"Rangga.. Kamu... Apakah kamu mencintaiku?"
"Aku ga tau.. Tapi yang ku tahu.. Aku marah setiap kali memikirkan ada lelaki lain dipikiranmu.."
"a.. Apaaaa?", aku ga tahan lagi, aku pun tertawa geli sekali, tapi.. "aduuuh... kepalaku...", karena kebanyakan ketawa dan banyak menggerakkan kepalaku, jadi sakit lagi..
"hati-hati sayang, kamu ketawa pelan-pelan aja, kamu belum sembuh betul..", Rangga memegang kepalaku, menyenderkannya di senderan kursi mobil.
"habisnya, kamu gombal aja sih!!!"
"siapa yang gombal? Aku serius! Aku juga ga suka kamu deket sama james!"
"hah? James.. Oh no... James itu aku ada meeting dengannya hari ini! Jam berapa sekarang? Dan peresmian tv glory.."
"semua sudah ku urus!"
"apaaa? Maksudmu? Oh, disana itu nilai uangnya jutaan doll.. ", belum sempat kuselesaikan ucapanku, tangan Rangga sudah menarik wajahku dan bibirnya tepat berlabuh dibibirku. Menciumku, sampai aku kehabisan napas.. Cukup lama dia melumat bibirku. Cuma kali ini sangatlah lembut, tak ada rasa sakit sama sekali.. Aku yakin lebih dari semenit kami saling berciuman.. Sebelum dia melepaskanku..
"kamu jangan khawatir, semua sudah ku urus. Percayalah padaku, aku akan lakukan semua yang terbaik untuk kita. sekarang, kamu cukup istirahat saja, sayang.. Dalam beberapa jam, kita akan menikah secara resmi agama dan negara."
"a.. Apaaaa? Beberapa jam??"
"sudah simpan dulu kagetmu, aku harus menyetir, dan aku ga mau membahayakan istriku dijalan.."
rangga mendaratkan ciuman dikeningku, sebelum tatapannya kembali lurus kedepan dan tangannya kembali memegang kemudi, kakinya menginjak pedal gas.
Masih banyak yang ingin kukatakan, tapi aku memilih diam, sambil memandangnya yang sedang menyetir. Aku tersenyum menatapnya. Kalau tanpa helm dan masker, serta tidak tertutup debu, Rangga sangatlah tampan. Bahkan, harus ku akui, lebih tampan dari kak Doni. Saat pertama berjumpa dengannya, aku ga nyangka dia seganteng ini..
"apa yang kamu pikirkan?", dia melirikku sambil tersenyum.
"hah?!"
"kamu memandangku begitu.. Apa yang kamu pikirikan?
"ah itu....", sejenak aku berpikir apa yang harus kukatakan?
"aku ganteng ya?"
"ge-er!"
"terus, ngapain diliatin terus?"
"ya, abisnya kamu aneh!! 180 derajat beda banget.."
"beda gimana?"
"kadang horor, kadang killer, kadang baik, kadang romantis, kadang nyebelin, hmm.. Apa kamu pshyco?"
"hush, sembarangan!! aku normal!!!"
"hihi.. Apanya yang normal! Aku disiksa hanya karena kamu benci bahasa inggris! Itu normal?", ledekku..
Rangga hanya melirikku dan tersenyum. Tangan kirinya kemudian memegang tangan kananku, mengelus lembut punggung tanganku.. Tanpa berkata apapun.. Akupun tak ingin mengusiknya lagi, dan kutaruh tangan kiriku diatas tanganya. Kali ini, aku sedikit lebih berani untuk menyentuhnya.
"Nah... Kita udah sampai! Lepaskan dulu tanganku, sayang.. Aku mau parkir mobil..", pintanya sambil melirikku dan tersenyum. Aku sedikit panik, langsung ku angkat kedua tanganku,
"hah? Dimana?", tanyaku refleks
"tuh, kamu baca.."
"iya aku tahu.. Kita di Lea Bridal Boutique and Saloon, tapi ngapain?"
"dandanin kamulah.. Kita kan mau nikah!"
"hah????", belum sempat hilang kagetku,
Tok tok tok,
jendela disamping tempat dudukku diketuk seseorang
"airin..??", aku menatapnya, Rangga mematikan mesin, membuka seat belt, keluar dari pintunya, kemudian berjalan kearah pintuku. Membukakan pintu, seat belt ku, dan menggendongku.
"hai, adik iparku yang cantik, yuk masuk! Kamu udah ditunggu didalam!", sapa airin. Dengan senyum diwajahnya.
Aku hanya tersenyum, Airin berjalan dibelakang Rangga, kami memasuki salon terlebih dahulu. Seorang wanita muda membukakan pintu,
"selamat siang, tuan rangga prananta dan nyonya vina pranata, mari saya antar.", sapa nya ramah..
"Ga, ko dia panggil aku nyonya pranata?", tanyaku sambil berbisik.
"ya, karena kamu istriku!", jawabnya ringan, seringan menerbangkan kapas!
"hah, absurb! Mana ada, kan belum sah! Lagi, kucubit dadanya!", susah sih, karena dadanya berotot.. Tapi pasti sakit kena kuku ku. Heheh..
"aduuuh.. Sakit dong sayang..", bisiknya ke telingaku..
"silahkan masuk, ini ruang perawatannya..", baru aku mau menjawab Rangga, tapi kuurungkan setelah wanita muda itu mempersilahkan kami masuk.
Rangga membawaku masuk ke dalam.
"dek, kamu harus keluar!", airin mengingatkan Rangga..
"hello.. Mba cantik.. Ini ya, calon pengantennya? Kenalin, aku Dana! Aslinya sih, danang, tapi lebih sexy dengan da-na.. Hihi.. By the way, Aduuuh, kenapa bonyok gini siiih? Pake perban segala.. Duh duh.. Mau nganten kok masuk ring tinju dulu? Okelah.. Yuk kita make over!", laki laki dengan hormon wanita yang berlebih menyapaku.. Hihi.. Suaranya gemulai.. Tapi aku yakin dia professional. Aku tahu salon kecantikan ini. V company juga memiliki aset disini. Ga besar, cuma 10% saham.. Tapi pegawai seperti mereka pasti ga tau.. Dan aku tahu betapa professionalnya mereka.
"dek rangga, keluar sini!!", airin mengulangi panggilannya
"nggak, kak! Aku tetap disini, kaka aja tunggu diluar!"
"hah? Tapi vina mau dimake over.."
"aku tungguin dia disini!, kamu.. Jangan terlalu dekat dengan istriku!", Rangga mengingatkan Dana.. Hihi.. Aku lagi-lagi cuma bisa nyubit pinggangnya biar sadar dan ga absurb kaya gini! Tapi ga digubris sama dia..
"aduuh.. Abang ganteng jealousan deh ah!! Tunggu diluar ga apa apa, nanti biar surpriseeeee liat bininya kaya bidadari surga! Hihi.." bujuk dana..
"kamu lakuin aja yang harus kamu lakukan, aku tetap disini.. Ga ada negosiasi!", Rangga mendudukkanku dikursi yang berada didepan kaca besar, lalu dia memilih duduk dipojokkan sambil matanya masih mengawasiku.
Kita semua hanya diam melihat tingkah Rangga. Berbagai cara sudah dicoba sama Arini dan Dana buat ngusir dia keluar, tapi Akhirnya semua mengalah, dia nungguin aku make up di dalem.
Tok.. Tok.. Tok..
Airin mengetuk pintu, kemudian masuk membawa perlengkapan medisnya.
"aku ganti perbannya dulu, Dan.. Biar kerja kamu lebih enak ngedandaninnya.", Airin mendekatiku, membuka perbannya perlahan, lalu.. Entah apa yang dia lakukan di tempat lukaku, tapi dia tidak lagi memasangkan perban putih melingkar dikepalaku. Hanya dikepala belakang saja tempat lukaku.
"duh, emang abis ngapain sih, kakak cantik ni... Ko banyak luka giniii....", dana mulai heboh sendiri.. Semua dia komen, aku hanya senyum-senyum saja melihat tingkahnya. Ada saja yang dikomen, lukaku, kacamata arini, body sixpack nya Rangga, apapun dikomennya. Sepersekian detik diam, mulutnya sudah bicara lagi bahas hal lain.. Pikiriku, ada ya, orang seperti ini.. Sedikit aku iri dengannya.. Hidupnya seperti tanpa beban.. Bisa mengutarakan semua isi hatinya, menyampaikannya dengan kata-kata, seperti apa yang ada dipikiranya keluar begitu saja.
"sudah selesai!! Aku pasang plester anti air, ini aman sudah! Tapi maaf, vina, rambutmu dibagian luka harus kupotong, untuk menghindari kotoran, infeksi, dan mempercepat penyembuhan.", airin menjelaskan
"aku hanya tersenyum dan mengangguk.. "
"ih, ngeri banget, kakak... Bulu kudukku berkidik semua nih, liat lukamu.. Ko bisa sih, cintaaah!!!" aku tidak menjawab.. Hanya tersenyum.
"bikin adik iparku jadi cantik, ya dana!!", airin menepuk pundak dana dan pergi keluar meninggalkan ruangan. Rangga masih ada diruangan ini, dia duduk dipojok ruangan mengamati. Matanya tak pernah lepas dari memperhatikanku.
"jangan kuatir, my love...", dana merespon permintaan airin.
Dana sangat profesional, dia melakukan semuanya dengan baik dan cepat. Butuh waktu 2 jam untuknya mempersiapkanku. Dan.. Taraaaa.. Dari wajah bengep-bengep, rambut kucel, kantung mata besar, semuanya hilang. Aku seperti terlihat ga ada luka. Airin juga membantu cukup besar dengan menghilangkan perban putih melingkar dikepalaku. Tangan dan kakiku juga sudah dimeni pedi.. Hanya tinggal baju.. Aku ga tau baju apa yang dipilih airin.. Semoga bisa menutupi semua luka bekas pecahan beling yang hampir ada diseluruh tubuhku..
"finishing touch, dan... Selesaiiii", dana sangat senang melihat hasil karyanya..
"makasih ya, dan... Keren banget hasilnya!", aku memuji dana..
"apapun yang buruk rupa, kalau udah sama dana, pasti jadi princess.. hihi", jawabnya bangga.
"apa kita bisa pergi sekarang?", Rangga sudah berdiri dibelakangku..
"bisa dong pak boss.. Inih istrinya sudah berubah dari upik abu ke princess cinderella!', celoteh dana.. Kulihat ada senyuman diwajah Rangga.. Mata kami bertemu didalam kaca meja Rias..
"iya, terima kasih.. Kamu cantik, sayang..", Rangga memujiku. Dan kemudian menggendongku kembali ala bridal style. Aku sudah mengatakan kepadanya aku bisa jalan saja pelan, tapi dia keukeuh ga ngizinin.
Kami keluar, kini naik ke lantai dua. Ada banyak pakaian pengantin disana...
"sudah selesai??? Wow.. Kamu cantik sekali, vina!", airin memujiku.. Senyumnya tulus dan aku tahu dia ga pura-pura.
"bajumu sudah siap.. Yuk, kuantar!"
staff disana sudah siap membantuku untuk mengganti bajuku, tapi Rangga mengusir mereka semua keluar dari fitting room. Dia sendiri yang ingin mengantikan pakaianku. Tadinya aku menolak, tapi percuma berdebat! Aku tahu sekarang, Rangga memang keras kepala! Dia lakukan apa yang mau dia lakukan selama menurutnya itu yang terbaik.
"padahal kamu duduk aja diluar, mereka sudah professional kok.. Mereka bisa bantu aku pakai itu..", aku sedikit protes pada Rangga. Ditangannya, sudah ada baju putih panjang dengan model bawah duyung, dengan kerah leher tertutup sampai ke keleher, lalu tangannya pun berlengan panjang. Seluruh bagian hampir dihiasi brukat putih cantik dan beberapa bling bling crystal. Airin sepertinya sudah menyiapkan baju ini untuk menutupi luka-lukaku..
"apa salah kalau aku mau membantu istriku sendiri?", Rangga merespon pernyataanku tadi sambil menatap mataku. aku ga menjawab dengan kata-kata, hanya menggeleng..
Rangga pun mulai menggantikannya, hanya butuh waktu kurang dari 5 menit untuknya mengganti gaun pengantinku, kini aku sudah siap. Rangga kembali menggendongku menuruni tangga, dan membawaku keluar dari lea bridal boutique and salon menuju mobilnya, yang kini sudah berubah. Dihias dengan bunga ala bridal car.
"bagaimana kamu lakukan semua ini?", tanyaku..
"bukan aku, ini Sandy dan kak Airin yang bantu persiapkan!"
"Sandy.. "
"Suami kak Airin."
Aku tak bertanya lagi, Rangga sudah membuka pintu mobil, mendudukkanku dikursi penumpang dan memasang seat belt. Dia kemudian menutup pintu, dan segera menuju arah sisi lain mobil untuk duduk dibelakang kemudi.
Mobilpun melaju meninggalkan lea bridal boutique and salloon.
"dimana airin? Tadi keluar dari boutique aku ga melihatnya.."
"sudah duluan, untuk menjemput keluargamu"
"oh,,," eh tunggu.. Apa dia bilang??? "menjemput keluargaku???!"
"iya, kita kan butuh restu mereka!"
Ups.. Kenapa tidak terpikir olehku? Haduuuh.. Mom and dad pasti kaget ini.. Kakek... Semoga dia ga jantungan dengan berita ini.. Uncle farhan dan aunt fathin.. Huff.. Sudah terbayang apa yang ada dipikiran mereka.. Tapi, apa yang harus aku katakan kepada mereka?
Baru dua hari lalu aku bertengkar hebat dengan mommy karena usahanya menjodohkanku dengan dimas.. Aku bersikeras untuk ga menikah.. Tapi dalam 2 hari, ada yang menjemput mereka memberi tahu bahwa anaknya akan menikah.. Bagaimana ini? Owh.. Betapa malunnya akuuuuu....
"kamu ga usah panik, sayang.. Jangan berpikir terlalu keras!", kata-kata Rangga menyadarkan lamunanku..
"aku akan menjelaskan semuanya kepada mereka", katanya kemudian.
"tolong jangan bilang soal kejadian malam itu.. Kejadian saat kamu menarik tanganku..", aku menatapnya serius Kali ini..
"terus aku harus bilang apa?"
"hmm... Bilang saja kita sudah lama pacaran..", pintaku..
Mendengar yang kukatakan, dia justru tertawa, sampai menitikkan air mata..
"puas ketawanya??", tanyaku sedikit jengkel..
"hehe, jangan marah dong, sayang.. Habisnya kamu lucu!"
"yah, gimana lagi.. Masa ya, kamu mau bilang sudah perkosa aku, terus mau tanggung jawab??? Kakekku bisa kena serangan jantung!!! Aku.. Aku ga mau kehilangan kakek sama seperti kehilangan nenek...", kini mataku mulai berair.. Dadaku sedikit sesak..mengingat cara kepergian nenek.
Rangga mengerem dan segera meminggirkan mobil ke bahu jalan.
"sayang, jangan nangis dong... Nanti make up nya luntur,lho.. M..mmaafkan aku, y... aku bakalan bilang sesuai yang kamu mau..", pintanya membujuk..
Aku mengangguk.. Mencoba untuk ga menangis. Rangga sedikit panik melihat perubahan emosiku..
"maafkan aku, soal nenekmu.. "
"gapapa, bukan salah kamu, ayok kita jalan lagi. Masih jauh kah?", tanyaku.
"sebentar lagi sampai.", Rangga melajukan mobilnya, kami Tidak berbicara apapun lagi. Aku hanya diam.. Pikiranku ga jelas... Apa yang sebenarnya kupikirkan? Perusahaan? Keluarga? Atau Rangga? Perubahan sikapnya.. Apa aku harus percayakan sisa hidupku kepadanya? Apa betul dia akan menjagaku? Apa janji-janjinya bisa kupercaya? Apa aku bisa mencintainya? Rasa apa yang kumiliki sekarang untuknya? Apa betul cinta? Atau pelampiasan dari hasratku sebagai wanita saja? Aku sudah lama sendiri.. Dan perhatian yang dia berikan membuatku ingin tetap berada disisinya. semoga ini bukan hanya pelarian dari rasa cintaku ke kak doni.
Aku ga tau apa jawaban untuk semua perasaan dihatiku.. Tapi satu hal yang kutahu sekarang.. Aku nyaman bersamanya. Dan aku ingin memiliki rasa nyaman ini.. Aku ingin bersandar di dadanya, sekedar berbagi cerita dengannya setiap malam, mungkin.. Selepas aku bekerja.. Dan aku ingin perhatiannya.. Aku ingin terus memakan masakannya setiap hari..
Apa aku egois? Apa salah kalau aku berpikir seperti ini? Apa kami bisa bertahan? Sejujurnya aku masih ragu... Tapi.. Aku ga mau kehilangan bunga dihatiku..
"sayang, kita sudah sampai!", lagi, kata-katanya menyadarkanku dari keasyikanku berpikir dengan pikiranku sendiri.
"eh, ini.. "
"rumah kita.", jawabnya kemudian.
Rumah ini memiliki halaman yang luas dibagian depan. Parkiran mobil di samping kiri, ku hitung, ada 10 mobil.. Mercy, BMW, Alphard, Rubicon, Bugatti, lamborghini, Range Rover, Audi, mini cooper, dan Avanza yang ada dipaling pojok. Belum termasuk mobil yang kunaiki. Pilar-pilar rumah ini sangat besar.. Catnya yang berwarna putih, membuatnya tampak seperti istana besar zaman kolonial.
Rangga berhenti tepat di teras depan pintu rumah. Diapun keluar, dan berjalan ke arahku. Aku sudah membuka seatbelt saat Rangga membuka pintu mobilku. Lalu Rangga menggendongku, berjalan menaiki beberapa tangga, dan menuju pintu utama.
Seseorang membuka pintu dari dalam, "selamat datang, tuan dan nyonya.", dia membungkuk menunjukkan rasa hormat.
"sayang, perkenalkan, ini kepala pelayan Ami. Kalau kamu butuh apapun dirumah ini, bisa minta kepadanya!", Rangga menjelaskan.
"hallo, saya vina!", aku memperkenalkan diri.
"selamat datang nyonya vina pranata.. Senang sekali bisa melayani nyonya.. Jangan sungkan bila ada yang nyonya inginkan, saya akan segera menyiapkannya.", Ami tersenyum dan membungkuk lagi.
Rangga berjalan memasuki rumah. Interior didalam didominasi warna emas, banyak terdapat kristal, dan terlihat bling bling, tapi ga norak.. Hmm.. Wajar saja, mereka miliki fortune company.. Perusahaan emas terbesar didunia. Aku tak heran dengan isi rumah ini.
"ga, kita mau kemana?" aku bertanya kepadanya, ketika dia memencet lift.
"ke atas. Ke kamar kita, supaya kamu bisa beristirahat sebelum acara, dia menjelaskan.", pintu lift terbuka, dan kami masuk kedalamnya. Rangga memencet angka 3
"kamar kita di lantai 3?"
"iya, sayang.", dia menjawab, kemudian menatapku dan tersenyum kepadaku.
TING
Lift terbuka, Rangga melangkah keluar dari lift. Hanya ada satu pintu di lantai 3. Dia pun membuka pintu itu dan.. Wow.. Kamarnya luas sekali. Ini sepertinya seluas pent house ku, tapi ini hanya kamar, sedangkan pent house ku, terbagi dalam beberapa ruangan. Masih ada pintu lainnya yang terhubung dengan kamar ini. Rangga mendudukkan aku di ranjang besar dengan bed cover berwarna gold, sandaran ranjang berwarna gold dengan kelap kelip kristal. Ranjang ini sangat besar, lebarnya sekitar 4 meter, panjang 3 meter. Sangat besar untuk kami berdua, dan sangat berbeda dengan kasur di apartemennya.
"kamu istirahat dulu disini, sayang, aku akan kebawah, bertemu orangtuamu Papa dan melangsungkan akad nikah. Setelah selesai sah, aku akan menjemputmu ke sini.", Rangga mendaratkan ciumannya dikeningku, kemudian dia tersenyum dan melangkah keluar kamar.
Tinggal aku bengong sendirian dikamar besar ini.. Owh..... Aku harus ngapain??? Kamar ini kebesaran!!
Semenit sudah berlalu.. Tapi ga ada aktivitas yang dapat kulakukan, hanya duduk saja menunggu Rangga kembali, dan semenit serasa sejam!!! Owh, berapa lama aku harus duduk disini, pikirku.. Apa penghulu sudah datang? Apa hanya akad nikah? Kalau hanya akad nikah, kenapa harus beli gaun semahal ini.. Pakai dandan segala.. Hah... Buang-buang waktuku 2 jam!
Kruuuuk kruuuuuk...
Ups, perutku... Kupegangi perutku.. Sepertinya aku benar-benar lapar! Aku makan terakhir kemarin malam, itu pun hanya 3 suapan steak..
Dan aku belum minum air putih dari pagi. Tenggorokanku benar-benar kering.. Fix, saat ini, aku lapar dan haus! Hmm.. Berapa lama Rangga akan kembali? Kenapa lama sekali? Ini seperti seabad!! Hah, aku mulai tak sabar..