu. Aku ingin kamu menjadi istriku. Bersamaku selamanya dan menghabiskan sisa waktu kita bersama-sama," ucap Andra menegaskan.

"Aku tahu. Tapi ini sungguh mengejutkan," balas Asha yang masih kesulitan untuk mengutarakan maksudnya.

Andra kembali tersenyum kemudian menggenggam kedua tangan Asha yang ada di atas meja. "Tatap mataku dan jawab pertanyaanku," pinta Andra dengan lembut namun menuntut.

Asha secara otomatis melakukan apa yang Andra minta. Menatap mata lelaki itu dan mendengarkannya dengan patuh.

"Jawab dengan jujur, apakah kamu memiliki perasaan yang sama denganku?"

Asha ingin langsung menjawab 'Ya' tanpa berfikir panjang. Tapi Asha masih menahan dirinya. Ia perlu meyakinkan dirinya sendiri bahwa apa yang ia rasakan ini benar dan bukan bentuk dari pelampiasannya terhadap kegagalan hubungan mereka di masa lalu.

"Andra, jujur saja. Perasaan itu ada," aku Asha dengan suara lirih. "Tapi—" Asha menggantung kalimatnya.

"Tapi apa?" tanya Andra sedikit tidak sabar.

"Tapi aku masih belum yakin dengan keadaan kita. Dan meskipun aku mencintaimu, aku takut mengecewakanmu setelah kamu tahu bahwa aku sudah banyak berubah."

"Kamu tetap Asha yang dulu," ucap Andra meyakinkan. "Kamu masih Asha yang sama yang aku kenal. Aku mencintaimu, Sha. Aku menyayangimu dan aku tidak ingin jadi lelaki bodoh yang melewatkan kesempatan ini. Kamu ada di depanku, kamu ada di hidupku lagi dan itu artinya takdir memang memintaku untuk jujur pada diriku sendiri dan jujur padamu bahwa aku menginginkan kamu."

Asha senang mendengarnya. Asha bahagia ketika Andra mengatakan bahwa ia menginginkan Asha di hidup lelaki itu. Asha merasa dibutuhkan, ia merasa berharga dan perasaannya terbalaskan.

"Iya, Andra. Aku mau," ucap Asha. "Aku mau bersamamu," lanjut Asha dengan senyum tulus.

***

Asha dibawa ke rumah keluarga Andra. Di kenalkan secara resmi pada kedua orang tuanya sebagai calon istri juga dikenalkan dengan Charles, adik kandung Andra dan Michelle, sepupu Andra yang tinggal bersama di rumah Andra karena satu dan lain alasan yang Asha tidak tahu dengan jelas sebab merupakan urusan pribadi keluarga Andra.

Asha mendapat sambutan hangat dari Bu Renata dan suami. Bu Renata begitu senang melihat Asha datang ke rumahnya dan mereka membicarakan beberapa hal menarik bersama di teras belakang. Sementara Andra, Charles, dan papa mereka berbincang di dalam rumah.

"Tante cukup terkejut melihat Andra membawamu pulang dan memperkenalkan kamu sebagai calon istrinya," ucap Bu Renata yang tangannya masih sesekali memegang tangan Asha dengan wajah senang. Seolah kehadiran Asha di tengah keluarganya sangat ia nantikan.

"Saya yang sebenarnya terkejut, tante. Saya tidak menyangka bahwa anak tante akan melamar saya secepat ini setelah pertemuan kami yang hanya terhitung kurang dari enam bulan," kata Asha dengan senyum tulus.

"Itu bagus. Tante senang anak tante menjadi lelaki jantan yang memperjuangkan wanita baik seperti kamu. Dia cukup bergerak cepat saat ini. Dia pasti takut kehilangan kamu untuk yang kedua kalinya."

Asha mengangguk, "Dia juga berkata demikian ketika melamar saya secara pribadi beberapa malam lalu. Saya tidak menyangka bahwa saya ternyata dilamar oleh teman saya sendiri."

Bu Renata menatap Asha kemudian mengusap pipinya dengan lembut. "Mungkin karena dia sudah menyadari perasaannya. Dia sudah menyadari bahwa dia mencintai kamu dan mendapatkan kesempatan kedua untuk memperjuangkan kamu."

Asha tersenyum dan balas menggenggam tangan Bu Renata, "Andra lelaki yang baik dan bertanggungjawab. Saya yakin dia akan mendapatkan perempuan baik lainnya jika ia tidak bersama saya."

"Andra memang baik. Tante akan dengan bangga mengatakan demikian karena tante benar-benar kagum dengan putra sulung tante. Tapi untuk calon istri tentu saja, tante hanya melihat kamu sebagai calon istri terbaik untuk Andra."

"Tante bisa saja. Saya sangat tersanjung mendengar ucapan tante. Saya senang karena tante menerima saya."

"Tentu saja Tante menerima kamu. Tidak hanya Tante, Om juga sangat senang mengetahui bahwa Andra akhirnya berani untuk mengutarakan perasaannya padamu. Sudah sangat lama ia memendamnya. Sejak kalian sama-sama masih sangat muda. Karena memiliki cita-cita yang berbeda, akhirnya kalian berpisah. Tapi sepertinya takdir memang ingin kalian bersama sehingga mempertemukan kalian kembali."

Bu Renata tampak berbinar ketika bercerita. Raut wajahnya begitu cerah. Membuat Asha ikut lega sekaligus senang melihatnya. Terutama saat sebelumnya ia sempat ragu dan khawatir dengan tanggapan beliau dan suami yang merupakan orang tua Andra. Ia ragu sebab pertemuan mereka masih jarang dan Andra sudah berani memperkenalkannya sebagai calon istri. Rasanya sungguh semua serba lancar seolah memang sudah menemukan jalannya.

"Saya senang karena Tante dan keluarga menerima saya. Saya juga senang karena Tante dan Om memberikan kami restu. Saya benar-benar tidak menyangka bahwa pernikahan kami akan digelar dalam waktu dekat. Bahkan Andra sudah merencanakan semuanya dengan sempurna."

"Itu adalah pernikahan impian Andra. Andra ingin menikah dengan suasana yang intim dan dekat seperti yang sudah kita bahas tadi. Memang terasa terburu-buru dan seolah tidak mempedulikan pendapatmu. Tapi kamu tahu sendiri bahwa Andra cukup ambisius dan pemuja kesempurnaan. Jadi ketika ada kesempatan untuk mengatur semuanya seperti apa yang ia inginkan, dia akan selalu melakukan yang terbaik. Dia akan memastikan bahwa semuanya berjalan dengan sempurna tanpa hambatan."

Asha tersenyum, "Saya senang karena Andra yang menyiapkan semuanya. Saya juga setuju dengan konsep acaranya. Saya juga tidak keberatan dengan apapun yang sudah Andra rencanakan sebab Tante tahu sendiri bahwa pekerjaan saya cukup padat. Jadi saya setuju dengan apa pun yang sudah keluarga ini siapkan."

"Untuk pertemuan dengan keluarga kamu bagaimana? Sudah diatur kapan waktunya?"

"Sudah tante," balas Asha. "Semua sudah diatur oleh Andra. Dan keluarga kami pun setuju. hanya untuk beberapa keperluan memang Andra ingin saya dan Tante yang mengurusnya berdua."

Bu Renata mengangguk senang. Seperti sudah menemukan apa yang ia cari selama ini. Sosok yang ia rasa ideal untuk putra yang sangat ia sayangi.

"Andra tahu menilai orang. Dia sudah paham situasimu. Tante pun tidak keberatan untuk mengurus hal yang perlu kita urus berdua. Tante sangat senang karena diberi kesempatan untuk dekat dengan calon menantu kesayangan Tante."

Wajah Asha bersemu merah muda. Ia malu disebut sebagai calon menantu kesayangan. Tapi ia juga merasa senang, sebab ia pun merasakan kasih sayang tulus dari Bu Renata terhadapnya.

"Terima kasih, Tante. Saya sangat lega karena tante akan membantu saya menyiapkan pernikahan kami. Saya pun menunggu waktu yang menyenangkan untuk jalan-jalan berdua dengan tante."

Bu Renata tersenyum. Tepat ketika Bu Renata hendak membalas ucapan Asha, Andra datang. Ia langsung mengambil duduk di sisi kosong di sebelah Asha.

"Aku mendengar mama dan Asha berbincang dan aku merasa tertarik," ucap Andra. "Karena sekarang Asha adalah calon menantu keluarga kita, bukankah seharusnya dia memanggil Mama dengan sebutan 'Mama' bukan Tante," lanjut Andra.

Bu Renata menolah pada Asha dan Asha pun balas menatapnya lalu tersenyum. Bu Renata menatap putranya lagi dan terlihat setuju dengan apa yang anaknya katakan.

"Kamu benar," ucap Bu Renata sepakat dengan Andra. "Jadi, Sha. Sepertinya memang benar bahwa kamu harus memanggil tante dengan sebutan Mama. Tante meminta Asha memanggil Mama. Sama seperti Andra. Bagaimana? Terdengar lebih baik, bukan?"

[]