webnovel

Bukan Istri Tapi Estri

Karena impian bodoh Endra, dia harus terjebak dengan perempuan sadis yang bernama Sarah dengan menjadi seorang suami. Sialnya, perempuan sadis yang awalnya Endra anggap seperti malaikat justru berubah menjadi iblis yang meneror hari-hari indahnya menjadi semakin suram. Bagaimana Endra akan menghadapi Sarah? Dan mampukah Endra melepaskan diri dari cengkeraman kesadisan Sarah yang selalu berperan sebagai istri yang baik di depan ibunya sendiri?

AdDinaKhalim · Urban
Zu wenig Bewertungen
247 Chs

#048: Akan Selalu Ada

"Udah gue bilang kan, itu bukan masalah," elak Sarah sambil mengaduk-aduk makanan di piringnya sendiri karena tak bisa menatap Endra secara langsung. Padahal tadinya dia masih ingin mendaratkan tatapan membunuh pada Endra, tapi karena perasaannya tiba-tiba jadi aneh saat menatap Endra, Sarah jadi mengalihkan tatapan ke makanan di piringnya.

"Tapi itu masalah buat aku." Endra tidak mau menyerah. "Tenang aja kok, aku nggak bakal macem-macem sama kamu. Aku cuma mau megangin tangan kamu aja karena itu bisa bikin mimpi buruk kamu pergi. Selain itu, aku bakal tidur kayak biasa."

Sarah membuang napas keras-keras tidak terima. "Pokoknya gue nggak bakal ngijinin lo ke kamar gue. Titik." Sarah langsung menyuapkan makanan beberapa kali ke mulutnya kemudian bergegas pergi meninggalkan meja makan.

***

"Sarah, kamu kok batu banget sih jadi orang!" ucap Endra kesal saat dia sedang mencoba memasuki kamar Sarah menggunakan kunci cadangan, namun tetap tak bisa dibuka karena Sarah berada di balik pintu sana menahan pintunya.

"Lo tuh yang batu. Gue kan udah bilang ini bukan masalah, tapi lo aja yang lebay banget menyikapi ini."

"Jadi kamu mau ngebiarin aja selamanya? Aku tau kamu punya masalah sama masa lalu kamu, tapi nggak berarti kamu jadi takut buat ngadepin masa depan. Aku memang belum tau apa yang bikin kamu ketakutan sama laki-laki. Tapi coba kamu inget baik-baik, apa selama ini aku pernah bersikap buruk sama kamu. Apa aku pernah bikin kamu takut. Aku emang laki-laki Sarah, tapi tolong jangan anggap semua laki-laki itu sama. Mungkin kamu punya trauma sama laki-laki di masa lalu kamu, tapi di masa depan kamu, aku bakal jadi laki-laki yang akan selalu ada buat ngelindungin kamu. Jadi, please ... jangan bersikap kayak gini lagi, dan biarin aku masuk."

Endra membuang napas panjangnya setelah berbicara panjang lebar seperti itu. Endra tahu, Sarah lebih batu dari siapapun yang pernah ditemuinya. Dan hal itu menjadikan Endra harus berjuang ekstra keras saat menghadapi Sarah.

"Sarah, dengerin aku baik-baik. Aku emang cinta sama kamu, bahkan dari awal ketemu dulu aku udah langsung suka sama kamu. Tapi aku nggak pernah maksa kamu buat balik cinta sama aku kan? Jadi kamu juga nggak usah khawatir. Kalau kamu takut aku bakal maksain perasaan kamu ke aku, aku berani jamin kalau itu nggak bakal terjadi. Aku cuma pengen ada di sekitar kamu buat mastiin kamu baik-baik saja, dan melindungi kamu biar kamu selalu aman. Aku nggak peduli walaupun kamu nggak akan ngebalas perasaanku, karena dengan ada di sekitar kamu aja itu udah cukup bikin aku seneng. Jadi sekarang ... tolong, biarin aku ngelakuin tugasku buat mastiin kalau kamu nggak bakal mengalami mimpi buruk yang menyesakkan itu. Ya, Sarah?"

Cukup lama Endra menunggu. Berharap ucapannya tadi bisa benar-benar menyentuh hati Sarah. Karena jika alasan Sarah membatasi diri dengannya karena perasaan yang dimilikinya, jadi dia ingin menegaskan kalau itu bukanlah alasan. Endra bahkan selalu sabar menghadapi segala kesadisan Sarah selama ini. Seharusnya itu membuat Sarah paham kalau Endra memiliki hati yang luar biasa luasnya.

Setelah cukup lama menunggu, perlahan-lahan, pintu kamar Sarah yang tadinya susah payah Endra dorong sudah mulai terbuka. Endra sampai ragu-ragu dalam menyingkap pintu kamar Sarah ini.

Saat akhirnya Endra berhasil masuk, dia melihat Sarah terdiam di samping pintu kamarnya. Endra bergerak mendekati Sarah. Ada perasaan gelisah yang Endra tangkap dari gelagat Sarah saat Endra sedang mendekatinya.

"Kamu cuma perlu bersikap kayak biasa aja, yang penting ijinin aku buat jagain kamu. Ya?" kata Endra dengan sangat lembut.

Sarah sempat menatap Endra selama beberapa detik, melihat Endra mengukir senyumannya, lantas tak lama kemudian langsung memalingkan wajah. Sarah juga langsung melarikan diri ke kamar mandi.

Endra tidak melarangnya. Lantas mulai melihat ke segala penjuru ruangan Sarah yang selalu tampak rapi. Setiap minggu Sarah juga menyuruh Endra untuk membersihkan kamar ini, tapi Endra juga tahu kalau Sarah tipikal orang yang menyukai kebersihan. Jadi wajar saja, Sarah selalu bisa menjaga kamarnya tetap rapi dan bersih.

Saat tatapan Endra tertuju pada kasur, di sana tergeletak ipad yang biasa menemani hari-hari Sarah untuk mencorat-coret sesuatu. Sarah memang tidak pernah menunjukkan apa yang seringkali dikerjakannya di ipadnya itu, tapi Endra tahu pasti kalau Sarah sedang mencoba membuat desain-desain terbaru produk fashion yang akan dikeluarkan brand fashionnya.

Sekarang, baru pukul 07.23 PM. Endra sebenarnya dibuat penasaran dengan waktu-waktu seperti ini. Sarah biasanya sedang melakukan apa. Endra tidak pernah tahu. Terlebih Endra harus menempati kamar di lantai dua, jadi bahkan suara yang dihasilkan Sarah ketika tidur pun tidak pernah terdengar sampai ke atas.

Awalnya Endra sempat bingung karena Sarah menyuruhnya untuk tidur di lantai dua. Di atas sana memang ada satu kamar beserta kamar mandi dan juga balkon. Sementara di bawah masih ada satu kamar lagi yang tersisa. Namun Sarah melarang keras Endra menempati kamar itu dan menyuruhnya untuk di kamar atas saja. Sekarang Endra baru tahu alasannya. Karena selama ini, Sarah rupanya selalu mengalami mimpi-mimpi buruk yang akan menimbulkan suara berisik karena dikerubungi bayangan gelap yang memenuhi mimpinya itu. Sekarang Endra baru paham. Sarah benar-benar berusaha keras menutupi penderitaannya selama ini.

Setelah beberapa menit berada di kamar mandi, akhirnya Sarah keluar juga. Dan langsung berkata seperti ini, "Gue mau ke panti sekarang, dan gue mau pergi sendirian!" tegas Sarah saat mengatakan kalimat terakhirnya.

"Mau apa?" tanya Endra penasaran.

"Gue cuma pengen nengokin anak-anak."

"Kalau begitu aku anterin."

Sarah langsung melotot tajam. "Tadi gue udah bilang kan, gue-mau-sendirian!" tegasnya tajam.

"Tapi--"

"Nggak usah ceramah lagi. Gue cuma pengen punya waktu sendiri kalau pas lagi bareng anak-anak, nggak ada alasan lain lagi, jadi lo nggak perlu banyak omong kayak tadi lagi."

Endra terdiam. Dia memang sekarang tahu kalau Sarah dekat dengan anak-anak di panti asuhan, dan selama ini Sarah kerap kali pergi keluar. Jadi, mungkin Endra tidak perlu mengkhawatirkannya.

"Kalau gitu kamu hati-hati di jalan yah. Dan jangan pulang malem-malem," pesan Endra akhirnya.

Sarah sempat tersenyum dingin sambil berkata. "Kok gue malah jadi geli yah denger ucapan itu dari lo," katanya dengan nada sindiran yang amat kentara.

"Karena kamu belum terbiasa aja," Endra justru menjawabnya dengan ringan.

"Terserah lo deh." Sarah pun malas meladeninya lagi. Dia lantas mengambil hape dan kunci mobil kemudian melangkah keluar dari kamarnya. Endra rupanya mengikuti bahkan sampai akhirnya mobil Sarah menghilang dari pandangan matanya.