Rangga Plot -
Klek
Ku tutup pintu kamar, fuihhhh.. Ku hela nafas panjang, masih menyandarkan badanku dipintu. Dibelakang pintu ini, ada seorang wanita, yang karena kesalahanku, kini aku harus bertanggungjawab padanya seumur hidupku.
Cinta.. Rasa itu.. Aku masih belum yakin, kalau aku memiliki untuknya.
Masih segar dalam ingatanku, tadi pagi.. Aku berusaha untuk menebus rasa bersalahku dengan membawakannya sarapan yang susah payah kubuat. Tapi, sayangnya, karena emosiku yang ga terkontrol, akhirnya aku melakukan tindakan asusila diwaktu yang ga tepat!
Fuih... Kutarik napasku, sambil melangkah meninggalkan kamar, berjalan menuju ke tangga ke lantai kedua untuk menemui papa. Bayangan kejadian tadi pagi masih lekat dalam ingatanku.
Papa dan Airin memasuki apartemenku, disaat aku sedang menumpahkan semua emosiku pada Vina. Dan.. Kata-kata papa sangat mengganjal, saat itu..
"Rangga, siapa yang melahirkanmu?"
"maksud papa?", papa tak menjawabku, hanya menatapku.. "t..ten..tentu saja almarhumah mama..", jawabku pelan
"hemm.... Apa kau punya kakak?"
"t..tentu saja..", Aku memandang Airin.
"Bagamana jika ada seorang pria yang melakukan tindakan seperti yang kau lakukan pada mama atau kakakmu?"
"a..aku.. Aku pasti akan membunuhnya!", saat ini aku mulai paham ke arah mana tujuan pembicaraan papa.
"hmm... Kalau begitu, bunuhlah dirimu sendiri, Rangga!!!"
"papa!!!", kini Airin menyanggah ucapan papa dan aku hanya diam.
"apa yang ingin kau lakukan dengan wanita dikamarmu?", tanya papa kembali kepadaku.. Tapi aku hanya terdiam.. Aku masih bingung mau berbuat apa..
"nikahi dia, Rangga! Jadikan dia istrimu, perlakukan dia dan anakmu dengan baik, jagalah dia sampai akhir hayatmu!"
"a.. Apaaaa? T..ttta..tapi aku tak mencintainya, pa!", aku berusaha mengelak
"tapi kesalahanmu sangat besar, nak.. Dan kau harus menebusnya seumur hidupmu!", aku masih belum menerima kata-kata papa. Bagaimana bisa aku tinggal dengan seseorang yang tidak kucintai seumur hidupku??
"begini saja, masuklah ke kamar itu.. Temui dia, lihatlah dia dengan hati dan perasaanmu. kau punya 2 pilihan setelah itu.. Pilihan pertama, keluarlah dari kamar itu jika memang kau menolak untuk menikahinya. Dan dengan caraku, aku akan mengurus wanita itu. Pilihan kedua, bersihkan tubuhnya, bawa dia keluar dari kamar itu kehadapanku dengan penampilan yang layak, dan itu berarti kau siap menikahinya. Aku dan Airin akan mengurus pernikahan itu, hari ini juga!", setelah menyelesaikan kalimatnya, papa terdiam. Dan hanya menatapku.
Tak mungkin aku bisa menolak saran papa, lagipula, saran yang diberikannya sudah sangat bijak daripada harus membunuh diriku sendiri. Akupun berdiri, kutarik napasku dalam-dalam, sebelum kubuka pintu kamar, dan kemudian aku masuk kedalamnya. Kutatap wanita itu, sungguh berantakan.. Kepala diperban, rambut acak-acakan, dengan tubuh masih ditutup selimut dan banyak luka. sepertinya saat ini dia sedang berusaha memakai jubah mandi. Terlihat jubah itu sudah menutupi tangan kanannya.
Saat itu.. Ada rasa aneh dalam dadaku.. Rasa kasihan, yah.. Karena perbuatanku dia kehilangan harga dirinya, harta berharga bagi seorang wanita, satu-satunya. Dan sejujurnya, aku juga kehilangan keperjakaanku untuk pertama kali saat berhubungan dengannya.. Apa salahnya jika aku mencoba membahagiakannya? Wajahnya pun cantik.. Dan jujur.. Setiap berdekatan dengannya, rasanya seperti candu.. Aku terus ingin menikmati tubuhnya.. Dan aku rasa aku ga akan bisa terima kalau melepaskannya sekarang, lalu aku harus melihatnya suatu saat nanti bersama laki-laki lain! Rasanya seperti tubuhku terbakar memikirkannya! Akulah yang pertama mencicipinya, dan aku harus menjadi yang terakhir!! Kali ini emosi dan logikaku mulai saling menarikku untuk tindakan yang akan aku lakukan. Baiklah, aku sudah menentukan keputusanku..
Aku akan menikahinya!! Aku akan belajar mencintainya, dan berkomitmen dengannya..
"Rangga!!", tangan yang menyentuh dibahuku menyadarkanku dari lamunanku,
"kak..", aku menengok melihat sosok wanita yang memiliki wajah sangat mirip dengan almarhumah mama ada dibelakangku.
"kenapa ga masuk? Papa ada didalam, dari tadi menunggumu!", Airin menjelaskan.
"hmm.. Aku...",
Tok Tok Tok
Airin sepertinya tak memberi kesempatan bagiku untuk mundur! Dia mengetok Ruang kerja di lantai 2, dan tanpa menunggu aba-aba dari yang didalam untuk masuk, dia sudah membuka pintu, mendorongku masuk, dan dia berlari berhamburan menuju ke arah papa, memeluk dan mencium papa, dan bergelayut manja seperti biasa. Walaupun sudah menikah dan memiliki anak, Airin memang masih putri kecil papa. Dia sangat manja dan masih seperti anak kecil bila bersama papa. Berbeda denganku, papa sangat tegas denganku, tak jarang dia memukulku karena berbuat salah saat kecil. Dan mama adalah tempatku bersembunyi dari semua kesalahanku.
"apa kau sudah menjemput keluarganya?", tanya papa pada airin, tapi tatapannya masih menuju kepadaku, tanpa menengok ke arah airin.
"papa tenang aja. Aku sudah mengurusnya..", airin diam sejenak, "vina ariescha Anak dari Andi Andrianto dan Shanti Rose, sebentar lagi akan jadi anak menantu papa, adik iparku, dan istri dari adikku yang bodoh Rangga, hihi..", celotehnya sambil menatapku menggoda.
"a.. Apaaaa???", wajah papa agak menegang mendengar nama orangtua Vina. Dia sempat menunduk sebentar, tatapannya tak fokus, dan kemudian kembali menatapku.
"bagaimana denganmu, Rangga, apa kau siap?", aku tak menjawab.. Hanya mengangguk.
"Rangga?", sekali lagi panggilan papa sebagai penekanan untukku
"aku siap, pa! Aku akan menjaganya, memperlakukannya dengan baik, mencintainya dan anak-anakku kelak, aku akan menjadi suami yang selalu ada untuknya dalam segala kondisi, baik susah maupun senang.", papa tak menjawab kata-kataku, dia kemudian membuka laci di meja kerjanya..
"duduklah, nak!", perintahnya. Airin masih berada dibelakang papa, bergelayut dileher papa. Tapi senyumnya mengembang, sepertinya dia menyukai vina dan sangat senang akan memiliki adik ipar. Senyum seperti itu, tak pernah kulihat diwajahnya saat aku masih bersama cindy.. Rasanya sakit untuk menyebut nama wanita itu dihatiku. Tapi mulai hari ini, aku akan menjadikan dia hanya lembaran masa laluku.
"ini", papa menyerahkan kotak hitam berukuran 5 x 5 x 5 cm kepadaku. Yang sudah dapat kutebak, dalamnya pasti perhiasan wanita.
Aku mengambilnya, dan membukanya
"i..ini....."
"warisan dari mamamu untuk istrimu kelak.", papa menghela napas.. "mendiang mamamu berpesan ke papa untuk menyerahkan cincin pernikahan kami ini kepadamu saat kau siap untuk menikah. Dia berharap, wanita yang kau nikahi, dapat mencintai, menyayangi, menjaga dan merawatmu sebagaimana dia mencintai, menyayangi, menjaga dan merawatmu dari kecil.", kali ini aku hanya diam.. Cincin ini, cincin bermata berlian yang dulu selalu kulihat ada dijari manis mama! mengingatnya, tak terasa butiran air mengalir dari sudut mataku..
"ini..", entah bagaimana, aku tak memperhatikan, Airin kini sudah ada disamping ku, memegang bahuku dan memberikanku selembar tisu.
"aku tahu kamu orang baik, dek.. Kamu sangat menyayangi keluargamu.. Aku yakin, kamu bisa menjaga vina dan anak-anakmu kelak. Kamu bisa belajar mencintainya, sepertinya dia bukan wanita yang sulit untuk dicintai.."
"terima kasih, kak!", jawabku
"airin, tolong ambil tuxedo itu!" papa menunjuk tuxedo yang berada di dekat jendela. Tuxedo hitam, sekilas tak ada yang berbeda dengan tuxedo biasa, tapi semakin dekat dan diperhatikan, terlihat begitu mewah.
"pakailah itu, nak!"
"baik.", akupun mengambil tuxedo dari tangan airin, bergegas menuju pintu ruang ganti yang ada di dalam ruang baca ini dan mengganti pakaianku. 2 menit yang kubutuhkan untuk mengganti pakaianku dan keluar menemui airin dan papa.
"Baiklah, mari kita ke bawah, melangsungkan akad nikahmu. Tidak baik.meninggalkan keluarga besan dan penghulu sendirian terlalu lama dibawah!", kali ini papa berdiri dari kursinya, dan merangkulku disisi kanannya, airin disisi kirinya. Dan kami bergegas ke bawah.
Dan kini... Hatiku gugup.. Fuih.. Bagaimana aku menjelaskan dengan keluarga vina..
"apa yang kau katakan kepada keluarganya, kak?"
"hmm.. Aku cuma bilang disuruh menjemput mereka oleh vina untuk menghadiri pernikahannya."
"lalu apa yang mereka katakan?"
"hihi.. Mereka tak mempercayaiku, sampai kutunjukkan foto candidmu yang dikirim oleh staff lea boutique and salloon menggendongnya dengan pakaian pengantin, barukah mereka mau ikut denganku!"
"lalu apa yang harus kukatakan pada mereka? Apa alasanku menikahi vina?"
"pikirkanlah sendiri olehmu!, hihi.." Kali ini airin sama sekali tak membantuku. Aku hanya menghela napas, mempersiapkan semua kata-kata, berusaha merangkainya supaya aku tak salah bicara..
Didepanku, kini sudah berada keluarga yang tampak bingung dan sedikit cemas. Sandy ada diantara mereka, aku yakin, selama perbincanganku diatas dengan papa dan airin, sandy lah yang menemani mereka. Mereka menatap kami saat menuruni tangga, kemudian Mereka berdiri saat kami mulai mendekat.
"selamat sore, perkenalkan, saya Anwar pranata, ini anak saya Rangga dan Airin.", papa memperkenalkan kami,
"a..anwar??"
"halo, rose. Long time no see.. Apa kabarmu?", papa menyapa wanita yang tampak terkejut melihatnya. Wanita ini memang tampak gusar saat melihat kami menuruni tangga.
"Shanti, kau mengenalnya?", lelaki disampingnya bertanya kepada wanita itu.. Tapi dia tak menjawab, hanya menatap lelaki itu.
"ya, kami saling mengenal. Rose dulu adalah teman baikku saat kami masih kuliah di stanford university.", papa menjelaskan.
"kk..kkau masih hidup?"
"yah, kecelakaan itu.. Hmm.. Dulu setelah kecelakaan itu, aku menderita luka cukup parah, dan aku kehilangan ingatanku selama 10 tahun. Tapi seperti yang kau lihat.. Aku masih hidup.", senyum papa mengembang. Aku tak mengerti.. Ada apa dengan masa lalu papa. Hilang ingatan? Papa tak pernah menceritakannya pada kami.
"hmm.. Baiklah, kita disini berkumpul untuk pernikahan anak kita.", kembali papa mengingatkan tujuan pertemuan ini.
"dimana vina?", lelaki disamping wanita bernama Rose kali ini memberikan pertanyaan.
"vina ada dikamarku, dia akan kujemput turun setelah akad nikah sah.",
"bisa aku bertemu dengannya terlebih dahulu, untuk memastikan bahwa pernikahan ini juga keinginannya dan tanpa paksaan?", kini lelaki itu berbicara dengan menatap mataku.
"aku akan membawanya turun setelah akad nikah. Aku sudah berjanji seperti itu padanya, dan saat ini dia sedang menungguku diatas. Apa tidak sebaiknya kita langsungkan dulu akadnya, supaya aku dapat menjemputnya dan tak meninggalkannya terlalu lama?", saranku
"tapi.."
"Andi, cepat Langsungkan pernikahan ini. Aku tahu bagaiman cucuku, tak ada yang bisa memaksanya!", kali ini lelaki tua yang pasti adalah kakek vina, memotong perkataan lelaki itu.
"baiklah, ayah.. Kalau menurutmu begitu, Mari kita langsungkan pernikahan. Perkenalkan, aku Andi ayah vina. Ini istriku Shanti, adikku lali-lakiku, Farhan dan istrinya Fathin, kakek vina, Haryanto.", calon ayah mertuaku memperkenalkan seluruh anggota keluarga yang bersamanya saat ini.
Tak berapa lama, penghulu mempersiapkan proses pernikahan, dan perjanjian sakralpun terucap
"saya terima nikahnya, Vina Ariescha binti Andi Andrianto dengan mas kawin deposito senilai 3 trilliun rupiah, dibayar tunai!", aku menyelesaikan kalimat sakral itu dengan sekali napas.
Alhamdulillah.. Sah..!!
Jantungku berdegup kencang, perasaanku campur aduk, senang, sedih, takut, khawatir, bahagia.. Semua rasa menjadi satu. Aku bukan lagi pria lajang seperti kemarin. Kini ada tanggungjawab selain diriku dibelakangku.. Vina.. Rasa rindu untuk menatap wajahnya pun timbul dihatiku, ingin aku segera menemuinya, dan memberitahukannya kalau dia adalah istri sahku.
"permisi, saya mau menjemput vina diatas.", aku memohon izin untuk meninggalkan ruangan dan membawa istriku turun.
Semua mengangguk, dan aku bergegas berlari menaiki tangga, untuk menjemput vina.
Perasaan ini.. Sungguh sulit untuk kuceritakan. Ingin rasanya aku berlari lebih kencang.. Memeluk wanitaku. Yah, Vina.. Dialah satu-satunya yang akan menjadi ratuku. Mulai detik ini, apapun yang kulakukan adalah untuk membahagiakannya. Aku akan selalu melindunginya, dan akan selalu menyayanginya hingga ujung umurku.
(malam dimana Fredy memberikan laporan ke rumah Anwar Pranata)
"pulanglah, Fredy!"
"Baik, saya permisi!", anwar duduk seorang diri setelah Fredy berpamitan. diraihnya ponsel yang ada dimeja kerjanya, dan menghubungi nomor handphone yang sudah tak asing lagi.
"hallo pa, ada apa?", airin menjawab telepon setelah deringan ke-3
"berikan alamat apartemen adikmu!", anwar mengutarakan info yang diinginkannya saat ini. dia yakin, ada sesuatu pada anak bungsunya.
"ada apa pa?", tanya airin.
"apa adikmu kembali pada wanita ular itu?"
"tidak pa!"
"berikan aku alamatnya."
"apa papa akan kesana dalam waktu dekat?"
"ya!", anwar menegaskan. Tapi tak ada jawaban dari airin..
"ada yang kalian sembunyikan?"
"itu..."
"apa ada hubungannya dengan perusahaan trust anak cabang V Company?"
"hah?! Itu...", lagi-lagi airin tidak menjawab pertanyaan itu. Dia diam sejenak. "kenapa papa berpikir seperti itu?, tanyanya kemudian.
"karena adikmu sangat bermurah hati dengan perusahaan itu. Aku yakin ada sesuatu disana.", anwar menjelaskan.
"mm... Pa..."
"ada yang mau kau katakan?"
"hmmm... Masalah ini..."
"apa adikmu mencintainya?"
"kurasa belum pa, tapi dia sudah melakukan kesalahan fatal..", airin memulai untuk bercerita.
"baiklah.. Kalau begitu kita akan membuatnya bertanggunhjawab atas kesalahannya! Kirimkan aku alamat apartemennya!"
"apa ini solusi terbaik?"
"kau ragu?"
"tidak, kurasa dia jauh lebih baik dari ular berbisa itu."
"kalau begitu, mari kita satukan mereka!"
Klik
Anwar menutup teleponnya, dan airin mengetik alamat apartemen Rangga dalam pesan singkat yang langsung dikirim ke Anwar Pranata.
(sementara itu, di salah satu Bar di kawasan jakarta pusat)
Dua orang lelaki tampak berbicara sangat serius.
"apa kau sudah menemukannya?"
"belum tuan, aku masih mencarinya!"
"segera temukan dia! Aku harus menuntut balas apa yang sudah dia perbuat padaku!"
"baik tuan!"
"kerahkan semua anak buahmu! Aku sudah tak sabar untuk menuntut hak ku!"