webnovel

Chapter 1: PROLOG

Palixena Quasdinity hidup demi mendapatkan pengakuan dari sang Ayah. Ambisinya menjadi ahli pedang wanita pertama di Dinavia, membuatnya memandang rendah para pria yang berada dibawah kekuataan Ayahnya.

Dia berlatih keras, siang dan malam, hanya demi memuaskan ambisinya untuk menjadi ahli pedang wanita.

Namun, semua ambisinya hancur ketika ia terpaksa menikahi Raja Kerajaan Xolimatisic demi melahirkan seorang anak lelaki yang menelan kekuataannya sedikit demi sedikit. Anak lelaki yang sangat ia benci.

"Ibu .. " panggilnya dengan nada ketakutan ketika melihat diriku menoleh kearahnya dengan wajah bengis.

Aku melakukan tindak kekerasan padanya sedari kecil karena merasa bahwa ialah penyebab kehancuran ku. Impian yang mustahil ku raih atau bahkan pengakuan Ayah yang sampai akhir pun tidak akan bisa ku dengar, membuat rasa benci terlampiaskan padanya. Meskipun aku telah memberikan masa kecil mengerikan untuk dirinya, ia tidak pernah sekalipun membenciku.

Dia mencintaiku. Menyayangiku meskipun aku berperilaku kasar padanya.

"Ibu, meskipun kelahiran ku tidak pernah kau inginkan, aku tetap bahagia bisa menjadi anak lelaki mu. Jadi, bisakah Ibu tersenyum bahagia?"

"Aku ingin Ibu bebas."

Menjadi istri ke sekian dari Raja Xolimatisic membuatku terkurung jauh dari kebebasan. Ketika Ayah yang ku idolakan mendorongku menuju tempat mengerikan, ia yang ku benci, ku harapkan kematiannya adalah orang pertama yang memperhatikan diriku bahkan rela melakukan apapun demi kebebasan diriku.

Anak lelakiku .. maafkan aku.

— KRASH

"Cavis .. " gumam ku terkejut melihat tubuh anak lelaki yang ku benci jatuh ke atas lantai dengan bersimbah darah. Mata biruku menatap sosok lelaki dewasa yang sedang membersihkan tangannya dari noda darah selepas membunuh anak lelakinya. "Ah, sayang sekali ya ia mati .. "

"Padahal ia sangat berbakat, tetapi bakatnya dipergunakan untuk memberontak pada diriku. Betapa angkuhnya, .." ujarnya dengan sedikit tersenyum kecil. Aku mengepalkan kedua tangan ku, rasa benciku padanya semakin bertambah, Haea ditubuhku tampak memanas diiringi emosi kebencian terus meluap-luap dan siap meledak dalam beberapa menit ke depan.

"Ah, sayangku, kau tidak perlu merasa sedih. Kita bisa membuat anak yang lebih baik daripadanya, kan? Hahaha."

"KAU BAJINGAN! BERANINYA MEMBUNUH PUTRAKU, SIALAN!" Raut wajahnya seketika memburuk mendengar umpatan yang ku lontarkan. "TIDAK CUKUP MENGHANCURKAN DIRIKU, KAU IKUT MENGHANCURKAN PUTRAKU! KAU BAJINGAN BRENGSEK!"

Aku bangkit dan mengeluarkan semua Haea cahaya milikku, menyerang dirinya dengan cepat. Meskipun begitu, .. aku tidak bisa berhasil mengalahkannya, makhluk seperti ku bisa apa melawan mantan Pahlawan setengah Dewa sepertinya?

"Ya ampun, aku benci pemberontakan .. " adalah kata yang ku denggar sebelum kematian mendatangi diriku.

Tidak, ini buruk ..

Seharusnya aku belum mati, aku harus hidup dan membalas kematiannya. AKU HARUS HIDUP DEMI MEMBUNUH BAJINGAN SAMPAH ITU!

MEMBUNUH BAJINGAN SEPERTINYA! AKU HARUS HIDUP! HARUS HIDUP! AAAAAAAA

— TING.

Suara jam terdengar, dan saat itu juga kedua mataku terbuka melihat sosok anak lelakiku yang telah mati tampak menunduk dengan pipi kemerahan. Mata birunya tampak terangkat menatap diriku, "I-ibu .. "

Tunggu, kenapa Cavis kecil ada dihadapan ku? Bukankah Cavis dewasa telah mati bersama ku, kenapa jadi begini .. ?

'Apa yang terjadi?' batinku bertanya-tanya.

Hingga sebuah pemikiran gila terlintas dipikiran ku. 'Mungkinkah, saat ini aku kembali ke masa lalu?'