webnovel

Kesalahpahaman

Tak hanya itu saja, Amanda juga mendapati foto dirinya yang sedang fokus belajar di kelas. Amanda mengingat suatu hal, dimana Haykal hanya bermain ponsel kala mengajar.

"Oh, jadi dia diam-diam memotretku ketika dia memainkan ponselnya?" gumam Amanda tersenyum-senyum sendiri.

"Baiklah jika seperti itu. Aku akan membuat cowok lebih mudah untuk menatap wajahku," lanjutnya.

Jari Amanda men-tap-tap gambar kamera di ponsel suaminya. Kemudian mengambil fotonya sendiri melalui kamera depan. Puasa manis itu sengaja Amanda lakukan sebagai hadiah untuk sang suami karena telah merawatnya dengan baik selama ia menjadi ratu di dalam istana kecilnya.

Setelah Haykal kembali, Amanda segera keluar dari galeri dan kembali bermain game. Bungkusan plastik di tangan Haykal, membuat Amanda terpana menatap bungkus tersebut. Wangi dari nasi padang tercium sangat kuat menusuk hidungnya.

"Apakah itu nasi padangku?" tanya Amanda semangat.

"Asssalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatuh," salam Haykal. "Iya, ini nasi padangmu. Tunggu sebentar, aku akan menyiapkan piring untuk dijadikan sebagai alasnya,"

"Wa'alaikumsallam warahmatullahi wabarokatuh. Ayo, cepat, ustadz! Aku sudah sangat lapar!" Amanda sangat tidak sabaran jika sudah menyangkut dengan makanan.

"Iya, sabar, ya__"

Setelah makanan dihidangkan, Haykal menyuapi istri kecilnya itu dengan telaten. Amanda nampak senang saat makan nasi padang tesebut dari tangan suaminya.

"Ustadz nggak makan, kah?" tanya Amanda.

"Makan, nanti setelah kamu selesai makan," jawab Haykal.

"Hish, makan saja sesuap setelah Ustadz suapi aku. Tidak mau makan sendirian, ah!" Amanda merajuk.

"Iya baiklah. Lihat, aku akan makan setelah aku menyuapimu satu suapan," ucap Haykal dengan lembut.

Amanda pun bahagia. Haykal selalu memperlakukan istri kecilnya dengan sangat baik. Menjadikannya ratu meski belum pernah menyentuhnya, atau bisa jadi disebut melakukan hubungan suami istri.

Usai makan, Amanda menanyakan penyakit apa yang sebenarnya terjadi kepadanya. Tidak ada yang serius, Haykal hanya menjawab, jika Amanda memang perlu ke Belanda untuk menemui keluarganya di sana. Sebab, rindu yang mendalam itulah sehingga menjadi penyebab sakitnya Amanda saat itu.

"Tapi bagaimana dengan sekolahku? Lalu, bagaimana dengan hubungan kita, ustadz? Kita akan berpisah selama satu tahun setengah, kau yang benar saja?" tanya Amanda.

"Manda, jika kita saling ridha, maka hubungan kita pasti akan baik-baik saja. Tidak lama lagi, pasti aku akan menyusulmu kesana bertemu dengan keluarga di sana," tutur Haykal dengan lembut.

Genggaman tangan Haykal sangat lembut, sehingga mampu membuat Amanda jauh lebih tenang. Selama enam bulan lamanya, Amanda hidup bersama dengan seorang ustadz modern ini, dia tidak pernah sedikitpun merasa kesulitan. Amanda jadi tidak tega meninggalkan Haykal. Tentu saja, dengan alasan pasti karena Amanda tidak ingin hidup jauh dengan suami sirinya itu.

"Manda, keputusan apa yang kamu ambil harus benar-benar dipikirkan matang-matang. Kita akan bersama nanti, jadi untuk apa kamu takut akan berpisah?" lanjut Haykal.

"Apakah kamu senang jika aku pergi?" tanya Amanda lirih.

"Astaghfirullah hal'adzim, kamu ini bicara apa?" Haykal takut Amanda salah sangka.

"Ustadz membiarkan aku pergi dengan mudah. Lalu, ustadz juga tidak menahanku. Apakah ini keputusan ustadz untuk berpisah denganku?" Amanda menjadi bingung terhadap perasaannya sendiri.

Haykal masih belum paham apa yang dimaksud oleh istri kecilnya itu. Di dalam pikiran Amanda, Haykal melepaskan dirinya dan hendak berpisah dengannya. Berpisah menjadi bukan pasangan suami istri lagi. Kemudian, dipikiran Haykal, dia pahamnya jika istrinya itu memang mengatakan perpisahan karena ingin kembali ke Belanda saja.

"Apakah ustadz tidak mau melanjutkan hubungan lagi denganku? Apakah kisah kita akan berakhir sampai di sini saja, ustadz?" Amanda masih melanjutkan kesalahpahamannya.

Tanpa di sadari, Amanda meneteskan air mata di pipinya. Membuat Haykal menjadi sedih karena tiba-tiba saja istrinya meneteskan air mata karenanya.

"Loh, kok, kamu menangis? Apakah aku salah bicara?" tanya Haykal polos.

"Jika memang ustadz mau berpisah denganku, apakah aku disebut janda setelah ini?" Amanda kembali membuat Haykal pusing.

"Maksudnya? Maksudnya apa, sih? Kenapa jadi janda? Lalu siapa yang ingin berpisah denganmu, cantik?" Haykal semakin gemas.

"Bukankah sejak tadi ustadz mengatakan ingin aku kembali ke Belanda dan kita berpisah? Itu apa artinya? Ustadz mau menceraikan aku, 'kan?" ketus Amanda. "Aku tidak terima kisah kita berakhir begitu saja, ustadz!"

Apa yang diungkapkan Amanda malah membuat Haykal tertawa. Dia baru saja paham mengapa istrinya sejak tadi membuatnya kebingungan dengan pertanyaan ambigunya. Dengan kelembutan, Haykal pun menjelaskan 'perprisahan' apa yang dimaksud olehnya.

Sekitar beberapa menit mendengarkan penjelasan suaminya dengan seksama, barulah Amanda paham apa yang menjadi tujuan suaminya. Haykal mengusulkan Amanda untuk kembali ke Belanda supaya bisa mengobati rasa rindunya kepada keluarganya yang ada disana. Tak hanya itu saja, Haykal juga mengusulkan Amanda sekolah kembali ke Belanda sampai lulus. Nantinya, Haykal sendiri yang akan mengunjungi Amanda di sana jika sedang ada waktu senggang.

Setelah mengerti maksud suaminya, Amanda langsung menolaknya. Baginya, apapun yang terjadi dirinya akan selalu bersama dengan Haykal.

"Kenapa?" tanya Haykal dengan lembut membelai pipi istri kecilnya.

"Aku adalah istrimu. Jadi, aku harus ada di mana ustadz berada. Jika ustadz di sini, maka aku juga harus di sini. Aku tidak mau pergi jauh dari ustadz, meski aku harus menahan kerinduanku kepada Mamiku. Aku akan bertahan bersamamu, ustadz!" jelas Amanda dengan berenergi.

Siapa yang tak bangga dengan prinsip seorang istri seperti Amanda ini. Saking bangganya, Haykal memeluk istri kecilnya secara tiba-iba sampai membuat Amanda terkejut. Mata gadis yang sudah menyandang status istri siri itu terbelalak. Jantungnya berdegup kencang dan merasakan aneh ketika dipeluk oleh suaminya sendiri.

"Perasaan apa yang aku rasakan ini? Apakah aku benar-benar jatuh cinta kepadanya?" batin Amanda. "Iya, ini adalah cinta. Aku jatuh cinta kepada ustadz Haykal, suamiku sendiri--"

Tak ingin merusak momen, Amanda membalas pelukan suaminya dengan erat. Haykal yang merasakan itu pun menjadi hangat perasaannya. Ia kemudian memejamkan matanya dan merasakan betapa besarnya cinta istrinya kepadanya.

"Ustadz, bolehkan malam ini aku pulang?" bisik Amanda.

Haykal membuka matanya. Lalu melepaskan pelukannya, tapi ditahan oleh Amanda. "Jangan dilepas. Aku masih ingin seperti ini!" tegurnya.

"Jawab aku, aku ingin pulang malam ini. Katakan kepada pihak rumah sakit, aku ingin pulang," lanjut Amanda, memaksa.

"Kamu boleh pulang besok setelah dokter membaca laporan medismu. Jadi, malam ini kamu bobok di sini dulu, ya…." jawab Haykal lembut.

Tak hanya tutur katanya saja yang lembut. Bahkan Haykal menjawab pertanyaan istrinya sembari mengelus kepala Amanda dengan kelembutan tangannya.

"Tapi aku ingin tidur di sisimu," lirih Amanda masih berada dalam pelukan sang suami. "Aku tidak mau di sini, aku mau pulang. Aku sudah sehat, loh!" Amanda masih saja berusaha.